12. Sedikit Salah Paham

136 28 14
                                    

***

Kepulangan Demas seolah sudah disambut, pintu rumah yang terbiasa tertutup kini terbuka lebar. Semula raut wajah Demas yang sumringah penuh aura positif berubah menjadi wajah dengan ekpresi was was sekaligus khawatir.

Buru-buru Demas memasuki rumah kecilnya. Dan mencari seseorang yang dikhawatirkan. Namun setelah Demas masuk ia mendengar suara gemerisik anak kecil. Tingkat kewaspadaan Demas semakin bertambah, langkah tegapnya membawa pemuda itu ke dapur dan menemukan apa yang di curigainya.

"Ini punya aku, jangan disenggol"

"Mana? Punya kamu itu jelek"

"Ini liatin tuh dia geraknya bagus"

Begitu kira-kira percakapan yang sedang terjadi entah apa yang mereka bicarakan Demas tidak perduli, dia hanya perduli kepada gadis yang kini sedang menuang air kedalam wadah gelas plastik.

"Naira!"

Sontak gadis itu langsung terkejut, dan menumpahkan air yang sudah setangah masuk ke dalam gelas plastik tersebut.

"Demas?"

"Bang Demas?"

"Lo ngapain Nai, terus ini ngapain juga mereka?" ucap Demas dengan nada sedikit kesal.

Melihat sekumpulan bocah gang Upin Ipin sedang asyik bermain ikan cupang yang mereka tadah di dalam gelas plastik. Belum lagi gadis yang satu ini juga ikut ikutan. Ngapain Nai?

Naira yang mengerti perasaan Demas langsung mendekati pemuda itu. Mencoba menjelaskan apa yang sedang terjadi. Takut pemuda itu salah paham. Demas yang didekati semakin keheranan.

"Makasih ya kakak Nai, ohiya makasih Bang Demas"

"Makasih kak Nai, gak makasih buat Abang Demas soalnya Galak!"

Mereka berempat keluar, bocah-bocah itu cekikikan. Meski kakinya melangkah tapi matanya tetap fokus pada gelas plastik berisi makhluk cantik yang menjadi langganan adu mereka meninggalkan rumah Demas.

"Demas Demas dengar dulu..."

"Hmm"

"Mereka tadi manggil manggil nama Lo mau minta air kran katanya, gue lupa kunci pintunya...terus mereka..."

"Mereka nyelonong aja gitu?"

Sudah Demas tebak, pemuda itu mengusap wajahnya kalut. Bisa bahaya jika bocah-bocah itu membuka mulut kepada orang dewasa lainnya kalo Demas tinggal bersama perempuan yang bukan muhrim dalam satu atap. Meski tinggal di perkotaan yang identik kebebasan tapi Demas sebagai anak muda harus tahu aturan. Walaupun sekarang dirinya sedang melanggar aturannya sendiri.

"Kok Lo bisa si Nai lupa kunci pintu... Kalo ada orang yang tahu gimana, kalo ada orang mikirnya yang engga engga terus kita digerebek gimana?" meski dengan nada datar tapi Demas menyiratkan ada rasa kekhawatiran yang teramat.

Naira diam, dirinya tahu apa yang di cemaskan pemuda itu. Sebaik-baiknya Demas pasti pemuda itu juga harus menjaga citra diri kan? terlebih Demas sekarang dikenal dengan yang reputasi lebih baik, susah payah Demas bangun itu kini malah dengan mudahnya Naira kembali hancurkan. Naira Dejavu seperti teringat masa SMA dulu.

"Demas tapi gue..." suara Naira menggantung, tak berniat untuk melanjutkan kalimatnya.

Demas menoleh, melihat kearah Naira kearah wajah lugu itu. Wajah yang selalu membuatnya luluh. Demas berlalu menjauhi Naira karena masih memiliki sedikit amarah. Demas takut jika dirinya tetap berada disana dengan amarah ini akan membuat gadis itu menangis.

Hal lainnya karena Demas juga masih mengingat perkataan dokter kemarin jika tubuh Naira itu lemah ditambah ada mahluk lain yang bergantung padanya bisa berbahaya jika gadis itu terus-menerus dirundung kesedihan yang nantinya mempengaruhi fisik Naira.

Lagi lagi Naira merasakan hal ini, hal yang membuatnya merasa bersalah karena telah merepotkan Demas. Naira juga menghindari Demas dan tetap berada di dapur.

"Nih... Lo pake mana tahu butuh, sama sayuran terserah Lo mau masak apa eng..ga"

belum selesai Demas menyelesaikan kalimatnya, segerombolan bocah-bocah tadi kembali mengetuk pintu. Demas yang tampak kesal melangkah kedepan menghampiri pintu.

