12. A Night With You

1.3K 125 14
                                    

" Dalam hidup tersakiti itu adalah suatu kepastian. Cepat atau lembat setiap manusia akan berada diposisi itu. Dan ketimbang khawatir sama hal itu, Ara malah jauh lebih takut dan khawatir kalau Ara gak bisa ketemu lagi sama Chika. "









*
*
*
*
*








Perjalanan Ara dan Chika usai berpesta masih belum juga selesai. Keduanya saat ini memutuskan untuk melaju pergi ke suatu tempat yang sempat disarankan Ara sebelumnya. Alasannya? Chika yakin kalau Ara cuma terlalu takut untuk pulang ke rumah, apalagi melihat keadaan dan penampilan yang kacau sudah pasti akan mengundang banyak pertanyaan heboh dari Keenan.

" Ara.. Kepala kamu beneran udah gapapa? Masih berasa pusing gak? "

Ara menolehkan kepalanya lalu menggeleng pelan pada Chika. Melihat wajah Chika yang nampak khawatir terhadapnya mengundang Ara untuk mengulas senyumnya. Ternyata Chika tidak lah sebodo-amat itu padanya. Lantas apakah boleh Ara merasa sedikit berbahagia akan itu?

" Kalau Chika ada disamping Ara, semua bagian tubuh Ara yang sakit gak bakal terasa sakit. "  Balasnya terkekeh.

" Raaa.. Aku tanya serius loh. "

" Ara juga serius Chika. Ini jawaban udah paling serius malah. Atau Chika mau yang lebih serius lagi soal hubungan kita? " Goda Ara tersenyum genit seraya menaik turun alisnya.

Chika hanya menarik napasnya pasrah, untungnya ia sudah terbiasa dengan perkataan dan juga apa yang ada didalam isi kepala si buaya betina itu.

" Jangan ngawur. Gak ada hubungannya sama hubungan kita. " Sahut Chika. Padahal malam sudah semakin larut, tapi anehnya tenaga Ara untuk menggodanya tak kunjung habis.

" Hahaha bercanda.. Tapi Ara beneran baik-baik aja kok Chik. Makasih ya udah khawatir. " Senyum Ara kian terangkat semakin melebar bersamaan dengan tangannya yang bergerak mengusap rambut Chika lembut.

Tindakan Ara mampu membuat Chika mengerjapkan kedua kelopak matanya tertegun. " Hmm.. R-Ra ini masih jauh? Dari tadi kok kita gak nyampe-nyampe? " Tanya Chika langsung mengalihkan pembicaraan.

Dahi Chika mulai mengerut heran memperhatikan jalanan yang mereka lewati sejak tadi hanya ada perpohonan alias begitu sepi sekali, " Kamu beneran gak lagi ngerjain aku kan? Gak bakal nyulik atau berbuat mace- "

" Astagfirullah! Congormu Chika! " Ara mengangkat tangannya, menutup mulutnya dengan kedua tangannya dramatis. " Nggak perlu diculik juga Chika kan emang udah kabur dari rumah. Terus gak perlu niat macam-macam juga, beberapa jam yang lalu kita emang udah berbuat macem-macem. "

Chika mendelik geram seraya tangannya langsung memukul lengan Ara kesal bila sahutannya itu malah dijawab dan diperjelas oleh Ara. " Kamu bahas soal itu sekali lagi, aku beneran bakal lempar kamu keluar dari mobil. "

Ara lantas memajukan bibirnya, " Galak. " Suaranya memelan.

" Bilang apa kamu? " Chika melirik tajam Ara.

" Cantik. Chika orang paling cantik sedunia. " Jawab Ara kembali melebarkan senyumnya.

Raut ekspresi wajah Chika menegang ketika Ara menyebutnya cantik. Membuat Ara jadi turut terkekeh gemas melihatnya. Walau sebenarnya mengenai perihal itu, Ara juga tak sepenuhnya berbohong. Chika memang terlihat sangat cantik dengan dress putih yang melekat ditubuhnya. Bahkan sukses menjadi pusat perhatiannya begitu Ara melihat kedatangan Chika diclub.

" Kenapa sayang? Deg-degan ya? " Tanya Ara menopang satu dagunya genit.

Memang bukan Ara rasanya kalau tidak dapat membuat orang lain mampu merasa senang sekaligus kesal secara bersamaan. Baru saja Chika dibuat berbunga-bunga olehnya lalu sekarang malah dibuat muram lagi.

Kisah Untuk Zahra Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon