34. Detik Ketakutan

780 122 38
                                    

" Hanya karena kita memilih diam dan mengalah, hal itu bukan berarti kalah, Chika. Tapi kita hanya mencoba untuk belajar lebih dewasa dalam menerima.  "










*
*
*
*
*










Ara mengangkat senyumnya dan melambaikan tangannya melihat Chika baru saja selesai mengambil nilai berlari untuk pelajaran olahraga. Sementara gadis itu, begitu menyadari kehadiran Ara, ia dengan cepat langsung bergegas menghampiri tempat dimana kekasihnya sedang duduk memperhatikannya.

" Kamu ngapain ke sini? Katanya lambungnya sakit, bandel banget sih. " Tutur Chika berkacak pinggang menatap Ara tak percaya.

Namun Ara hanya tersenyum tidak peduli, ia mengangkat tangannya dan mengelap air keringat yang telah menjajah habis permukaan wajah Chika dengan handuk kecil yang ia pegang.

" Udah mendingan kok. Lagian Ara bosen dikelas, makannya Ara kesini. " Jawab gadis itu.

Chika bergeming ditempatnya, sejujurnya ia senang sekali melihat keberadaan Ara disini walau sebenarnya tak dipungkiri adanya sedikit rasa cemas yang timbul didalam benaknya karena menyadari Ara berada dilapangan. Bukan bagaimana, Chika cuma takut apabila nantinya murid-murid lain akan berkomentar yang tidak-tidak mengenai Ara, mengingat bahwa gadis itu memang tidak pernah muncul atau ikut pelajaran olahraga selama ini.

" Sayang.. Ara baik-baik aja. " Tekan Ara yang membuyarkan lamunan Chika.

" Heem. Yang penting kamu gak usah petakilan dan banyak tingkah dulu ya Ra. "

" Iya kesayangan. " Jawab Ara, jari-jari lentiknya mengusap pipi chubby Chika dengan lembut. " Capek ya Chik? " Ara bertanya lagi.

Kekasihnya itu mengangguk, mengiyakkan pertanyaan Ara dengan cukup lesu.

" Duh kasian kesayangan Ara, sini-sini duduk dulu terus minum. " Sahut Ara, ia menarik tangan Chika untuk duduk disebelahnya kemudian memberikan gadis itu air mineral yang dibawanya.

Chika mengambil botol air mineral itu lalu langsung meneguknya, kebetulan sekali Chika lupa lagi membawa botol minumnya.

" Pelan-pelan sayangku. " Ara terkekeh gemas memperhatikan Chika yang tampak kehausan.

" Cuacanya adem tentram gini, tapi kok aku malah kepanasan ya? " Celetuk Ashel menyindir sepasang kekasih yang duduk persis tepat didepannya.

" Loh ternyata ada orang toh dibelakang. " Ujar Ara menaikkan alisnya tengil.

" Hellawwwww! Dari tadi juga aku udah duduk manis disini kali, kalian aja yang terlalu sibuk mengumbar kemesraan. " Ashel mengerucutkan bibirnya malas. Lagi pula kenapa Chika dan Ara harus duduk didepannya sih? Itu kan sangat mengganggu pemandangannya.

Ara dan Chika kompak tertawa dengan respon dari gadis cerewet yang kelihatan sebal itu. " Ya kalau kamu kepengen juga kan tinggal panggil si Aldo aja. Udah resmi ini kan? " Ledek Ara, ia merangkul Chika sengaja ingin memanaskan dan semakin membuat Ashel iri kepadanya.

Chika hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah Ara yang sangat kekanak-kanakan. " Udah deh Ra, Kamu juga gak usah mancing-mancing! " Tegurnya.

" Nah Chik bener tuh! Omelin aja emang Chik! " Cibir Ashel menjulurkan lidahnya untuk Ara.

" Iya-iya sayang, maaf yaa? " Kata Ara mengusap punggung tangan Chika.

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now