13. All About The Family

1.3K 122 13
                                    

" Ibarat katanya, kalau ada satu orang yang bersedia memberikan waktunya, itu artinya dia udah memberikan sebagian hidupnya yang gak akan pernah bisa diambil lagi. "







*
*
*
*
*








Bobby terlihat tengah mengambil jas hitamnya lalu mengenakannya dengan buru-buru. Waktu sudah menunjukan pukul 9 pagi, ia terlambat untuk datang meeting penting hari ini dikantornya. Padahal Bobby sebenarnya bukan tipikal lelaki yang suka dengan kata terlambat, namun bila mana ada hal yang membuatnya sampai terlambat dapat dipastikan bahwa hal itu juga pasti sangat penting atau sangat mengangggunya sehingga ia perlu terjaga semalaman karena memikirkannya.

Memangnya apa lagi kira-kira yang mampu membuat pikiran Bobby serunyam ini bila bukanlah masalah Shani. Sepertinya sejauh mana pun Bobby dapat bersikap tegas, Bobby masih tetaplah Bobby. Seorang pemuda yang mendedikasikan hidupnya sejak dulu hanya untuk selalu mencintai Shani.

Dia tak akan pernah berhenti memikirkan gadis itu sampai kapanpun. Meskipun besar sekali keinginannya untuk bersikap tak peduli selayaknya sikap Shani selama ini terhadapnya, akan tetapi sayang sekali Bobby tak akan mungkin mampu. Bobby sulit mengendalikan diri dan tak pandai membohongi isi hatinya. Bahkan disaat kemarahan tengah merajalela dan mengusai penuh dirinya, lalu ia dan Shani tak lagi bicara atau memutuskan untuk tak lagi berteman, cintanya pada Shani tak akan pernah habis. Hal itu tak akan pernah membuatnya berhenti peduli atau khawatir dengan kabar dari gadis itu.

" Abang. " Panggil Gracia, ia adalah adik dari Bobby dan ia pun cukup dekat dengan Shani.

Bobby berhenti bergerak. Dia tak menoleh karena sudah paham dengan alasan yang membuatnya Gracia menghampirinya. " Gak sekarang Gracia. Abang lagi buru-buru ke kantor. "

" Sebentar aja, Abang! " Katanya lagi dengan nada yang lebih tinggi.

Pemuda itu tampak mengambil kacamatanya lalu memakainya. Dia tak terlalu mempedulikan kehadiran Gracia. Bobby tahu kalau kedatangan adik perempuannya itu pasti cuma ingin membahas masalahnya dan Shani.

" Abang mau sampai kapan menghindar dari Ci Shani? Kemarin Cici curhat kalau dia sedih banget karena semua panggilan dan chatnya itu diabaikan sama Abang. " Nah! Benarkan! Bobby telah menduganya.

Bobby masih membungkam mulutnya, ia sungguh benar-benar tak berminat untuk menjawab. Pemuda itu hanya sedang ingin menghindari semua percakapan dan hal-hal yang berhubungan langsung dengan Shani.

" Abang. " Gracia menyentuh lengan Bobby, gadis itu mengerti bahwa Bobby pun juga tak suka berada diposisi seperti ini. Namun Abangnya seolah tak punya pilihan lain untuk menyadarkan seperti apa kesalahan Shani.

" Kamu nyiksa diri kamu. " Tambah Gracia.

Bobby masih tak membuka suaranya.

Pemuda berkacamata itu hanya menarik napasnya dalam-dalam lalu menghelanya secara perlahan. Matanya mulai menatap lekat manik-manik mata adiknya, ia paham kalau Gracia sedang mencemaskannya. Setidaknya sama seperti Bobby yang khawatir pada Chika, Gracia pun juga mengkhawatirkannya.

" Bukannya kamu dari dulu selalu mau Abang berhenti menyukai Shani? " Akhirnya Bobby mengeluarkan pendapatnya.

" Iya tapi gak gini caranya. Abang nyakitin diri- "

" Terus kamu punya cara lain? Apa kamu punya cara lain buat menyadarkan Cici tersayang kamu itu dimana letak dari kesalahannya? " Potong Bobby, rahangnya mengeras dengan tegas.

Sahutan tajam Bobby tentunya membuat Gracia menutup mulutnya. Gadis itu terdiam kebingungan, perkataan Bobby sebenarnya tak sepenuhnya salah. Shani memang orang yang keras kepala. Bukan hanya Bobby, Gracia pun juga sering menasihatinya soal Chika. Tapi seperti biasa, Shani selalu mengabaikan ucapannya dan berdiri teguh dengan pendiriannya.

Kisah Untuk Zahra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang