6. Kucing-kucingan

203 66 42
                                    

***

Menarik senyum, Naira masih menjelajah waktu dimana Demas harus membuat satu sekolah gaduh dengan kalimat-kalimatnya. Dan berkat Demas menyebut namanya secara lengkap semua orang mulai penasaran dengan Naira.

Tidak hanya teman satu angkatan melainkan satu sekolah mulai bertanya-tanya siapakah Naira Adelaine. Sejak saat itu Naira yang hanya siswa biasa menjadi lebih dikenal berkat sajak cinta Demas. Sedangkan Demas tidak berubah masih dengan image buruk, yang justru bertambah ia dicap dengan sebutan si tukang gombal atau mesum.

Tidak sedikit yang bertanya-tanya bagaimana kisah sajak cinta Demas berlanjut? apakah perasaan Demas terbalas oleh Naira atau tidak?

Semua pertanyaan itu terjawab ketika Niko, teman kelas Demas memberi tahu semua yang penasaran bahwa Naira sudah menjadi kekasihnya terlebih dahulu. Tepat dua bulan setelah sajak cinta Demas berkumandang lewat microphone sekolah, perjuangan Demas adalah kebohongan belaka. Semuanya hanya menjadi kisah klasik sekolah semata.

"Kenapa Nai? kenapa lebih milih Niko? bukan gue ?"

Dibawah pohon mahoni dekat gerbang sekolah Demas sengaja mencegat Naira yang hendak pulang. Mata merah Demas menampilkan betapa marahnya pemuda itu, tidak terima atas penolakan gadis pujaannya.

"Gue butuh satu alasannya Nai, please satu alasan aja kenapa Niko lebih layak?"

"gue janji kalo itu masuk akal gue gak akan ganggu Lo lagi gue gak akan deketin Lo lagi" dari wajah Demas saat itu dapat Naira lihat betapa marahnya pemuda itu.

"Demas..." ucap Naira lirih

"Niko lebih gantengkan, dia lebih kaya, lebih menarik kan, dia lebih pintar dari gue, imagenya lebih baik daripada gue sedangkan gue... Gue gak punya itu semua Nai. Gue gak punya apa-apa gue jelek, gue miskin gue bodoh, gue nakal, begajulan iya kan, kenapa Nai kenapa gak dari awal aja bilang kalau gak ada harapan buat gue kenal lebih Lo, kenapa gak Lo tutup aja rapat-rapat dari awal biar gue gak masuk terlalu jauh kayak gini, kenapa?"

Sambil menunjuk suara Demas tercekat tak bisa melanjutkan kata-katanya.

"Demas gue milih Niko itu bukan karena dia lebih dari apa yang semua lo barusan sebutin bukan, perasaan, dan hati gue bukan taruhan Dem, dan kalian berdua bukan sesuatu yang harus gue pilih untuk di timbang mana yang lebih dan kurang." dengan suara lembut Naira sama sekali tidak terpengaruh amarah Demas.

"Karena memang kisah gue dan Niko sudah dimulai lebih dulu jauh sebelum tragedi sajak konyol itu Dem. Jauh sebelum itu Dem, gue gak bisa meninggalkan cerita yang belum selesai untuk memulai kisah yang baru, maaf karena udah bikin kecewa dan please jangan salahin Niko" Demas terdiam, seperti menyadari sesuatu.

"Jadi aturan mainnya siapa yang lebih dulu dia yang menang?" tanya Demas lagi, menyangkal semua pembenaran Naira.

"Bukan Demas, Lo salah paham..."

"Oh gue ngerti sekarang, jadi ternyata Lo kemarin respect gue cuma buat jadi bahan bercandaan Lo sama Niko doang iya, biar gue diketawain satu sekolah. jahat Lo Nai"

Tanpa Naira sadari air matanya menetes dari pelupuk matanya. Ingatan itu berubah, menjadi kesan baru yang membuat Naira semakin merasa bersalah. Dia telah menyakiti Demas terlampau jauh saat itu, seharusnya dia menolak permintaan Niko alih-alih hanya untuk mengerjai Demas sebagai badut sekolah yang sedang menjadi bahan guyonan yang pada akhirnya menumbuhkan harapan kepada Demas yang tulus.

"Maaf Demas, Lo bener gue emang jahat... Jahat banget Dem" Dalam tangisnya Naira membenarkan ucapan Demas dimasa lalu.

