3. Ini Takdir Atau Hal Gila

299 86 55
                                    

***

Demas yang telah selesai menyiapkan satu telur dadar bergegas menuju kamarnya. Sejak kejadian tadi pagi  gadis itu belum keluar lagi dari kamar.

Ragu-ragu Demas mengetuk pintu kamar yang tertutup rapat

Tok...tok...tok

Tak ada yang menyahut, sekali lagi Demas mengetuk pintu. Karena penasaran Demas menekan handle pintu kebawah dengan hati-hati.
Pintu kamar yang terbuka memberi akses untuk Demas masuk. Sedangkan Naira masih terpejam diatas kasur.

"Nai..."
panggil Demas pelan.

Naira perlahan membuka matanya, kepalanya kembali terasa berat dan  berdentum seperti tadi pagi. Susah payah dia bangun.

"Nai Lo sakit?... Astaga Lo Demam Nai!"

pekik Demas, setelah menarik punggung tangannya dari dahi Naira.

"Kenapa gak bilang tadi Gue anter ke rumah sakit ya?"

"Gak papa Dem, nanti juga sembuh kok. Udah gak usah khawatir ya"
sembari meringis, Naira memegang kepalanya yang sakit.

"Gak Papa Dem, beneran. Ini emang gejala orang hamil nanti pasti... Sembuh kok" Naira meyakinkan Demas, yang terus menatapnya kasihan.

"Oh iya nih, gue bawain sarapan"

"Makasih" Naira tersenyum lemah.

Menerima nampan berisi satu piring nasi dan telur dadar tadi serta segelas air putih.

"Gue...gue tinggal gak papa kan Nai?"

Naira kembali mengangguk, dengan mulut yang sudah siap mengunyah sedikit nasi. Menatap Naira iba Demas keluar dari kamar, bersiap untuk pergi ke kampus.

Ademas Dewanggana nama yang tersemat pada kain putih kemeja berwarna biru tua baju resmi kampus yang tertempel badge logo BEM Kampus. Pemuda yang sengaja menggulung lengan kemejanya. Setelah beberapa saat menatap pintu dimana Naira berada Demas keluar rumah bergegas menuju kampus tempatnya mengenyam pendidikan.

Seperginya Demas, Naira berhenti menyuapkan makanannya. Hatinya perih mengingat Demas yang menatapnya dengan tatapan kasihan.

Mungkin bukan Demas saja yang akan menatapnya kasihan, karena memang keadaannya yang sekarang membuat Naira benar-benar terlihat memprihatinkan. Satu air mata kembali jatuh, Naira masih tidak percaya dengan apa yang telah terjadi padanya.

Dilain tempat, pikiran Demas semakin tidak karuan. Masih mengendarai roda duanya Demas menatap kosong jalanan didepan.

Naira  adalah sumber lamunannya. gadis yang sudah berhasil ia lupakan untuk beberapa waktu lalu tiba-tiba datang lagi dihadapannya dan kini berada satu atap tinggal dengan Demas.

Tanpa Demas sadari tiba-tiba dirnya terkejut dengan sesuatu yang membenturnya dengan keras.

Gubrakkk

"Auhh...!" teriak seseorang.

Orang-orang berdatangan mulai mengerumuni Demas dan segerobak  es dawet yang berserakan di jalan beserta sang pedagang yang juga ikut ambruk.

"Astagfirullah..." "Ada yang kecelakaan"

"Wii woi tolongin itu"

"Eh jatoh" "pinggirin..., pinggirin"

Suara-suara yang spontan melihat kejadian naas itu. "Tidak fokus, Seorang pemotor menabrak tukang es dawet beserta pedagangnya" mungkin itu judul yang tepat jika kejadian yang menimpa Demas berhasil masuk portal berita.

Nice To Meet You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang