4. Melarikan Diri

1.2K 168 41
                                    

" Hanya pada saat Ara tau kalau Ara gak bisa berguna buat oranglain. Cuma pada saat itu, Ara akan membenci hidup Ara sendiri. "










*
*
*
*
*
*









" Ups! Sorry ganggu. " Chika melipatkan kedua tangannya usai tak sengaja menangkap Aya dan Rafael kekasihnya tengah berciuman diruang tamu rumahnya.

" Lanjutin aja. Aku cuma mau ke dapur. " Tambahnya dingin, lalu memutuskan untuk berjalan melewati ruang tamu menuju dapurnya.

Chika memejamkan kedua matanya. Dia mendudukan bokongnya dikursi ruang makan. Gadis itu tampak berusaha menenangkan diri, mencoba untuk menahan emosi didalam tubuhnya yang sudah meronta-ronta ingin segera meledak.

Chika sungguh hanya tak dapat mengerti..

Seperti apa posisi Chika sesungguhnya didalam rumah ini?

Mengapa sekalipun Chika tak pernah merasa sedikit berharga?

Rumah besar yang terkesan mewah ini nyatanya lebih mirip layaknya neraka untuknya. Selama bertahun-tahun ditempati, namun tak kunjung memberikan Chika perasaan nyaman, tenang, aman, dan bahagia.

Ternyata benar kata orang.

A place doesn't make home.

But, people do.

Karena sebaik-baiknya rumah itu bukanlah dilihat dari bagaimana ukuran dan betapa bagusnya susunan batu bata itu dibangun. Percayalah bukan hanya sebatas itu rumah ternyaman kalian didapatkan.

Melainkan dari siapa saja penghuni yang tinggal bersamamu didalamnya. Yang peluknya selalu terasa hangat setiap kali lelahmu datang menghampiri, yang pundaknya pun juga selalu kamu cari setiap kali tangis akan kehidupan telah mencoba memukulmu, yang senantiasa pula selalu menyiapkan telinganya hanya untuk mendengarkan keluh kesahmu atau pun tawa candamu setiap kali mereka tahu kamu pulang.

Karena.. Rumah adalah tempat untuk seseorang ingin berpulang, kembali dan berbagi.

Because a place doesn't make home.

Then, people do that.

Right?

Begitulah kita menyebut Rumah bukan?

" Aku cuma mau memastikan satu hal sama kamu. Bahwa hidup itu gak seburuk apa yang selama ini kamu kira. Karena mungkin aja kamu cuma belum sempat berjelajah ke semua tempat. "

Seketika omongan Ara waktu lalu tiba-tiba terlintas didalam kepalanya. Membuat pikiran Chika kembali berperang untuk pendapat mana yang baik dan pantas didengar untuknya.

Pasalnya Chika sudah lama hidup dalam duka dan dengan luka. Dia bahkan sempat tak lagi percaya dengan adanya sebuah kebahagiaan. Karena bertahun-tahun lamanya ia lebih diajarkan untuk menyimpan kesedihan ketimbang menyimpan kesenangan didalam hidupnya.

" Kalau kamu gak menemukan kebahagiaan pada satu tempat, yang perlu kamu lakukan itu cuma perlu mencari tempat lainnya. Bukannya malah terus stuck dan berharap pada tempat yang kamu sendiri pun tau kalau kamu gak akan pernah menemukan apapun disana. "

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now