40. Tentang Cinta Dan Patah

745 92 33
                                    

" Walaupun kemungkinan harapan kamu buat sembuh itu emang kecil atau sekiranya hanya sedikit dari persenan biasanya, kita masih tetap punya harapan, Ra. Selama harapan itu gak pudar dan kamu gak berhenti untuk percaya, artinya kita masih dibiarkan untuk bisa mewujudkannya "









*
*
*
*
*










Bobby melempar kertas yang dipegang olehnya dengan raut wajah yang sulit diartikan. Setelahnya ia mulai terpejam berharap hatinya menenang, semakin hari beban yang menumpuk dikepalanya terasa berat, masalah seolah begitu mencintainya sampai harus selalu datang mengikutinya. Padahal selama hidupnya berlangsung, ia hanya seorang pemuda yang punya keinginan kecil untuk bisa menikmati hidupnya dengan tenang. Tentunya terlepas dari segala beban yang selalu saja diberikan oleh Kakeknya terhadapnya.

" Abang seminggu ini kemana aja? "

Bukannya menjawab pertanyaan itu, Bobby hanya memutar bola matanya menghindar. " Gimana kabar kamu, Mamah, Gito, sama Kak Ve? "

" Pulang Abang, Mamah setiap hari selalu nanyain Abang terus. " Lirih Gracia, ia menatap iba Kakak laki-lakinya yang terlihat jauh lebih kurus.

" Nanti ya? Abang masih perlu waktu. "

" Waktu apa lagi, Abang? Buat menerima Ara sebagai bagian dari Keluarga kita? " Gracia kembali bertanya. " Dia juga butuh kita, Abang. Kita adalah Keluarganya. Bertahun-tahun kita mungkin tersiksa dirumah tapi kita saling memiliki, kita semua saling berpegangan dan saling mendukung, tapi Ara.. Selama ini dia bertahan dan berjuang sendirian melawan penyakitnya. "

Pandangan Gracia melurus, tatapan matanya memohon penuh harap. Bobby merenung terdiam sejenak sibuk dengan pikirannya. Dia tahu jika apa yang dikatakan Gracia itu benar adanya. Bobby tak semestinya bertindak egois hanya karena ia tidak suka terhadap hubungan Ara dan Chika. Bobby tidak seharusnya meninggalkan Ara pada kondisi seperti ini, ketika gadis itu sedang berjuang keras untuk bertahan hidup.

" Abang loh yang selalu bilang dan selalu ingatin kita kalau Keluarga itu nggak boleh saling meninggalkan saat kondisi apapun. "

Mulut Bobby terasa agak berat untuk berucap, pikirannya mendadak kosong. Seandainya saja, Ara dan Chika itu memang pure hanya berteman mungkin semua ini akan jauh lebih mudah untuk diterima oleh Bobby.

" Abang. " Panggil Gracia.

Selanjutnya, Bobby merasakan hatinya terpukul keras ketika bertemu dengan sepasang mata hitam sayu milik Gracia yang sungguh terlihat amat sedih, sebagai Kakak laki-lakinya, Bobby jelas merasa gagal. Dia merasa gagal menjaga Keluarganya untuk tetap bahagia disisinya. Keluarganya telah hancur berantakan, semua orang disekitarnya sekarang jauh lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bersedih dan menelan berbagai luka pahit.

" Iya, Gre. Abang gak akan pergi lagi. " Jari Bobby bergerak, ia menghapus satu tetes air mata Gracia yang tidak sengaja terjatuh.

Lelaki itu melebarkan senyumnya, " Mulai sekarang, kita jaga Ara sama-sama ya. " Pada akhirnya Boby tetap memilih untuk lebih mengesampingkan egonya dan ketenangan hidup yang ia impikan.

Mendapati balasan Bobby, Gracia lantas menarik kedua sudut dari ujung bibirnya, ia tersenyum merasa cukup lega sekaligus lebih tenang akan jawaban lelaki itu.

Kisah Untuk Zahra Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora