15. Malam Penderitaan Demas

131 19 11
                                    

***

Mata Demas yang semula menahan kantuk kini terbuka lebar dan rasa kantuk yang sejak tadi tertahan karena Radit sekarang menguap entah kemana. Habis tak tersisa, Demas tidak bisa lagi merasakan kantuknya.

Setelah memutuskan untuk menggunakan pilihan terakhir, Demas sekarang berakhir satu kamar dengan Naira.

"Nai gue janji gak bakal ngapa-ngapain, gue tidur di lantai kok. Soalnya dilantai depan kotor ban motor gue, gak papa Nai.?" izin Demas penuh keyakinan.

"Iya gak papa, tapi gak papa Lo tidur di...?"

"Lo mau tidur seranjang sama gue? Gue mah ayok ayok aja Nai tapi jangan salahin gue kalo besok pagi lo nangis karena menyesal."

Mata Naira membulat, mendengar penuturan Demas.
"Enggak... bukan itu maksud gue Demas, kalo Lo mau tidur disini ya gue yang tidur di lantai"

"Jangan Gila, kalo Lo yang tidur di lantai dan besok pagi gak bangun lagi siapa yang bakal diseret kepenjara Nai"

"Demas Lo pikir gue selemah itu ya"

Perdebatan mereka terhenti, Demas menatap Naira yang sedang percaya diri.

"Gue gak mikir Nai gue tahu"

"Tahu apa?"

Sstttt

"Tidur, udah Nai tidur udah malem, besok lagi ya kalau mau debat oke?"

Naira tidak menjawab, dia hanya diam memperhatikan tingkah pemuda itu yang mengatur posisi diatas ubin.

Setelah meyakinkan Naira yang justru merasa tidak enak akan keadaan Demas karena harus tersiksa di rumahnya sendiri membuat Naira tidak keberatan untuk satu kamar dengan Demas.

Pintu kamar yang sengaja Demas buka, membuat Naira sedikit lega. Rupanya Demas masih menggunakan akal sehatnya dengan baik agar Naira  tidak perlu cemas dan berpikiran yang macam-macam, juga tidak merasa takut jika harus berada disatu ruangan sempit dengan makhluk seperti Demas.

Meski berakhir diatas lantai beralaskan tikar kecil yang tidak cukup melindungi seluruh tubuh Demas dari dinginnya ubin tapi setidaknya ini lebih baik. Serta berselimutkan sarung yang dia pakai khusus untuk beribadah, karena kedua selimutnya telah sold out untuk dua orang lainnya. Tanpa bantal tanpa guling Demas bak tuna wisma yang biasanya tidur di tepi-tepi ruko.

Sambil meringkuk Demas masih berusaha untuk terlelap. Tapi hasilnya nihil, mata Demas justru semakin segar tidak mau terpejam.

Jika tidak ada makhluk lain di rumahnya, saat Demas tidak bisa tertidur mungkin ia akan memilih untuk main sebuah game ponsel kesukaan Demas. Tapi Demas berfikir ulang, dan mengurungkan niatnya itu demi kenyamanan para tamu ini dan lebih penting kenyamanannya sendiri.

Kesana kemari, Demas mencari posisi yang pas untuknya terlelap tapi masih selalu gagal. Kemudian Demas beranjak, Ia terduduk sambil menekuk lutut Demas menyandar pada nakas disamping ranjang tidur. Menatap mahkluk cantik yang sedang terlelap dalam damai. Meski tengah tertidur, Naira tidak sedikitpun berubah, dia tetap cantik natural dan lugu.

Dan satu lagi, jika diperhatikan sejak kedatangan Naira ke rumah ini baru Demas sadari gadis itu sedikit mengalami perubahan. Kini tubuh Naira nampak lebih berisi dari sebelumnya terlebih pada bagian perut, yang rupanya sudah mulai sedikit membesar.

Demas menghela nafasnya panjang, seakan malam ini adalah malam penderitaan yang tidak ada ujungnya.
Agak lama dirinya duduk menyandar, Demas akhirnya kembali untuk merebahkan tubuh.

Brukk

Demas terkejut, tangan kecil Naira ambruk menyebrangi ranjang tidur dan membuatnya menganggantung. Pemuda itu merubah posisi menyamping. Matanya tida luput memandangi jari-jari tangan Naira yang putih.

Perlahan, tangan Demas mendekati tangan Naira. Ragu-ragu Demas hendak menyentuhnya. Tanpa Demas sadari ia tersenyum simpul melihat tangan besarnya menggenggam tangan kecil gadis itu. Tidak erat namun cukup kuat untuk tetap menyatu. Demas yang terlampaui jauh, membiarkannya tetap begitu. Sampai pada ujung kesadarannya.

***

Tidur lelapnya terganggu akibat rasa tidak nyaman Radit yang berusaha menahan kencing, karena tidak tahan lagi membuat pemuda itu beranjak. Merasa ada yang aneh Radit terbangun dalam keadaan terkejut sekaligus aneh. Radit berdiri, rupanya dia sadar bahwa sedang tidak tidur di kamarnya melainkan di tempat Demas.

Demas? Tapi dimana bocah laki-laki itu. Bukannya dia tadi tidur berbagi sofa dengannya. Radit menggaruk kepalanya.
Jangan-jangan?

Langsung saja Radit bergegas, menyusuri ruangan. Mencari sesuatu yang membuatnya penasaran. Radit yang tergesa-gesa dibuat kaget dengan pemandangan didepannya. Tidak percaya Radit mengusap matanya, barangkali dia hanya bermimpi.
Tapi Radit tidak bermimpi.

Memang bukan hal aneh tapi untuk Radit yang selama ini tahu semuanya, tapi pemuda itu rasa agak berlebihan dan berbahaya. Ketika pemandangan itu adalah Demas dan Naira yang saling bergandengan tangan dalam tidur damai mereka.

Bisa-bisanya mereka?!

Radit tercengang dibuatnya. Meski tidak tidur bersampingan tapi cukup membuat Radit kaget bukan main.

Gue gak yakin kalo begini terus Demas bakal terus-terusan bisa mengontrol diri deh, bangsat juga Lo Dem.
batin Radit, berlalu menuju kamar mandi.

"Lagak lu Demas Demas." gumam Radit sambil menggeleng-gelengkan kepala.

"Udah kaya pengantin baru aja" lagi, Radit bergumam sendiri dalam kamar mandi. Seolah tidak terima.

Setelah beberapa jam menuju pagi berlalu, kini ayam jago pak Haji berkokok. Menjadi alarm bangun pagi penduduk sekitar.

Naira yang mendengar suara ayam berkokok, mulai terbangun. Untuk sejenak dia menggeliat dan menyadari sesuatu. Dilihat tangannya  sedang memegang tangan Demas. Naira terkejut, dengan perlahan dia berusaha melepaskan genggaman tersebut.

Naira beranjak, sebelum benar-benar berdiri matanya tidak sengaja melihat tidur Demas yang meringkuk menahan dinginnya ubin pagi hari. Diambilnya selimutnya, lebih tepatnya selimut Demas yang sesungguhnya untuk menyelimuti pemuda itu. Sebenarnya Naira ingin memberikan bantal juga tapi berfikir ulang, dia tidak mau nanti Demas salah paham lagi. Cukup tadi malam saja.

Keluar dari kamar Naira dikejutkan dengan Radit yang sudah terjaga sedang menonton film disebuah laptop yang diletakannya di atas meja.

"Eh Nai, udah bangun"

Naira hanya tersenyum, tidak tahu harus menjawab apa. Kemudian dia berlalu menuju kamar mandi dapur untuk memulai aktivitas.
Beberapa waktu setelahnya Demas yang bergerak seperti hantu alias tidak terpantau oleh mata Radit , dengan sengaja mengagetkan Radit yang sedang serius menatap layar laptopnya.

"Woyyyy...."

"Brengsekk!!! Wah parah Lo Demas pagi pagi udah bikin gue mau mati aja"

"Serius banget, eh Lo streaming film di laptop gue nyambung hotspot siapa?" tanya Demas dengan suara parau khas bangun tidur.

Radit meringis, sengaja tidak menjawab.

"Lo pikir kuota gue banyak apa gimana Dit?"

"Tapi duit Lo kayaknya si banyak Dem" tawa Radit menggelegar menanggapi kekesalan Demas.

Demas yang enggan membalas, menyandar pada sofa, matanya juga ikut menatap layar laptop yang sedang menampilkan streaming film action hero kesukaan Demas juga.

***

Demas awas ya kamu kalo sampe keblabasan. Ampun deh, berani-beraninya sengaja skin ship sama Naira. Bikin ketar ketir, konsisten dong inget prinsip awal.
Gimana nih menurut kalian Demas?

Gak bosan-bosan deh ingetin kalian semoga tetap lanjut. Dan makasih yang udah apresiasi dengan vote dan comment apalagi bersedia share, as you wish happy everything guys hehe

See You

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now