25. Kau Rumahku

981 96 11
                                    

"Ara sepenuhnya sadar kalau ini salah. Tapi Ara gak bisa menahan diri, karena bahagianya Ara itu cuma ada sama Chika. Tolong.. Ara sangat sayang Chika, Ara hanya ingin terus bersama Chika. "








*
*
*
*
*









" Ngapain Chik? "

Mendengar suara yang berasal dari balik punggungnya, Chika reflek buru-buru menutup laptop miliknya dengan cepat. Dia hanya tak ingin apa yang gadis itu lakukan sedari tadi diketahui dan dilihat oleh siapapun. Setelah ia membalikkan tubuhnya, Chika pun mendapati sosok Ara ternyata telah berada dibelakangnya.

" H-Hai Ra! Gak ngapa-ngapain kok, cuma lagi ngecek tugas. " Balas Chika, setetes air keringat mengalir dari pelipisnya.

Ara memincingkan matanya curiga, " Tugas? Tapi kok kayaknya ada nama Ara nya. " Ucapnya lalu melangkah maju mendekat berniat untuk mengintip kembali isi laptop Chika yang tak sengaja dilihatnya sekilas, " Coba Ara lihat- "

Sebelum tangan Ara berhasil menggapai laptop milik Chika, gadis itu langsung mengambil dan menyimpannya didadanya. " Mana ada sih Ra. Kamu gak usah kepedean deh! " Serunya menggelengkan kepalanya mengelak.

Ara hanya memajukan bibirnya tak berdaya kalau Chika sudah kesal seperti itu, "  Iya-iya maaf. "

" Oh ya Chik, Ci Shani udah ada di depan tuh mau jemput kamu. " Ara menunjuk arah sisi luar kamarnya.

Mendengar hal itu membuat Chika seketika menarik napas dan menghembuskannya, wajahnya melesu dan jelas kelihatan bimbang. Karena jujur saja, sebenarnya gadis cantik itu memang masih tak ingin pergi dan tak cukup yakin akan keputusannya untuk pulang kembali ke rumahnya. Pasalnya, ketimbang balik ke tempat yang selalu mengingatkannya soal luka dan derita dimasa lalunya, Chika tentu akan lebih senang untuk tinggal bersama Ara yang tak pernah berhenti membuatnya bahagia dan tenang.

Namun Chika pun juga tahu diri bila mana ia tak akan mungkin terus-menerus tinggal ditempat Ara. Dia tak ingin lebih banyak merepotkan Ara dan Keenan dengan kehadirannya. Ara dan Papahnya itu sudah cukup baik telah bersedia menampungnya selama Chika pergi dari rumahnya.

" Hey, kenapa? " Tanya Ara memiringkan kepalanya heran melihat wajah Chika yang terlihat lesu.

Chika menggelengkan kepalanya, tangannya bergerak lalu melingkar rapih pada pinggang Ara. Gadis itu hanya memeluk Ara, meletakkan kepalanya untuk bersandar dan mencari sebuah kenyamanan pada pelukan itu.

" Sayangnya Ara kenapa nih? " Ara mengulang pertanyaannya tak yakin dengan respon dari Chika.

Chika terlihat mengambil jeda sejenak untuk diam sebelum memang akhirnya ia jujur pada Ara, " Aku cuma takut Ra. "

" Hm? Apa yang kamu takutin Chika? Disana kan ada Ci Shani dan ada- "

" Justru karena mereka. Aku.. Aku takut kalau bakal berakhir diasingkan lagi dirumah itu. " Potong Chika melirih pelan.

Kini gantian, Ara lah yang perlu terdiam dan terbungkam dipenuhi akan banyak hal yang mengganjal dikepalanya mendengarnya.

" Selama ini mereka udah terlalu banyak membiarkan aku hidup dalam kesendirian. Mereka gak peduli sama aku dan keadaanku. Bahkan aku udah nyaris mati berulang kali, tapi apa yang mereka lakukan? Ci Shani tetap pilih pekerjaannya, dan Mamih malah minta aku buat gak terus berbuat gila dan maksa aku untuk minum obat-obatan yang gak enak itu. "

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now