33. Ara & Harapannya

784 106 28
                                    

" Bahwa kamu adalah sebuah ketidakmungkinan yang selalu ia doakan setiap hari untuk tetap menjadi nyata. "








*
*
*
*
*








Setahun yang lalu..


Ara berjalan mengitari taman tempatnya berpijak dengan raut wajahnya yang tampak kelihatan sangat bahagia. Matanya berbinar-binar bercahaya dan senyumnya yang terangkat begitu manis, semakin menyempurnakan kecantikan wajahnya. Sehingga membuat siapapun yang melihatnya pun juga pasti dengan mudah merasa berdebar serta jatuh hati karena keceriaannya.

" Mukanya bahagia banget, Ra. " Kata Suster Cindy menyenggol lengan Ara.

Ara mengangguk dengan ekspresi raut wajahnya yang tersipu malu-malu. " Iya dong soalnya Ara akhirnya tau siapa nama Bidadari itu, Suster. "

" Bidadari? " Suster Cindy memiringkan kepalanya terlihat bingung.

" Iya Suster! Ini fotonya nih! " Sahut Ara bersemangat sekali menunjukkan potret seorang gadis cantik yang berada dikamera ponselnya kepada Suster Cindy.

" Loh ini mah si Chika!  "

" Hah? Suster Cindy kok tau? "

Suster Cindy langsung tertawa melihat wajah heran yang ditampaki oleh Ara. Kenapa ia bisa mengetahuinya? Apa Ara bercanda? Bagaimana mungkin Suter Cindy yang sangat update soal gosip itu tidak mengetahui Adik dari artis terkenal Shani Indira Natio yang memang sedang menjalani perawatan berjalan dirumah sakit ini.

" Emangnya Perawat mana yang nggak tau siapa Yessica Tamara? " 

Dengan polos dan lugunya, Ara malah menunjuk dirinya sendiri. " Kamu itu kan bukan Perawat atau Dokter Ra, jadi wajar aja kalau nggak tau tau soal anak itu. " Balas Suster Cindy terkekeh.

" Dia itu Yessica Tamara. Pasien kamar rawat inap No.48 Ra. Udah dua minggu lebih tuh disini. Biasalah anak remaja jaman sekarang, kalau lagi capek niatnya udah jelek aja maunya pasti langsung buru-buru ketemu Tuhan. "

" Berarti Papah juga tau dia ya Sus? " Tanya Ara sekali lagi.

" Heem. Papah kamu sempat nanganin dia kok waktu dalam kondisi kritis. "

" Separah itu mentalnya? " Ara bergeming ditempatnya tak percaya.

Suster Cindy menganggukkan kepalanya. Dia sendiri juga tak paham dan tak mengerti dengan apa yang terjadi terhadap anak itu. Bukankah ia memiliki kehidupan yang sempurna? Gadis itu punya wajah yang super cantik, tubuh tinggi dan berat yang ideal, harta yang bergelimang, belum lagi Cicinya adalah seorang artis terkenal, rasanya setiap gadis manapun juga pasti akan sangat mengirikan kehidupan yang ia punya.

Lantas mengapa ia dapat se-despresi itu terhadap hidupnya sendiri?

" Jangan berpikir bisa ngedeketin dia deh, Ra. Semua orang yang ada disini aja kalau ketemu atau nyapa pasti dicuekin. "

" Suster Cindy bisa baca isi kepalaku ya? " Ara tertawa renyah saat Suster Cindy berhasil menebak apa yang ada didalam pikirannya.

" Ya kamu kan buaya! Nggak boleh ngelihat yang cakep dan bening sedikit. " Cibir Suster Cindy mendelik malas.

Ara kemudian menggaruk tengkuk lehernya heran, kenapa akhir-akhir ini image-nya dimata semua orang itu selalu saja seperti itu? Padahal ia kan hanya berusaha bersikap lebih ramah.

Kisah Untuk Zahra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang