7. Gara-gara Radit

186 66 42
                                    

***

Tubuh Naira merasa tidak nyaman, Keringat dingin mulai bercucuran.
Sebelumnya Naira mendengar teman Demas, Radit merasa curiga, berusaha mencari-cari apa yang Demas sembunyikan.

"Kenapa si Dem, nyembunyiin apa?"

"Gak nyembunyiin apa-apa, orang gue mau tidur dikamar."

"Awas..." Radit tidak mudah percaya, ia melewati Demas dan berusaha mencari-cari sesuatu.

"Apa si Dit orang gue mau tidur dikamar doang, gantian lah Lo yang tidur di sofa"

"Gak biasanya Lo gini soalnya, gue biasanya juga tidur di kamar, Lo belum pernah sekalipun kaya gini"

Demas menatap awas Radit yang kesana kemari menggeledah kamar, memeriksa belakang pintu, dan kolong serta membuka semua laci nakas Demas. Sekarang Demas tak berani berulah, dia sudah pasrah jika Naira akan ketahuan. Jantung Demas berdegup kencang saat Radit mendekati lemarinya.

Deg ...deg ...deg suara detak jantung Demas yang berdiri kaku menyaksikan Radit yang sudah berdiri sempurna didepan lemari.

Kreekkk masih belum, Radit membuka lemari lipat. Kreekk ....
Demas memejamkan mata, bersiap-siap mendengar Radit terkejut.

"Demas cuma kaya gini doang Lo sembunyiin dari gue, norak banget si Dem"

Hah Demas membuka matanya lebar, bukannya terkejut Radit malah mengatainya norak.

"Gak papa kali Dem gak usah malu gitu sama gue, ini pasti punya... Eh tapi Lo kan...."
Ucap Radit lirih sambil mengulum senyum penuh teka-teki.

"Atau punya Lo juga gak papa gue akan maklum sama kefetishan Lo kok" imbuh Radit.

Mata Demas langsung membulat sempurna, melepas paksa sesuatu yang dipegang Radit dan menyeret pemuda itu keluar dari kamar. Masih membiarkan Demas salah paham yang menganggapnya fetish terhadap sepaket baju dalam perempuan.

"Tenang aja Dem, rahasia Lo aman kok sama gue" ucap Radit sambil terkekeh kala Demas menarik pemuda itu dengan kasar.

Hampir satu jam setelah percakapan Demas dan temannya menghilang. Entah apa yang mereka bicarakan Naira benar-benar merasa tersiksa berada di dalam lemari yang pengap dan gelap ini. Entah apa yang ada di pikiran Demas sampai mengunci dua kali lemarinya, yang sekarang masih tersisa satu, setelah dibuka Radit sebelumnya.

Naira memegang erat baju Demas yang tergantung diatasnya. Kaki Naira juga terasa kaku dan mati rasa. Lengkap sudah penderitaanya kali ini.  Naira mencoba menyandarkan kepalanya yang mulai berat. Berharap mendapatkan kekuatan sebentar, ia tidak ingin mati konyol didalam lemari Demas seperti ini.

Tangannya yang kuat-kuat meremas baju Demas tiba-tiba terlepas, kepala Naira mulai terasa ringan. Dia sudah pasrah jika seperti ini sampai waktu yang bersamaan dengan datangnya kegelapan wajah Demas yang memburam ada di hadapannya

"Naira...!"

***

Demas tertimpa kelegaan, kini jantungnya kembali berdetak dengan normal. Ketika mata Radit menangkap satu benda yang membuatnya salah paham. Pasti itu punya Naira. Tapi juga Demas merasa malu karena anggapan Radit, dan sekarang ia dilema bagaimana menjelaskan kepada Radit.

Di satu sisi jika Ia menjelaskan sama saja Demas membuka apa yang ia sembunyikan di sisi lain jika Demas diam saja Radit seterusnya akan menatap Demas dengan tatapan penuh ejek seperti itu. Demas benar-benar benci keadaan ini.

"Pulang Lo Dit males gue sama lo"

"Enggak, dirumah lagi ada acara pengajian emak gue. Gue mau disini aja"

Nice To Meet You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang