56 : Attack

12.2K 312 51
                                    

Alana dan callister sudah berada di dalam mobil menuju butik yang Rangga maksud. Rangga memang sahabat yang baik, buktinya, semua alasan yang Rangga ucapkan hanyalah alibi semata, pemuda itu bermaksud untuk memberi Alana dan Callister ruang lebih luas untuk berduaan. Karena itu, selama di dalam mobil, senyum Callister belum juga luntur. Laki-laki itu banyak tersenyum mulai dari menjemput Alana sampai sekarang. Katakan bahwa callister gila karena tersenyum tanpa sebab, tetapi kenyataan, pemuda itu tersenyum karena keberadaannya Alana yang lagi-lagi ada di sampingnya. Bahkan dirinya berkali-kali melirik Alana yang ada di sebelahnya, setiap menatap wajah Alana, maka senyum Callister semakin mendominasi dengan kebahagiaannya.

Alana yang sadar Callister terus saja tersenyum tanpa berbicara, perempuan itu hanya bergedik ngeri. Apa Callister kerasukan? Itu pikirnya.

Ciitt!

Tubuh Alana tersentak kebelakang saat callister menginjak remnya secara tiba-tiba.

"Callister!" Kesal Alana

"Maaf, lampu merah."

Alana hanya mendesah kasar. Jika tahu ada lampu lalu lintas kenapa tidak memperhatikan lebih awal?

Callister melirik sebentar ke Alana yang sibuk melihat-lihat luar jendela. "Sayang.."

"Hm?"

Pemuda itu meraih tangan Alana untuk di genggamnya, menautkan jari-jarinya ke sela jari-jari tangan Alana. Callister mengusap lembut punggung tangan Alana menggunakan jempol besarnya. Kemudian, ia mengecupnya cukup lama. Alana hanya diam saja di perlakukan seperti itu, apalagi saat callister menaruh genggaman tangannya ke pipinya, alana hanya mampu menatap wajah tampan Callister dari samping.

"Lampu hijau." Ucap Alana

Callister pun mulai kembali mengendarai mobilnya tanpa melepaskan tangan Alana. Tangan mungil Alana seakan menciptakan kenyamanannya bagi Callister.

Sampai beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di butik besar. Mereka pun turun secara bersamaan, masuk kedalam butik tersebut dengan menunjukan kartu pelanggan atas nama Rangga dan Alena di resepsionis.

"Baik, mari ikut kami."

Callister dan Alana pun mengikuti penjaga butik itu. Saat tiga gaun di keluarkan, alana menatap takjub ketiga gaun pernikahan kembarannya yang sangat indah itu. Mata perempuan itu pun berbinar, tangannya meraba dengan teliti setiap sudut gaun itu.

"Woah! Dia akan menggunakan gaun ini?"

Callister yang menyadari ekspresi Alana pun menghampiri perempuannya itu. "Kau juga akan memakainya saat waktunya sudah tiba."

Alana hanya mengangguk, "Iya. Aku akan memakainya, saat waktunya tiba. Dua Minggu lagi." Ucapnya tanpa sadar

Hal itu membuat Callister langsung melunturkan senyumnya, ia tidak bodoh dengan ucapan Alana yang mengatakan dua Minggu lagi. Karena pada dasarnya, tunangan Alana memang akan menikahi perempuan itu dalam waktu dua Minggu lagi.

"Kau benar-benar akan menikah dengannya? Kau mau? Itu keinginanmu?"

Mendengar itu Alana sontak langsung menatap Callister. Kini ia sadar ucapannya melukai hati Callister. Tatapan Callister juga berubah dingin, membuat Alana takut, apalagi kata-katanya sungguh membuat Callister tersinggung.

The Affair DEVIL | 21+ SELESAI ✅Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu