37. Ruang Aksara

784 94 19
                                    

" Ara selalu melihatnya diberbagai keadaan. Begitu juga dengan suaranya, entah emang ada yang salah atau nggaknya sama telinga Ara, tapi disetiap waktu dan pada setiap saat.. Ara selalu mendengar suaranya memanggil nama Ara. "







*
*
*
*
*








Semesta begitu unik dan penuh warna,
Diselimuti senang bercampur gelisah,
Membuat kita sebagai manusia,
Rentan seringkali ingin berjalan saling beriringan sampai pada akhir dari sebuah kehidupan.

Begitu pun dengan garis waktu..
Dia membuat kita bertumbuh dewasa,
Berubah melesat jauh dari perkiraan.
Mengikuti detik yang berdetak dikehidupan,
Meninggalkan kenangan lama tepat pada sudut ruang kata merindu.

Memang tidak ada yang abadi, bukan?
Apa yang kita genggam sangat kuat,
Kita usahakan setengah mati,
Nyatanya tak selamanya mampu kita miliki.
Karna segalanya selalu punya batas waktu.

Dan jika hidup ini hanya sementara,
Maka ijinkan kehidupanku ditemani oleh canda dan juga tawa.
Dan jika waktuku memang terlalu singkat,
Maka harapku hanya ingin dikenang,
Sebagai bagian termanis dari setiap kisah hidup untuk oranglain.

Kepala Ara celingak-celinguk tampak kebingungan, matanya mulai menelusuri setiap sudut tempat yang ia pijaki. Dahinya mengernyit tak paham, kenapa saat ia terbangun dari tidurnya, tiba-tiba ia malah berada dirumah lamanya? Bahkan hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah kenapa rumah yang sudah lama ditinggali olehnya itu terlihat sangat bersih, rapih, dan juga terawat?

Padahal Ara ingat sekali jika terakhir kali ia mampir untuk menengok rumah itu, rumah itu sudah hampir mirip selayaknya rumah hantu karena sangat kotor dan tak terurus. Tapi mengapa rumah ini sekarang nampak berbeda? Siapa sekiranya yang telah merawat dan memperbaikinya?

" Papah! " Teriak Ara dengan lantang.

Ara menggaruk tengkuk lehernya heran, apa ia baru saja mengalami amnesia? Makannya ia tak mengingat apapun yang mengakibatkan ia bisa berakhir ditempat ini?

" Haloo! Apa rumah ini ada orang? " Pekik Ara, ia mendesah frustasi karena tidak menemukan siapapun didalam rumah ini sejak tadi.

" Kemana perginya semua orang? "

Langkah Ara terhenti melihat sebuah bingkai foto yang diletakkan di Ruang Keluarga. Jantungnya berdegup kencang, ia sangat terkejut dan shock bukan main melihat foto itu. Berulangkali ia memijat pelipisnya saking tak percayanya dengan apa yang barusan matanya temukan. Bingkai foto itu adalah foto keluarganya, tetapi isi foto itu sangatlah berbeda dari foto yang selama ini terpajang dikamarnya.

" Udah pulang Ra? "

Ara menolehkan kepalanya, untuk kedua kalinya ia kembali dikejutkan dengan sosok pemuda tampan bertubuh tinggi yang berdiri tegak dihadapannya. Lelaki itu kemudian mengangkat senyumannya amat lebar, senyum yang Ara sendiri tidak pernah percaya bahwa akan melihatnya langsung dengan kedua matanya sendiri.

" Kamu.. "

Dia memiringkan kepalanya, perhatiannya teralih melihat sebuah debu yang menempel difoto yang diperhatikan oleh Ara. " Loh? Kok udah kotor lagi aja sih. " Celetuknya mengeluarkan sapu tangan dalam saku celananya lalu mengelap debu tersebut. Menyadari hal itu, bisa dipastikan bahwa pemuda itu lah yang sudah merawat baik Rumah ini.

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now