39. Kita Yang Tak Dipahami

757 93 3
                                    

" Kami gak perlu dukungan dari orang-orang, hanya aja tolong jangan pisahkan kami, jangan menyiksa kami dengan meminta kami untuk saling menjauh. Dipukul kenyataan soal kisah cinta kami yang memiliki batas waktu udah sangat menghancurkan dan menghukum kami berdua. Jadi tolong... Untuk kali ini tolong jangan ambil paksa bahagia kami yang tersisa. "









*
*
*
*
*









" Kalian semua disini saja, jaga pintu dan hadang semua orang yang ingin masuk. " Titah Andrew kepada lima bodyguardnya.

" Baik Tuan. "

Andrew menghela napasnya, ia melepaskan kacamata hitam yang dikenakan olehnya lalu memutuskan untuk beranjak masuk ke dalam ruangan tempat dimana Ara berada.

" Selamat siang, Ara. " Panggil Andrew yang disambut dengan tatapan tajam dari Ara.

Ara yang tengah sendirian di ruangannya itu hanya memasang raut wajah dinginnya. Gadis itu tahu betul siapa sosok yang tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Seseorang yang sebenarnya Ara sendiri juga tidak akan menduga bahwa akan bertemu langsung dengannya.

Ya, Tuan Terhomat Andrew Chaesar.

Selaku.. Kakek kandungnya.

" Dari bagaimana caramu menatap, sepertinya kamu sudah tahu segalanya ya? " Sahut Andrew mendudukan bokongnya disofa dengan amat santai.

" Mau apa anda ke sini? " Ara bertanya to the point.

" Anda.. Begitukah caramu menyapa Opah untuk pertama kalinya? " Lelaki itu mengusap dagunya.

Ara tidak tertarik mengubrisnya, ia cuma menghela napasnya kasar kemudian membuang pandangannya terlihat acuh.

" Nak.. Saya tau kamu tidak se-angkuh itu untuk menerima kehadiran saya sebagai Opahmu. Karena biar bagaimana pun kita adalah Keluarga. Didalam darahmu itu juga mengalir darah saya. Kamu keturunan saya, Cucu kandung saya. Hal itu sudah menjadi fakta mutlak yang tidak akan pernah mungkin terbantahkan. " Ucap Andrew sengaja menekankan kata 'kandung' tersebut.

Mendengar pernyataan itu, Ara tersenyum jengah tak percaya. " Keluarga? Jangan pernah menyebut Keluarga, jika apa yang anda lakukan selama ini cuma selalu menyakiti mereka. "

Sepasang mata Andrew seketika menajam, berusaha menahan rahangnya yang telah mengeras, ia selalu tidak suka apabila omongannya dibantah oleh siapapun.

" Setelah bertahun-tahun lamanya anda memisahkan orangtua Ara, menjauhkan Ibu Kandung dan Kakak Ara, membiarkan Ara terpaksa tumbuh dewasa tanpa mengenal atau merasakan kasih sayang dari mereka.. Bahkan karena anda, Ara nggak sempat bertemu dengan Kak Aran sebelum kepergiannya. "

" Lalu.. Bagaimana bisa setelah semua kepahitan itu, anda masih bicara dengan tenangnya soal Keluarga sama Ara? " Sahutnya, raut wajahnya memerah, memperlihatkan kekecewaannya kala mengingat segala hal yang sudah diperbuat Andrew terhadap Keluarganya.

" Saya tau, Ara.. Saya tau, maka dari itu saya datang hari ini untuk meminta maaf terhadap kamu. Saya merasa bersalah ketika tahu bahwa kamu hidup menderita dirumah sakit ini. " Kata Andrew, sorot matanya yang melurus membingungkan Ara, ia tak tahu apakah Kakeknya itu benar-benar berkata tulus atau tidak.

Pasalnya, Andrew selalu penuh tipu daya.

" Kenapa? Atas dasar apa anda meminta maaf setelah bertahun-tahun anda diam? " Delik Ara, ia hanya penasaran dengan motif yang membuat Andrew ingin menemuinya hari ini.

Andrew melipatkan kedua tangannya dan menyimpan didadanya, " Bukankah sudah saya katakan, biar bagaimana pun kita adalah Keluarga. Saya baru datang hari ini karena saya baru tahu dimana keberadaan kamu sekarang, Ara. "

Kisah Untuk Zahra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang