43. Nothing Last Forever

845 104 20
                                    

" Kamu gak seharusnya meninggalkanku tanpa menepati semua janji kamu, Ara. Kamu nggak boleh begini denganku. "







*
*
*
*
*






Kehidupan sebagai manusia memang memiliki warna yang akan berbeda-beda, seperti halnya warna cerah yang terlihat memberikan kesan kebahagiaan dan warna yang gelap yang terlihat memberikan kesan kesedihan dalam hidup. Semuanya selalu imbang, bukankah kita tidak akan kenal putih, jika tidak tahu apa itu hitam. Dan kita tak menyebutnya terang, jika definisi gelap atau remang-remang masih menjadi perdebatan. Percayalah hidup ini begitu luas, bahkan masih lebih luas dari apa yang pernah imajinasi semua orang berusaha untuk kupas.

Sama seperti kehidupan yang Ara rasakan, sebut Ara ialah manusia yang paling munafik karena selama ini ia tidak pernah mengakui penderitaannya. Bahkan tak pernah ada orang yang melihatnya merasa sakit disaat ia justru sedang kesakitan. Gadis itu selalu punya pemikiran yang berbeda dari kebanyakan orang, ia sangat keras kepala sehingga selalu ingin membuat semua yang ia rasakan harus terlihat mudah, padahal terkadang didalam hidup memang tidak apa-apa bila membuat beberapa hal menjadi tak semudah itu untuk dilalui.

Namun sekali lagi.. Dia memang Ara. Gadis yang tak akan pernah ingin membuat oranglain kesusahan atasnya, ia sosok yang jauh lebih senang hati untuk menangkap derita dan menyimpannya sendiri supaya orang-orang disekitarnya tak perlu ikut merasakan penderitaan.

Meski sesungguhnya, wajar bukan bila manusia merasakan derita hidup di Dunia?

Jika kita ingin mencari keadilan, maka sudah seharusnya Dunia jelas bukanlah tempatnya.

Ara selalu menggunakan cara seperti itu. Dia tak pernah sekalipun marah atau mempertanyakan apa yang terjadi didalam hidupnya, dengan segala luka dan penderitaan yang terpaksa ia harus telan dan terima baik-baik dihidupnya, ia masih tetap selalu sama, masih menjadi sosok yang memilih untuk mempermudah apa yang ia pikirkan.

" Sayang.. "

" Kamu melamun lagi. "

Tangan Chika terangkat, jari-jarinya mulai menyentuh punggung Ara dengan sangat lembut, kekasihnya itu sedang termenung dengan posisi tubuhnya yang berdiri didepan jendela kamarnya, pandangannya tertuju ke arah langit-langit malam yang berhasil dipenuhi oleh rembulan dan juga ratusan bintang yang berpijar menerangi gelapnya malam diatas sana.

" Hei, kok bangun? " Tanya Ara begitu menyadari kehadiran Chika disebelahnya.

Gadis itu hanya merenggut, tangannya berpindah memeluk pinggang Ara. " Kamu gak ada disebelahku. Aku kan paling gak bisa tidur kalau gak melukin kamu. " Ucapnya lalu meletakkan kecupan singkat dipundak Ara.

Ara terkekeh saat mendengar jawaban menggemaskan dari kekasihnya, ia lantas membalikkan tubuhnya kemudian memberikan pelukan erat untuk Chika.

" Manja banget, pacarnya siapa sih? " Sahut Ara , ia mendekatkan wajahnya, membiarkan hidungnya menyentuh hidung milik Chika.

" Pacarnya Araaaaa.. " Celetuk Chika, yang lagi-lagi dibalas tawa oleh Ara.

" Hahaha.. Lucunya kesayangan Ara ini. Lanjut tidur lagi yaa? Besok kamu harus sekolah loh. "

Chika menggelengkan kepalanya, " Aku gak mau sekolah, Araa. Disekolah itu gak ada kamu! " Rengeknya benar-benar sangat manja.

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now