"Apa?"

"Ini buat sepupu bang Demas" ucap salah seorang bocah memberi segelas plastik air beserta ikan hias.

Demas mengernyitkan dahi bingung.

"Sepupu?"

"Iya kakak Naira, tadi kan udah ngasih air krannya cuma cuma, ini buat dia. Tadi kita minta di mushola di marahin sama pak haji"

"Iya pak haji galak!" saut bocah lainnya.

Demas bingung, sambil menerima pemberian bocah tersebut dia menatap bergantian antara segerombolan bocah-bocah itu dengan arah dapur dimana keberadaan Naira yang tidak bisa dia lihat.

***

Kini Naira sedikit merasa lega, karena suasana hati Demas tidak lagi buruk meski juga tidak terlihat baik. Dia hanya diam saja. Membuat suasana semakin canggung. Naira yang tidak bergerak sama sekali dari tempatnya
merasa jenuh, tapi dirinya gengsi untuk kembali ke depan atau ke kamar.

Naira yang sedang melamun menikmat kebimbangannya tiba-tiba dikejutkan oleh suara berat Demas.

"Nai gue udah delivery, makan ini"

Naira mendongak melihat Demas yang menyodorkan plastik berisi kotak makan juga minuman kopi yang dikemas rapih dari salah satu caffe ternama. Ragu-ragu gadis itu menerima makanan dari Demas.

"Maaf Nai, kalo tadi sempet marahin Lo, gue... gue salah paham Nai" ucap Demas tulus.

Naira yang mendengar permintaan maaf Demas langsung membantah ucapan pemuda itu.

"Engga Demas, gue yang harusnya minta maaf gue udah sembarangan masukin orang ke rumah, tanpa seizin Lo, gue minta maaf gue akui gue salah besok-besok gue gak bakal ngulangin lagi... Janji Dem"

"Iya Nai, gue udah maafin Lo...."

"Iya Demas makasih makasih banget, sekali lagi maafin gue ya. Gue udah bikin Lo khawatir soal kita gue janji gak bakal nyusahin Lo lagi tapi please percaya lagi ya sama gue"

"Nai it's oke, udah udah jangan khawatir gitu ini gue yang salah paham. Gak papa dan sekarang Lo makan ya ..."

Belum selesai Demas berkata, Naira sudah menghambur kepadanya. Demas yang tidak menduga akan hal itu diam mematung, bingung hendak melakukan apa, membalas pelukan Naira oh jelas itu bukan hal yang baik. Kenapa Naira suka peluk-peluk gue si batin Demas dalam hati.

Memeluk Demas dengan erat Naira menumpahkan air matanya. Tidak tahan dengan semua yang sudah terjadi sekarang dan masa lalu yang dia lakukan kepada pemuda terlalu baik ini.

Demas yang masih belum mengerti kemudian mengeryitkan. Menyadari tangis gadis itu didalam peluknya.

"Nai? Naira Lo nangis? Hei... Hei kenapa nangis? Oke gue maafin kalo itu bikin Lo lega JKdan gue juga minta maaf ya karena udah salah paham...oke?"

Demas melepas pelukan Naira, sedikit menunduk mensejajarkan dengan wajah gadis itu, Demas menenangkan Naira yang ketakutan dan khawatir. Demas hampir menyesal karena telah bersikap seolah menyalahkan Naira dan tidak menyangka jika reaksi gadis itu akan seperti ini.

"Maafin gue Demas, gue udah terlalu banyak menyusahkan Lo dan udah pernah jahat sama Lo dan sekarang gue jahat sama Lo lagi...maafin gue"
ucap Naira sambil mengisak sedih.

Demas yang tidak tahan melihat tangisan Naira, ragu-ragu mengusap pipi Naira pelan berusaha menghapus air mata gadis itu, agar tidak jatuh lagi dan lagi.

"Sorry Nai..."

***

Hai Teman-teman gimana kabarnya? Semoga kalian selalu sehat dan bahagia ya... Oh iya jangan lupa bersyukur untuk semua yang telah terjadi dan dimiliki.

Nice To Meet You update kembali. Gimana untuk part ini? Maaf untuk segala kekurangan yang masih ada.

Menurut kalian Demas keterlaluan gak? Atau Naira yang berlebihan? Komment ya

Hari ini aku usahakan update dua ya, semoga bisa. Dan tidak lupa buat author selalu ucapkan terimakasih buat kalian yang masih mengikuti cerita ini

See You

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now