30. Rahasia Keluarga

744 94 10
                                    

" Kita semua terlahir dengan keberuntungan yang berbeda. "








*
*
*
*
*









Bobby baru saja keluar dari kamar Alanna dengan raut wajahnya yang melesu. Gracia dan Gito yang melihat hal itu lantas ikut merasa kecewa karena mereka tahu apabila mungkin Alanna pasti lagi-lagi telah menolak ajakan Bobby untuk makan bersama. Padahal sudah hampir tiga minggu sejak suaminya meninggal, tapi Ibunda Bobby dan Gracia masih memilih untuk mengurung diri didalam kamar.

" Mamah katanya mau istirahat aja. " Ucap Bobby kepada Gracia.

Gracia menundukkan kepalanya. " Jujur aja Gracia khawatir banget lihat sikap Mamah akhir-akhir ini, Abang. Kira-kira sampai kapan Mamah bakal terus ngejauh dari kita semua? " Hatinya terasa perih, kesedihannya atas kehilangan Nicholast masih belum selesai namun sekarang harus ditambah lagi dengan masalah Alanna yang semakin terpuruk disetiap harinya. 

" Aku takut.. Aku udah kehilangan Papah. Dan aku gak mau kalau sampai harus kehilangan Mamah juga. " Lirihnya pelan.

" Ck, ini semua gara-gara Opah! Kalau aja malam itu Opah gak maksa Uncle buat dinas keluar kota, kecelakaan itu pasti gak akan mungkin terjadi. " Ketusnya mengepalkan kedua jemari tangannya, tingkat kekesalannya berhasil mencapai puncaknya, kesabarannya habis sudah terendam didalam lautan kebencian yang hampir menenggelamkan logikanya.

" Selama ini kita semua udah sangat menderita. Kita selalu ngalah sampai pada akhirnya kita kehilangan banyak hal berharga cuma karena perbuatan egoisnya Opah. Sampai kapan, Abang? Mau sampai kapan kita terus-terusan bersabar kayak gini? Sampai giliran salah satu dari kita yang nantinya akan pergi atau mati? "

" Gito. " Bobby menekankan dengan tegas nama lelaki itu, ia sungguh tak ingin Gito semakin menakuti Gracia. 

" Kenapa Abang? Gito udah muak banget sama semuanya, Ci Gracia juga pasti sama kan? Bahkan Mamah dan Aunty Alanna yang anaknya aja pasti udah capek menghadapi sikap Opah yang makin keterlaluan. Kalian nggak capek emangnya berbohong terus? Kita semua tersiksa disini, tapi bodohnya kita masih tetap berpura-pura seolah gak ada sesuatu yang terjadi. "

Perkataan Gito melumpuhkan mulut Bobby untuk berucap. Pemuda berkacamata itu tak dapat mengelak atau berkata apapun, memang ketimbang dari adik-adiknya, Bobby merupakan orang yang paling mengetahui segalanya. Bahkan semestinya jadi orang yang paling terpukul atas itu, karena ia adalah satu-satunya orang yang tahu alasan dibalik kenyataan meninggalnya Nicholast.

" Gito.. " Kali ini suara Bobby terdengar lebih melembut, lelaki itu sadar bahwa bukan cuma ia dan Gracia yang sedang menahan sakit akibat perbuatan Andrew. Melainkan Gito pun juga sama terlukanya. Pasalnya, ia jauh lebih banyak kehilangan orang berharga dihidupnya.

" Maaf, Abang. "

" Tapi sampai kapanpun Gito gak akan mungkin bisa kayak Abang yang mampu berdamai sama banyak hal yang udah nyakitin diri Abang. Gito gak sehebat itu, buat sekarang aja rasanya Gito udah muak banget tinggal ditempat ini. "

Pemuda itu tersenyum miris, kemarahan yang menguasai tubuhnya itu sirna berganti menjadi sebuah kesedihan yang sulit untuk diartikan. " Lagi pula ada atau enggaknya Gito juga gak akan ngaruh apapun. Opah gak akan pernah sepeduli itu sama Gito, sama kayak dia peduli ke kalian. Udah jelas kan alasannya apa? Karena Gito emang bukan anak kandung Mamah. " Bibirnya bergemetar mengeluarkan kalimat yang sebenarnya dibenci bila didengar oleh Veranda.

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now