30. Demas Mengalah

72 10 2
                                    

Demas yang sudah berada di toilet Caffe menyandar dengan putus asa di belakang pintu disana. Menelan saliva kasar Demas menatap wajahnya sendiri di depan cermin. Melihat betapa menyedihkan kondisi Demas saat ini. Demas yang tidak tahan melihat dirinya mengusap wajah lalu mengacak rambutnya asal.

Diraihnya ponsel yang ada di saku pemuda itu. Lalu Demas dengan ragu menekan nomor seseorang yang beberapa waktu lalu ditemuinya dengan penuh kebencian.

Niko
Berdering
📞

"Niko lo di mana?"

Niko diseberang telfon nampak diam tak bersuara

"Naira udah nungguin tuh, jangan kelamaan buru kesini."

"Demas maksud lo apa?"

"Eh bego, cepetan dateng kesini Naira udah nungguin Lo lama."

"Hah? Oh oke."

"Kalau kelamaan gue ... ah udahlah pokoknya jangan lama."

Tutttt

Keluar dari toilet Demas menuju kasir. Di sana Ia tersenyum ramah meminta tagihan billnya. Demas pasti sudah gila, pemuda itu kembali memesan menu untuk kedua orang yang akan bertemu sekaligus. Terserah nanti Naira menolak bahkan Ia sudah menitipkan pesan untuk membungkus makanan Naira jika gadis itu untuk memilih tidak memakannya.

Demas kembali memasukkan kembali dompetnya dan meninggalkan kasir keluar dari Caffe secara diam-diam. Sembari berjalan keluar, mata pemuda itu tidak lepas memandangi Naira yang ada di lantai dua.

Di luar Demas duduk di salah satu bangku yang disediakan. Tak lupa dia mengambil sebatang nikotinnya, sebelum menyulutnya Demas memandangi benda kecil putih yang seukuran pena itu.

Demas tersenyum simpul, sudah lama tak menghisap benda ini bahkan terakhir kalinya dia menghisap satu bulan yang lalu saat berada di taman kota bersama Radit. Demas memang bukan perokok aktif tapi Ia akan terbawa pergaulan teman-teman, setidaknya Demas selalu sedia sekotak dan merokok seminggu beberapa kali bersama teman-temannya.

Dan sejak bertemu Naira, sekalipun dirinya tidak pernah ada kesempatan untuk merokok. Bukan gadis itu melarang tapi naluri melindungi Demas seolah bekerja dengan waras bahwa akan bahaya jika asap rokoknya terpapar gadis itu.

"Demas Lo?"

Demas tersentak, ketika suara Niko mengagetkannya membuat pemuda itu beranjak.

"Naira udah nunggu di meja yang udah Lo pesan." ucap Demas lirih tidak seperti tadi yang berapi-api.

Niko menatap penuh tanya, sekaligus takut dengan sikap Demas yang seperti ini. Bahkan ketika pemuda itu hendak menepuk bahunya saja Niko refleks sedikit menghindar.

Niko masih berdiri di sana melihat Demas yang mulai menyulut rokoknya. Membuat Demas geram.

"Masuk... Ngapain disini bego."

"Oh iya Dem, Lo engga?" tiba-tiba saja Niko yang terkenal cerdas itu berubah menjadi dongo dihadapan Demas.

"Gue masuk ngapain, mau liatin Lo ciuman ha?!" sewot Demas dengan suara yang agak meninggi kesal dengan kebodohan manusia didepannya.

"Jangan lupa anterin dia pulang."

"Ah itu iya Demas, rum...rumah Naira masih sama kan?"

"CK bego banget si Lo, tanya aja sendiri ke Naira nya dia mau pulang kemana, udah cepetan masuk."

Setelah Demas mengumpati pemuda bodoh itu pergi dengan tergesa-gesa. Masuk ke dalam Caffe untuk menemui Naira. Dan setelahnya untuk lebih memastikan Niko benar-benar bertemu dengan Naira Demas pergi dari sana.

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now