***

Suara deru mesin motor Radit berhenti. Memasuki teras rumah kontrakan Demas, keduanya turun. Demas yang cuek membiarkan Radit mengikutinya dari belakang. Mendahului Demas, Radit pergi kebelakang.

"Wihhh tumben amat dapur Lo bersih banget Dem, abis kesambet apa Lo, kamar mandi juga sekarang wangi"

Mata Demas mulai mengawas, dia sadar. Dan jantungnya mulai berdegup kencang, buru-buru Demas menghentikan langkah Radit yang hendak memasuki kamarnya.
Radit yang sudah didepan pintu kamar, mencoba meraih handle pintu. Demas melotot, Gawatt batinnya.

Kreekk

"Eh Dit...Lo mau ngapain?"

Tangan yang sudah setengah menekan handle pintu tiba-tiba ditahan oleh Demas. Radit yang terkejut karena ulah Demas melepaskan handel tersebut.

"Mau numpang tidur kayak biasanya"

Ya. Demas melupakan satu kebiasaan Radit jika sudah berada dikediamannya, pemuda itu pasti akan menumpang tidur di kasur Demas tanpa perlu meminta izin sang empunya. Dan kali ini Demas tidak bisa membiarkan Radit memasuki kamarnya lagi.

"Kenapa si, minggir dong Dem gue mau masuk" ucap Radit santai, sembari melangkah maju.

"Gak bisa Dit, Lo tidur di sofa aja"

"Kenapa?" tanya Radit skeptis, menatap curiga Demas.

"ini kan kamar gue, suka-suka gue lah!!" ketus Demas

Seolah sedang menjadi ibu burung yang melindungi anaknya dalam sangkar Demas memegang handle pintu kuat-kuat takut Radit menyerobot masuk dengan paksa. Dilihatnya mata Radit menyipit menaruh kecurigaan.

"Udah Lo gantian tidur disofa"

"Ogah, sofa Lo itu udah busuk gitu yang ada punggung gue tambah sakit
tidur disana" Radit menyelingak kebelakang, melihat sofa yang mungkin seharusnya sudah tak layak pakai itu.

"Bodo amat, kalo gak mau pulang sana"

Braak

Dengan gerakan secepat kilat Demas masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu dengan kencang. Radit yang lagi-lagi terkejut memejamkan matanya dan mengelus dada.

"Brengsek Lo Demas!?" teriak Radit dari luar kamar.

Sedangkan Demas yang berada di balik pintu masih mengatur nafasnya yang memburu. Hampir saja, Radit mengetahuinya. Beruntungnya Naira tetap berada didalam kamar, jika dia berkeliaran bisa tamat riwayat Demas diberondong seribu pertanyaan oleh Radit belum lagi dia tidak percaya dengan pemuda plin plan tersebut.

Kini Demas kembali menguasai diri, matanya menatap Naira dihadapannya. Tak berani bergerak, Demas tetap diam dalam tempat. Dilihatnya gadis itu tertidur lelap menghadap Demas yang sedang berdiri.

Memberanikan diri, Demas mendekat . Tiba-tiba suara aneh dari luar kembali membuat Demas waspada.
Mata Demas membelalak, dilihat dari pantulan kaca jendela rupanya Radit masih tidak menyerah. Langsung saja Demas berlari kearah jendela dan menariknya agar tertutup.

Jedaarr

Tidak lupa Demas untuk mengunci jendela ia juga menutup tirai, agar menghalangi pandangan Radit melihat isi kamarnya.

"Woyy norak kenapa si, kek bocah Lo"
teriak Radit dari luar jendela.

Nafas Demas yang panik kini juga terkejut ketika melihat Naira sudah bangun dari tidurnya dan duduk dengan wajah sama terkejutnya seperti Demas.

"Demas!!, hayo nyembunyiin apaan lo gue nambah curiga tau woyy Demas bukaa!!

Naira menatap kearah jendela, menyadari sesuatu gadis itu beranjak dari ranjang tidur. Menunduk berusaha memasuki kolong tidur namun dicegah Demas.

"Jangan disitu Nai, nanti ketahuan. Ehmmm disini disini"

***

Waduh berasa digerebek ya mereka ini. Radit ni kepo banget ya, gak tau privasi apa privasi dit. Kalian kalo jadi Radit bakalan gimana?

Ohiya gimana bab ini, makin seru atau makin bosan?

Jangan lupa untuk apresiasinya ya, dan untuk yang sudah berpartisipasi makasih oke semoga kalian tetap lanjut mengawal kisah mereka

See you

Nice To Meet You (END)Where stories live. Discover now