37. Hari Denial

59 6 0
                                    

Hujan deras disertai petir, membuat Naira tak bisa tidur dengan tenang, bahkan gadis itu pun tidur sambil menahan gemetar karena kilat yang begitu nyata terlihat dari dinding kaca apartemen Niko.

Naira duduk menekuk lututnya di ujung ranjang, kedua tangan Naira sibuk menutup kedua telinganya. Seakan lupa ada makhluk kecil di dalam tubuhnya, Naira mengabaikan bagaimana tubuh gadis itu menekan calon anaknya sendiri.

Berbeda dengan Naira, Demas justru sedang menerjang hujan deras di jalanan kota.

Tiga puluh menit sebelumnya

Rintik hujan mulai jatuh, Demas yang sudah keluar dari kawasan kampus segera menepikan kendaraannya di depan toko yang sudah tutup. Meski rasa gelisah Demas membuatnya semakin tidak sabar untuk segera sampai ke rumah Demas masih menggunakan logikanya untuk tidak menerjang hujan. Mencoba bersabar barang sejenak saja.

Tapi suara ponsel yang kembali berdering membuat Demas yang semula hendak menyulut rokok terhenti.

Setelah satu bahwa Ayu, gadis yang pernah satu sekolah dengannya dulu juga sekaligus teman dan tetangga Naira adalah nama yang tertera di ponsel Demas langsung saja pemuda itu mengangkatnya.

"Halo Ayu."

"Demas Lo dimana? Lo sama Naira gak?"

Demas mempertajam pendengarannya dan tanpa basa-basi langsung bertanya maksud Ayu mencari Naira.

"Kenapa yu? Ada apa? Lo udah tau rumah bapak ibu Naira?" cecar Demas mengabaikan pertanyaan Ayu sebelumnya.

"Iya Demas, ini kakaknya Naira hubungi gue, dia nanyain Naira sama gue, Lo sama Naira kan? kalo iya tolong anterin ke Rumahnya ya nanti gue kirim alamat, maaf Demas malem-malem gini, soalnya gue kakaknya Naira ngabarin kalau bapak nya Naira sakit keras jadi tolong ya Demas kasih tau Naira."

"Naira gak sama ...."

Sambungan telfon Ayu terputus oleh sinyal buruk di sana.

"Sialan." umpat Demas.

Seakan ditimpa beban berat di pundak Demas mengusap wajahnya kasar berusaha menahan diri agar tidak dikuasai sikap emosianalnya, dan Demas buru-buru pergi dan membiarkan tubuhnya basah oleh air hujan.

***

"Kamu pikir nikah itu perkara mudah, jangan macem-macem Niko besok kamu sidang akhir, fokus jangan ngomong ngelantur kaya gitu."

"Ma, Niko serius, sekarang dia lagi hamil anak Niko dan Niko harus tanggung jawab."

"Ngerti apa kamu soal tanggung jawab, jangan bercanda Niko. Fokus ke sidang besok setelah itu kamu juga harus fokus buat keberangkatan ke Melbourne. Mama gak suka ada drama drama gak jelas."

"Ma?"

"Niko serius, Niko gak bercanda atau drama. Niko udah nelantarin Naira sama anak Niko selama lima bulan ini Niko harus tanggung jawab, untuk sidang dan pendidikan Niko selanjutnya udah Niko fikirin. Niko bakal ajak mereka buat ikut Niko ke Melbourne nantinya. Please ya ma."

PLAK

"Jangan ngelantur kamu."

"Ma, Mama."

Niko menatap kecewa kepergian ibunya yang sudah terlanjur murka. Geram dengan situasi yang baru saja terjadi pemuda itu melampiaskan genggaman kuat yang sejak tadi ditahannya ke dinding datar di sebelahnya.

Ini semua diluar dugaan pemuda itu, dan membuat keadaan Niko semakin rumit.

"NIKO...!!!"

"Niko keluar Lo!!"

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now