40. Berbanding Terbalik

79 7 2
                                    

***

Tangis Naira pecah diikuti Ayu yang ikut terbawa suasana. Suara Naira yang sesak membuat Ayu tak sampai hati jika tidak memeluk gadis itu.

"Sorry ya Nai, gue baru kasih tahu sekarang. Gue nyariin Lo dari kemarin tapi kita gak pernah ketemu."

Tangis Naira semakin pecah, dalam dekapan Ayu gadis itu mencoba menumpahkan segala sesaknya. Rasanya baru kemarin, tapi kini Naira harus mendapat kabar duka seperti ini. 

"Gue harus gimana Yu sekarang?"

Kali ini Ayu yang mengisak, sebagai perantara kabar duka Naira, Ayu tidak tahan dengan kesedihan yang teramat ini.

"Lo maunya gimana Nai? Lo mau kita kesana? Gue temenin."

Tanpa pikir panjang Naira langsung mengangguk setuju. Dan keduanya bergegas pergi dari sana dengan Ayu yang setia memapah langkah Naira.

Ayu sendiri belum mengerti keadaan yang sebenarnya. Kehadirannya dalam hidup Naira lagi hanya berperan sebagai perantara kabar-kabar duka untuk gadis itu. Bahkan itu terjadi setelah Ademas terus mengusik hidup damai Ayu demi seorang Naira Adelaine, gadis yang dulunya hanya sebatas teman dan tetangga Ayu saja tidak lebih.

Dulu kehidupan Naira bersama keluarganya yang keras membuat Ayu tak bisa memaksakan kehendak untuk lebih dekat dengan Naira. Pertemanan mereka selalu ada batas yang membuat keduanya, lebih tepatnya Naira sendiri  tidak bisa menghabiskan masa remaja seperti gadis lain pada umumnya.

Masa-masa SMA gadis itu dipenuhi lika-liku kesibukan membantu kedua orang-tuanya mencari nafkah sembari menjalin kasih yang saat itu Ayu ketahui yaitu Niko Evan si wakil ketua Osis di SMA  tempat mereka bersekolah. Ayu sendiri tidak tahu bagaimana persisnya, tapi sebagai saksi hidup Naira, gadis itu cukup kesepian meski sudah berada ditengah-tengah keluarga yang lengkap. 

Menurut Ayu mungkin kesepian dalam keluarga itu adalah alasan Naira dulu memilih tidak berteman daripada tidak memiliki pacar kan? Tapi siapa sangka sekarang gadis itu justru sedang mengandung anak Demas.

Sesampainya ditempat yang mereka berdua tuju. Langkah Naira melambat seolah ada yang membuat gadis itu ragu. Rumah yang sama sederhananya dengan yang dulu, rumah yang belum pernah Naira masuki itu membuatnya takut untuk melanjutkan langkahnya.

"Nai?"

"Iya."

"Ayo masuk, mereka di dalam rumah."

Naira samar-samar mendengar kalimat Ayu, dirinya terlalu fokus mengawasi suasana sekitar. Kursi-kursi plastik yang ditumpuk berjejer, tenda besi dan bendera kuning yang masih berkibar di tiang-tiang rumah membuat dunia Naira teralihkan.

Bayang-bayang kehidupan Naira dulu kembali terasa, membuat air mata terus mengalir deras.

Ayu yang tahu Naira tak lagi fokus dengan hati-hati membawa gadis itu mendekati rumah meski dengan langkah selambat siput.

"Naira."

Setibanya Naira di depan pintu, gadis itu dipeluk erat oleh wanita setengah parubaya yang berwajah sangat keibuan.

"Ayah Nai... Ayah... Ayah udah gak ada."

Sudah terlalu banyak tangisan, tidak ada lagi kata yang mampu menggambarkan bagaimana keadaan Naira sekarang.

Dan sekarang dirinya harus dihadapkan pada kenyataan buruk lainnya, penolakan terhadap Naira rupanya masih berlaku untuk kedua kakak perempuan Naira yaitu Risa dan Dena. Pelukan Naira dan ibunya yang dipisahkan secara paksa itu mengguncang hati Naira.

"Ibu, Ibu lupa kalau dia yang udah bikin ayah mati Bu!!" ucap Risa dengan lantang.

Si sulung yang masih sangat membenci Naira.

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now