18. Akibat Pengakuan

96 16 6
                                    

***

Kini Radit juga sudah ada di rumah Demas. Setelah tadi pemuda itu menelfon Radit dengan penuh kekhawatiran dan memintanya untuk segera datang membantu membawa Naira ke rumah sakit.

Tapi sesampainya Radit di rumah Demas, di sana sudah cukup ramai orang dan yang menjadi alasan Demas menelfonnya kini tengah diperiksa oleh bidan Puskesmas.

Setelah diam saja karena tidak bisa menemui Demas yang menemani Naira di dalam, Radit akhirnya menarik Demas ketika pemuda itu keluar dari kamar.

"Ini apa? Kenapa rame begini? Dan itu Naira kok kaya babak belur gitu ... si" tanya Radit to the poin.

Flashback on

"Dia bukan sepupu saya pak ... dia pacar saya"

Seketika semuanya membelalakan mata, begitu juga dengan Naira yang ikut terkejut dengan pengakuan konyol Demas.

"Asal kalian semua tahu, kalo dia itu sedang hamil ...." Demas memperjelas pengakuannya

"Akhhh dimana otaknya Pak? mukulin perempuan hamil kaya gini, kok tega sesama perempuan saling memukul kaya gini HAH Dia lagi hamil pak apa pantas dipukul sampe babak belur kaya gini" tegas pemuda itu yang sempat membentak.

"Kalau sampai terjadi sesuatu dengan pacar dan calon bayi saya, kalian pasti akan menerima akibatnya" ancam Demas.

Entah keberanian itu datang dari mana tetapi hati Demas seolah dicabik-cabik ketika mendengar penuturan pak RT jika Naira dituduh mencuri dan sempat menjadi bulan bulanan sejumlah ibu-ibu tetangga. Tidak bisa Demas bayangkan bagaimana keadaan Naira saat disentuh benda atau apa saja yang diarahkan ke tubuh gadis itu dengan keras.

Semuanya semakin dibuat terkejut oleh pengakuan Demas, setelah mengakui gadis asing ini pacarnya, kini Demas juga memaparkan kondisinya yang tengah berbadan dua.

Mereka yang ada disana sontak menyadari sesuatu, melihat kembali kondisi Naira yang tengah terduduk lemah dengan tangan yang memegang erat baju Demas. Beramai-ramai mereka memandangi perut Naira yang memang sudah sedikit membesar. Yang membuat tambah terkejut lagi dengan sebuah kebenaran yang baru jika Naira memang tengah berbadan dua.

"Nai kita pulang ya?"

Demas menoleh kepada Naira, dan Naira sendiri yang masih tertegun tidak bisa berkata-kata dia menuruti perkataan Demas tapi entah apa yang salah ketika tubuhnya dibawa untuk berdiri Naira mulai berkunang-kunang.
Akh Sayang ... jangan disini please ucap Naira dalam hati, mencoba berkompromi dengan buah hatinya.

Langkah pertama adalah penyiksaan, Naira semakin dibuat berputar-putar. Demas yang melangkah didepannya menjadi buram begitupun orang sekitar Naira, pandangan itu berubah menjadi kuning sebelum kegelapan benar-benar menjemput Naira.

"Nai!!!"
Seambruknya Naira, Demas juga beteriak kaget.

Beberapa orang disana juga mendekat, termasuk Bu RT, yang ikut merengkuh tubuh Naira karena Demas sibuk menelfon seseorang.

"Nak Demas terlalu lama kalau ke rumah sakit, ini badan pacar nak Demas mulai dingin sudah lemas banget, panggil Bidan Puskesmas saja."

"Biar bapak aja Bu, Nak Demas mau dirumah bapak saja atau ... " selah Pak RT.

Demas tak menjawab, menghiraukan Pak RT pemuda itu kembali bersimpuh, berusaha mengangkat tubuh Naira yang lumayan berat dan membawanya keluar diikuti oleh Bu RT dan yang lainnya, yang masih punya hati nurani.

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now