1. Awal yang entah bagaimana

474 97 62
                                    

***

Menerawang kejadian kemarin malam, kini Naira harus menderita sendirian setelah kabar kehamilannya diketahui keluarga. Sesampainya Naira dirumah usai bekerja paruh waktu tiba-tiba nasib buruk menimpanya Ayah, Ibu dan kedua kakaknya yang menemukan bukti kehamilan Naira tanpa ada basa basi langsung merundung gadis itu emosional. Pak Hadi, ayah Naira yang terkejut secara mendadak harus dilarikan ke rumah sakit.

Sedangkan kakak pertamanya, Dena sibuk mengobrak-abrik pakaian Naira dan memasukkannya asal kedalam tas ransel warna pink kesayangan Naira sewaktu SMA. Sedangkan Risa, kakak kedua Naira dengan wajah penuh amarah berdiri didepan pintu untuk memastikan Naira benar-benar pergi.

"Cepet... kakak masih berusaha buat baik baik in kamu ya Nai" ucap Dena, membantu mengeluarkan semua baju baju Aina dari lemari.

Naira yang sudah pasrah dengan lambat juga ikut memasukkan baju baju nya ke dalam tas ranselnya. Sepertinya air mata Naira telah habis sampai-sampai semua perlakuan kedua kakaknya membuat gadis kecil itu hanya terdiam.

"Udah cepetan!"
Buru Dena menarik kasar tas Naira.

Naira sendiri sampai terkejut namun hanya bisa diam, dengan wajah penuh kebingungan Naira mengikuti Dena keluar kamar. Dan berhenti sejenak di depan pintu untuk berbalik dan menatap kembali kamarnya mungkin untuk yang terakhir kalinya.

"Jangan pernah pulang lagi ke rumah ini apalagi muncul di hadapan ayah dan ibu!!!"

"Kak..."
Suara Naira tercekat, sepertinya simber air mata Naira kembali terisi dan menggenang di pelupuk mata.

"Pergi Nai, kita gak mau Ayah dan ibu menderita karena kamu dan janin sialan kamu..." ucap Risa jahat.

"Oh iya satu lagi, inget jangan pernah coba buat hubungi Ibu atau ngebujuk beliau" imbuh Risa

Naira melangkah, namun dia masih tetap menatap kedua kakaknya berharap ada belas kasih dari mereka, tetapi mustahil rasanya jika sudah begini.

Setelah menyudahi tatapan itu, Air mata Naira luruh pada pipi sebelah kanan, buru-buru gadis itu menghapusnya. Kini langkahnya tak lagi lamban juga tak cepat, Aina hanya melangkah mantap kedepan untuk meninggalkan komplek perumahan tempat tinggalnya, tempatnya dulu pulang.

Kaki Naira kebas, sudah sejauh ini dirinya keluar dari gang rumah. Perutnya juga terasa nyeri, ini pasti makhluk yang sedang tumbuh dalam dirinya juga merasa kelelahan.

Naira mencoba berhenti sejenak, sekali lagi dia ingin berusaha bertahan. Gadis itu menarik ponsel pintar dari saku celana, menekan nomor yang sudah diluar kepala. Ponsel berdering tanda panggilannya tersambung. Menunggu orang diseberang menjawab Naira menggigit ibu jarinya cemas.

"Niko please angkat, temuin aku" gumam Naira, menahan takut.

Dan sekarang rasanya sia-sia Niko datang menemuinya. Jawabannya masih sama dan solusinya pun masih sama. Sama-sama egois.

Mengingat beberapa jam yang lalu keluarganya dikejutkab dengan keadaan Naira yang mengandung. Semuanya terkejut sekaligus murka, namun lebih sakit nya lagi Naira harus melihat untuk pertama kalinya sang Ayah murka besar dan menamparnya sebelum laki-laki setengah paru baya itu kesakitan dan pingsan karena penyakit jantungnya kambuh.

Plakkk

"Bayi siapa itu haaa... berbuat dengan siapa kamuu!"

"Bayi siapa?!!"

"Ni...Ko" lirih Naira ketakutan, yang telah ambruk dilantai

"Pak ... Bapak...!!!" Naira yang menunduk ikut terkejut ketika wajah Pak Hadi berubah menjadi pucat dan menahan sakit. Semuanya panik, melupakan Naira semuanya sibuk mencari bala bantuan untuk memberikan pertolongan pertama kepada Pak Hadi.

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now