42 : Die

12.1K 355 85
                                    

⚠ danger 21+

Sesuai rencana sebelumnya, malam ini Callister, Rangga, dan Dallen berniat mendatangi markas ranoer. Mereka mengendarai motor sport -nya masing-masing, melintasi jalur yang jarang pengendara lewati. Dengan perasaannya yang masih berkecambuk, Callister melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, karena yang ada di dalam benaknya hanya balas dendam kepada mereka. Diikuti rangga dan dallen yang juga menyamakan laju motor Callister. Kedua pemuda itu bahkan membiarkan Callister tanpa berniat menghentikannya.

Setelah beberapa menit mengendarai motornya, mereka telah sampai di markas ranoer. Mereka disambut oleh para anggota musuhnya itu, bukan di sambut baik, mereka malah menyambut ketiga laki-laki itu dengan tatapan remeh.

"Oy oy oy! Lihat, siapa yang datang." Sambut Rainer yang datang menghampiri mereka

Ketiga pemuda itu juga menghampiri segerombolan orang-orang disana. Mereka menghadap Rainer yang berada di depan mereka, begitu pula Callister yang langsung melempar tatapan tajam kearah Rainer.

"Kau tidak salah, cal? Ada urusan apa kau kemari?"

Callister tidak menjawab, ia menatap tangan Rainer yang masih terbalut perban. Tiba-tiba ia tersenyum miring, Alena memang bisa diandalkan.

Kemudian Callister menatap Rainer. "Tanganmu baik-baik saja?"

Rainer malah berdecih, "Sejak kapan kau peduli denganku? Aku jadi terharu."

"Jika baik-baik saja bisakah kita lakukan keinginanmu yang sudah lama kau nantikan denganku malam ini?"

Rainer yang tadinya tersenyum miring kini bahkan mengubah ekspresi wajahnya hanya karena mendengar ucapan itu dari mulut callister.

Callister berdecih melihat ekspresi Rainer. "Ada apa dengan wajahmu? Ey, come on. Bukankah sudah lama sekali kau ingin mengajakku balapan? Sekarang aku senggang, maaf, karena kemarin-kemarin aku terlalu sibuk mengurusi orang-orang penting." Remeh Callister

"Katakan saja kau baru berani kemari." Delon menyela

Bukannya kesal, Callister malah terkekeh renyah di hadapan Rainer. "Kalian sekumpulan orang-orang pengecut, untuk apa aku harus mengumpulkan keberanian hanya untuk datang menemui kalian. Buang-buang waktu saja."

"Woi! Jaga ucapanmu!"

"Aku tidak suka basa-basi. move to be the winner or stay silent like a coward? " Ujar Callister

Rainer mengepalkan tangannya kuat mendengar ucapan remeh dari Callister itu. Tentu saja ia tidak akan diam saja seperti pengecut, apalagi menantang Callister untuk beradu di sirquit adalah impiannya, mana mungkin Rainer membuang kesempatan itu. Hanya saja, sebuah hal lain menyelimuti hati Rainer, tentang ketakutan. Karena saat callister memberikan kesempatannya tadi, Rainer dapat merasakan hawa panas yang ada di dalam diri Callister, apalagi kedatangannya yang tiba-tiba tanpa ada hal lain.

"Kenapa kau masih diam saja? Jangan bilang kau takut untuk berhadapan denganku."

"Cukup percaya diri ya." Jawab Rainer

"Kalau begitu tunggu apalagi?"

Mereka berdua saling melempar tatapan tajam, Callister benar-benar tidak sabar untuk menghabisi laki-laki bajingan di depannya ini.

"Sebelum berhadapan dengannya, hadapi dulu denganku."

Ucapan itu menyita perhatian semuanya. Mereka menoleh ke asal suara, begitu juga dengan callister. Betapa terkejutnya sosok Alison tiba-tiba muncul di hadapan mereka. Terlebih lagi laki-laki itu tampak kacau, rambutnya yang acak-acakan dan pakaiannya yang terbilang tidak rapi.

The Affair DEVIL | 21+ SELESAI ✅Where stories live. Discover now