36. I'ts Always You

813 89 33
                                    

" Waktu pertama kali aku ketemu sama Ara, dia gak terlihat sesemangat ini, lain hal setelah pertemuan kamu dengannya. Ara selalu kelihatan bersemangat, setiap hari dan setiap waktu dia selalu menunggu dan menanti waktu dimana kalian bisa segera bertemu. "









*
*
*
*
*








Shani tampak terkejut begitu matanya menangkap sosok Bobby yang baru saja keluar dari Ruangan kamar Ara. Bukan bagaimana, pasalnya gadis itu hanya sudah cukup lama tidak melihat batang hidung dari pemuda berkacamata tersebut. Bahkan terakhir kali mereka bertemu itu pun disaat pemakaman Ayahnya.

" S-Shani. " Boby tak kalah terkejut dari Shani. Dia memberikan senyum tipisnya dan menundukkan kepalanya, setelah itu lelaki itu memutuskan untuk berjalan melewati Shani.

Namun.. Langkah Bobby terhenti ketika menyadari lengan jaket yang sedang dikenakannya itu tiba-tiba dicengkram oleh Shani.

" Kamu kemana aja, By? " Sepertinya Shani memang tidak dapat menahan dirinya untuk tak bertanya kepada Bobby perihal tentang mengapa lelaki itu menghilang begitu saja setelah pemakaman Nicholast.

Posisi dari Bobby saat ini masih sedang membelakangi Shani. Dia menghela napas beratnya untuk sekejap. Lelaki itu tahu jika ia memutuskan buat kembali, setidaknya ia juga harus siap bila bertemu dengan Shani, namun sayangnya ia hanya tak mengira bahwa akan bertemu dengan gadis itu secepat ini.

" Apa itu masih penting? " Kekeh Bobby, ia masih belum berani menoleh kepadanya. Lelaki itu cuma takut bila ia melihat Shani, pertahanannya akan kembali merasa goyah.

" Bercanda. Aku fokus membenahi diri, Shan. " Tambahnya setelah tawa paksanya itu meredam.

Perlahan Shani mulai melepaskan jari-jarinya yang melekat pada lengan Bobby. Mendengarkan bagaimana cara Bobby menjawab pertanyaannya, hati Shani terasa berkedut penuh dengan rasa bersalah. Biar bagaimana pun luka yang selama ini Bobby genggam dan selalu dibawa-bawa olehnya itu juga merupakan kesalahannya. Dia yang selalu saja menancapkan duri tajam dihati lelaki sebaik dan setulus Bobby.

" Kamu baik-baik aja? Maksudnya, apa semuanya baik-baik aja? " Tanya Shani pelan, ia jelas sangat khawatir padanya.

" Kamu sendiri gimana? " Bahkan pada saat seperti ini, Bobby masih jauh lebih memikirkan Shani.

" By.. "

Tak lama kemudian Bobby kembali mengukir senyuman tipisnya seraya membalikkan tubuhnya. Tidak ada yang berubah dari Bobby. Dia masih tetaplah sosok yang sama seperti kemarin, begitu pun juga dengan perasaannya yang sepertinya tak pernah kunjung menemukan kata selesai. Pemuda itu masih tetap selalu memilih untuk mencintai Shani didalam diamnya.

" Tenang aja. Aku pulang hanya untuk Chika kok. " Jawabnya lembut.

Shani mengangguk canggung.

" Tapi maaf ya.. Aku masih belum berhasil bujuk Chika buat pulang ke rumah. "

" Gapapa, By. Chika pasti masih terpukul banget sama keadaan Ara. Secara mereka itu kan emang dekat banget. " Balas Shani, raut wajahnya menunjukkan sekali bagaimana kekhawatirannya terhadap kondisi Adiknya.

Bobby lagi-lagi hanya dapat terdiam mendengarnya. Sayang sekali bukan jika Shani itu tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya, perihal mengenai Chika dan Ara itu bukan hanya sekedar sangat dekat, melainkan mereka juga saling mencintai bahkan sedang menjalin hubungan dibelakang gadis itu.

" Tapi, makasih ya By. " Shani tersenyum meski canggung, jujur ia merasa begitu senang akhirnya bisa melihat Bobby lagi. " Makasih karena kamu masih peduli sama Chika. " Tambahnya. Tidak hanya senang, sebenarnya gadis itu juga sangat merindukannya.

Kisah Untuk Zahra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang