16. Hari Tanpa Ara

1.1K 117 17
                                    

" Setidaknya mereka pernah bersama untuk satu episode kehidupan. And maybe that's enough, ketimbang gak ada cerita sama sekali. "









*
*
*
*
*









Chika menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mencari sosok yang sejak tadi sudah dicari-cari olehnya tapi tak juga dapat ditemukan. Harusnya Chika memang tak memilih pergi lebih dahulu meninggalkan Ara untuk berganti pakaian, sekarang ia malah kebingungan sendiri untuk menemukan kemana anak itu pergi.

" Lihat Ara? " Tanya Chika menatap datar pada Fiony, Marsha, dan Ashel bergantian.

Ashel melipatkan kedua tangannya didadanya, sangat tak suka mendengar nada suara Chika yang terasa ketus dan angkuh. Padahal bukankah gadis itu yang butuh untuk bertanya, tapi tidak bisakah ia bertanya dengan sopan dan lembut? Setidaknya apakah sulit buatnya hanya untuk sekedar memanggil namanya?

" Kamu bicara sama siapa? " Sahut Ashel sinis.

Chika memutar bola matanya malas, " Sama tiang bendera. " Matanya pun kembali menatap Ashel, Marsha, dan Fiony. " Ya sama kalian. " Lanjutnya.

" Dimana-mana kalau bertanya itu yang sopan, nggak pernah belajar tata krama ya selama sekolah disini? " Kali ini Marsha yang menyahut turut kesal. Putri Es sekolah mereka itu benar-benar sangat angkuh dan menyebalkan sekali.

" Enggak. Saya tidur. " Jawabnya asal.

Ashel dan Marsha nampak membulatkan matanya bersamaan dengan tangannya yang telah mengepal sempurna, mereka kelihatan begitu kesal dan sangat ingin mengacak-acak wajah Chika sekarang juga, sebelum Fiony tentunya dengan sigap menahan lengan para sahabatnya.

" Enggak perlu ditanggapin dan gak usah buang tenaga buat capek-capek marah, Chika kan emang begitu orangnya. " Ujar Fiony pada Marsha dan Ashel. " Tadi Ara sama kita, tapi pas keluar dari kelas gak tau deh dia langsung pergi menghilang entah kemana. " Lanjut Fiony menjawab pertanyaan Chika.

" Paling juga Ara cabut. Dia kan selalu paling anti sama pelajaran olahraga, katanya cuma bikin capek mending juga rebahan. " Celetuk Ashel, ia sudah paham dengan bagaimana isi otak dari bocah tengil seperti Ara.

" Lama-lama kalian tuh kayak perangko ya? Gak pernah ketinggalan selalu berduaan tiap pergi, kalau satu hilang langsung dicari. " Sindir Marsha, gadis itu ingin melihat seperti apa reaksi Chika dengan perkataannya

Namun sayang sekali keinginan Marsha tak sesuai perkiraaannya, karena Chika lebih memilih mengalihkan wajahnya tak terlalu memperdulikan sindiran darinya. Ya, Chika bukan tipikal orang yang rela membuang tenaga dan waktu berharganya secara cuma-cuma apalagi hanya untuk meladeni omongan yang tak cukup penting.

" Thanks. " Tutur Chika, selanjutnya ia membalikkan tubuhnya dan melaju pergi meninggalkan Marsha, Ashel, dan Fiony ditempatnya.

" Mereka beneran berteman ya? " Ashel bertanya penasaran kepada dua sahabatnya. Pasalnya, semakin hari kedekatan mereka semakin tak terpisahkan.

" Gimana Fio? " Timpal Marsha melirik Fiony.

Fiony menghela napasnya sekejap, " Aku sebenarnya agak ragu mereka cuma berteman. "

Sontak balasan Fiony mampu membuat kedua mata Ashel langsung melotot terkejut, " E-Eh? Gimana? Maksudnya gimana? Mereka.. "

" Masih kemungkinan. Bisa juga aku salah. " Jawab Fiony lagi.

" Kamu gak salah. Firasat aku juga bilang gitu. " Sahut Marsha sependapat. Entahlah, gadis itu pun juga curiga dengan keakraban yang terjadi diantara Chika dan Ara.

Kisah Untuk Zahra Where stories live. Discover now