46. Siapa Sangka

94 3 0
                                    

Room Chat

084566xxxxxx
Hai Naira 21.30

NaiRa
Iya, ini siapa? 05.00

084566xxxxxx
Demas
XI IPS 2 05.05

NaiRa
Oh Wasit kemarin 07.30

084566xxxxxx
Haha iya, Gimana Nai?
Udah baikan keadaan kamu? 07.33

NaiRa
Sudah baikan Demas 07.59
Buat kemarin makasih banyak 08.00

084566xxxxxx
Sama-sama 😂 08.02

NaiRa
☺️ 20.31

Demas menggaruk kepalanya, tidak gatal tapi hanya gerak refleks saja. Pemuda itu bingung dengan kata-kata yang sudah Ia susun untuk kembali membalas pesan yang setelah hampir dua belas jam baru dibalas Naira.

Beberapa kali Demas menghapus dan mengetik ulang, menambah koma, menghapus emoticon yang pada akhirnya di hapus lagi di room chat Naira.

"Sialan." umpat Demas kesal.

Meletakkan ponsel nya sembarangan di atas meja dekat ranjang tidur. Demas bergegas keluar meninggalkan kamar.

Hal percintaan memang selalu membosankan, Demas akui dirinya sulit berekspresi kalau soal hati dan perasaannya. Ini untuk kali pertama Demas ambil bagian, dan Naira Adelaine adalah orangnya.

***

Area parkir sekolah

"Hai Naira"

sontak membuat Demas yang sibuk menali dasi mendongak, melihat si pemilik nama tersenyum ramah kepada Tio yang juga tersenyum kepada Naira. 

"Sapa juga dong,ini kesempatan, bego." ucap Tio membisiki Demas yang terlihat cengo dan bingung.

Demas tersenyum, meski wajah polos dan gugupnya tidak bisa bohong. "Sabar Asu, gue lagi usaha biar gak gugup dulu" umpat Demas, membalas dengan bisik-bisik juga.

Bagaimana tidak gugup? jika gadis yang Demas sukai ada di depannya secara tiba-tiba tanpa tahu arah dia datang. 

 "Hai Naira." sapa Demas begitu saja, berkat dorongan dari Tio akhirnya Demas memberanikan diri untuk bersuara.

"Hai juga De...mas, iya kan Demas nama lo?"

Ketiganya berjalan beriringan menuju halaman sekolah.

"Iya." angguk Demas.  "Oh iya gimana keadaannya Nai?" sambil menggaruk tengkuknya Demas merutuki pertanyaan bodohnya, ini kan pertanyaan tadi malam yang Ia kirimkan lewat pesan kenapa Demas ulang lagi di depan Naira langsung.

"Seperti yang lo liat udah baikan Demas, kemarin juga gak parah banget kan lukanya."

"Tapi lo sampe izin empat hari Nai." 

Naira terkekeh mendengar Tio menimpali dengan fakta, wajar saja pemuda itu merasa aneh karena jika tidak terlalu parah maka seharusnya juga Naira tidak akan selama itu untuk izin dari sekolah, ya kan?

"Tapi beneran udah gak papa kok Yo, ini perbannya udah lepas tinggal goresan aja."

Demas terperangah melihat senyum Naira kepada Tio, seakan senyum itu mulai menghipnotis Demas. Sudut bibir tipis yang menarik ke atas membentuk cekungan serta indahnya lesung yang sangat pas dengan senyum Naira. Tio yang melihat wajah Demas terpesona akan Naira,  menahan tawa, lucu sekaligus tidak percaya pada temannya yang bisa jatuh cinta juga.

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now