4. Teringat Luka

247 80 48
                                    

***

Mengabaikan mual dan sakit kepala yang melanda, Naira lebih fokus kepada kegelisahan hatinya. Melihat Demas tertidur disofa yang tidak memuat penuh tubuh besarnya, membuat Naira merasa tidak enak karena justru dirinya yang menempati tempat tidur pemuda itu.

Didalam kamar Naira sesekali menatap keluar, dan bolak balik mendekati pintu melihat Demas diruang tamu yang sedang tertidur.

"Aduh makin gak enak, gimana ngomongnya biar Demas tidur dikamar ya" gumam Naira, melihat Demas dari dalam kamar.

Setelah pamit untuk beristirahat, Naira benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Pemuda itu langsung tertidur pulas. Ingin rasanya Naira mengatakan kepada Demas untuk pindah ke kamar saja lebih baik tidur di kamarnya tapi lidah Naira kelu sampai tidak sempat mengucapkan.

Hari sudah hampir sore, kini kegelisahan Naira bertambah karena perutnya yang kosong belum kembali terisi. Mengingat ada makhluk kecil didalam tubuhnya Naira memutuskan untuk pergi ke dapur berharap ada makanan untuk dia makan. Dengan hati-hati melewati Demas yang masih tertidur.

Didapur, Naira hanya menemukan beberapa mie instan. Tak ada yang bisa dimasak selain itu. Dapur sempit berukuran 2x3 meter terlihat berantakan dan pengap. Kotak sampah yang sudah penuh juga tidak absen untuk para lalat kunjungi.

Fokus pada perutnya, Naira bergegas untuk menyeduh mie instan. Dirinya kembali bingung "Demas mau gak ya? Dia kayaknya belum makan deh"

"Tapi gimana cara nawarinnya" ucap Naira dalam hati.

Sambil duduk mengaduk mie instan Naira menatap kearah ruang tamu dimana Demas tertidur. Ragu-ragu Naira mulai menyuapkan mie yang masih mengeluarkan asap.

Hingga mie instan satu mangkok itu habis Naira lahap, dengan perasaan yang masih sama memikirkan keadaan Demas. Selesai, Naira mencuci semua piring sekalian milik Demas yang sudah berapa hari tidak tersentuh air dengan sisa makanan yang membusuk.

Naira mual tidak tertahankan, dia pergi ke kamar mandi. Menghindari muntah disana, beruntungnya perut yang sudah ia isi tidak memuntahkan lagi apa yang sudah Naira makan. Gadis itu hanya mual tanpa muntah. Tapi berhasil membuat Naira lemas.

Pelan-pelan meraba dinding Naira kembali ke kamar, tidak melanjutkan niatnya untuk membersihkan dapur Demas.

"Demas?"
Sedikit terkejut, Naira melihat Demas sudah duduk menyandar pada sofa.

"Nai Lo muntah la...gi?

"Iya karena bau dari sisa makanan di tempat cucian piring"

Ucapan Naira berhasil membuat Demas terperangah melirik kearah dapur seolah Naira baru saja memperingatinya.

"Tapi gak papa ko Demas" imbuh Naira, mengabaikan pertanyaan Demas sebelumnya.

Demas mengangguk, matanya sayu wajahnya dipenuhi keringat.

"Dem Lo gak papa?"

"Cuma agak sakit aja Nai ni tangan yang di jahit."

Naira sengaja duduk disamping Demas, spontan pemuda itu mundur memberi Naira tempat longgar. Setelahnya Demas kembali memundurkan kepalanya, kali ini karena tangan kecil Naira berusaha menyentuh dahinya.

"Demas badan Lo demam?!"

"Ah iya Nai, ini gue tadi lupa minum obatnya langsung gue kira gak papa tapi malah jadi demam gini tapi nanti minum Paracetamol juga pasti sembuh"

"Dimana?" tanya Naira

"Apanya?" ucap Demas bersikap bodoh.

"Obatnya, jangan nanti-nanti Demas nanti makin tinggi demamnya, sekarang dimana obat nya biar gue ambilin"

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now