31. Sekilas Masa Lalu

53 9 2
                                    

H-sehari festival yang menjadi hajat anak-anak BEM kampus akan terlaksana dan persiapan sejauh ini sudah 99%. Pagi-pagi sekali Demas sudah mengecek lokasi termasuk area bazar dan panggung yang sudah berdiri kokoh.

Di kampus belum ada siapapun kecuali pak Satpam dan staf kebersihan. Demas yang datang pagi sekali sengaja mengindari teman-teman panitianya, sebab Demas kemarin sudah izin meminta izin untuk absen di hari gladi bersih maka dari itu Demas tidak mau terlihat oleh mereka jika Ia datang untuk memastikan lagi semua persiapannya .

"Pak jangan bilang ya kalo saya barusan ngecek kesini, oh iya nanti kasih tau salah satu dari mereka buat divisi perlengkapan tangga panggungnya minta tuker yang lebih safety ke tukang tendanya, soalnya itu ada bagian yang udah keropos takut bahayain orang."

"Oke siap mas Demas."

Demas bergegas pergi menjauhi kampus dan menuju rumah Shalimar yang jaraknya cukup jauh dari kampus pemuda itu.

Dan sesampainya Demas disana, Rumah Shalimar sudah cukup ramai dengan orang-orang yang mulai berdatangan juga, kebanyakan dari tamu Shalimar adalah perempuan sebayanya. Demas tahu itu pasti teman-teman Shalimar di pengajian yang perempuan itu ikuti sejak dua tahun belakangan ini.

Dari tempatnya berdiri Demas bisa melihat senyum ceria Shalimar, perempuan itu dengan ramah dan penuh senyum menyalami satu persatu teman-temannya dan sesekali saling melempar canda tawa.

Tanpa sadar dua sudut bibir Demas juga ikut tertarik ke atas membentuk cekungan ketika melihat wanita yang dia panggil Ibun itu terlihat aura kebahagiaannya.

Langkah Demas pelan namun pasti, Ia berjalan menuju rumah Shalimar yang bersih dan asri itu. Dan memasuki teras Demas mulai di sapa satu dua orang yang memang sudah mengenalnya. Shalimar masih belum melihat kedatangan Demas, perempuan itu masih sibuk dengan obrolan hangat dengan teman-temannya.

Sampai ada beberapa orang menyeletuk, membuat Shalimar menyadari kehadiran Demas.

"Bu Shal ni anak bujangnya datang."

Langsung saja Shalimar mendongak dan melihat Demas yang sudah berdiri di antara orang-orang duduk disana.

"Dewa, Ya Allah Ibun pikir kamu ga dateng nak."

Demas tak bisa berkata-kata dia hanya mengikuti gerakan Shalimar saja yang memeluk tubuh jangkungnya dan beberapa kali mengecup pipinya sekilas, bentuk sayangnya perempuan itu kepada Demas.

"Bu ibu kenalin ini Dewa, anak tunggal saya."

Begitulah Demas dibanggakan sekali oleh Shalimar, bahkan perempuan itu tanpa rasa sungkan memperkenalkan Demas kepada teman-teman perempuan itu yang mungkin hampir semuanya sudah tahu bagaimana sepenggal kisah Shalimar hingga bisa mendapatkan seorang Demas atau Dewa panggilan sayang perempuan itu kepada anaknya.

"Ya Allah Bu Shal, Dewa cepet banget gedenya."

"Ini si Dewa Bu Shal, gak nyangka udah gede banget."

"Dewa tambah ganteng aja Bu Shal."

Respon mereka yang berbeda-beda membuat Demas harus canggung dalam senyum kikuknya, bingung harus bersikap bagaimana. Sesekali pemuda itu hanya mengangguk kaku agar terlihat ramah dimata mereka. Meski itu sama sekali tidak ada pengaruhnya karena Demas sama sekali tidak bisa menutupi kecanggungan dalam situasi ini.

"Iya, ibu ibu ini Dewa anak saya. Sekarang udah kuliah anaknya."

Semua yang mendengar merespon dengan anggukan dan senyum ramah mereka, menghargai ucapan Shalimar.

Keduanya menjauhi ruang depan yang penuh para tamu, tiba-tiba saja Demas dibuat terkejut oleh pelukan kaku Shalimar. Hanya sekilas namun Demas bisa merasakan betapa Shalimar menumpahkan semuanya dalam pelukan sekejap itu.

Nice To Meet You (END)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora