8. Rasa Bersalah

207 62 19
                                    

***

Didalam mobil, Demas dan Naira saling diam. Setelah menyuruh Radit pulang dengan memberinya janji penjelasan Demas dan Naira juga pulang dengan taxi online yang mengantar mereka.

"Ini pak, makasih " ucap Demas memberi uang pembayaran dan bergegas turun dari mobil.

"Sama-sama mas" ucap sang driver.

Masih diam Demas dan Naira masuk kedalam rumah.

"Nai, Sorry..." ucap Demas penuh penyesalan.

"Buat apa Dem?"

"Buat kejahatan gue hari ini, gara-gara gue, lo hampir kehilangan nyawa Lo sendiri juga kehilangan nyawa anak..." suara Demas menggantung, tak lagi mampu melanjutkan perkataannya.

Dengan suara lemah Naira menanggapi Demas yang merasa bersalah.

"Jangan gitu Demas, Lo gak salah sama sekali"

"Tapi Nai..."

"Gak papa, gue gak papa Demas, udah jangan merasa bersalah gitu. Tadi cuma kecelakaan aja dan gak sengaja juga kan harusnya gue yang minta maaf Demas karena gue Lo harus main kucing-kucingan kaya tadi sama temen Lo"

"Engga Nai"

"Dan sekarang temen Lo tau gue, pasti dia mikir yang macem-macem tentang Lo Dem"

Meski lirih dan bergetar tapi suara Naira begitu jelas Demas dengar. Perkataan Naira yang panjang lebar membuat Demas sedikit menikmati mata jernih Naira yang berkaca-kaca. Beberapa saat Demas terkunci dalam ruang figur wajah gadis itu.

Seperti kembali kewaktu yang tersimpan rapat dalam memori, Demas mengakui semua perbuatan mulianya untuk membuang rasa kecewa terasa sia-sia, sisa rasa yang dibencinya dulu tidak pernah benar-benar terbuang atau menghilang seolah hanya tersimpan rapi disebuah ruangan yang terkunci. Dan Demas hanya perlu orang yang memiliki kunci kembali.

"Demas?"

"Iya Nai,"
"Udah gak papa Nai, tenang aja temen gue yang tadi setia kok dan pinter jaga rahasia hehe" bohong Demas.

Karena Radit adalah orang yang paling tidak bisa ia percaya. Dia cupu, sekaligus pecundang. Ini yang menjadi keresahan Demas sejak tadi. Meski dirinya sudah menjanjikan sebuah penjelasan, Demas tidak yakin pemuda itu akan tahan untuk tidak bertanya-tanya kepada orang lain yang sama tidak tahunya dengan dia dan pada akhirnya menimbulkan spekulasi-spekulasi tidak berakal yang menjadi sebuah berita penipuan.

Wajah tegang Naira sedikit memudar. Semoga memang benar begitu. Dia merasa tidak enak harus kembali merepotkan Demas.

"Nai dikamar aja istirahatnya" titah Demas, melihat Naira mendekati Sofa.

"Hah? Gak papa kok Demas"

"Nai... Tidur dikamar gue, kata dokter Lo harus istirahat yang cukup dan benar, udah sana ke kamar"

"Tapi..." ucap Naira tampak ragu.

Sedangkan Demas yang malas untuk berkata-kata lagi, memilih untuk mengisyaratkan dengan gerakan tubuh agar Naira menuruti perkataannya.

Naira menuruti perkataan Demas, pergi kekamar dan merebahkan tubuhnya yang sejak tadi meronta-ronta untuk diistirahatkan.
Naira terkejut, ketika Demas rupanya mengikutinya dibelakang.

"Ini Nai, obatnya gue taro disini"
Demas meletakkan plastik obat Naira diatas nakas. Dan melangkah kearah lemari, mengambil setelan baju karena Demas berniat mengguyur kepalanya yang kalut dengan air dingin.

Kreekkk

Pintu lemari terbuka lebar, dan Demas melihat perubahan susunan kain dalam lemarinya. Pantas tadi Radit salah paham, dan mengira jika sepasang kain dalam itulah yang sedang Ia sembunyikan. Demas benar tidak tahu jika Naira sudah merapikan isi lemarinya yang berantakan dan mungkin menyisakan satu tempat kosong sehingga Naira meletakkan baju-bajunya didalam lemari Demas juga.

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now