7. Kehilangan

3.2K 324 21
                                    

"Pokoknya Jully benci Alec Maaaa," rajuk Jully kepada mama sambil memeluk boneka sapi.

Mama hanya memeluk putrinya dengan perasaan campur aduk. Usia putrinya masih terlalu muda, Alec juga demikian. Waktu mama seumuran Jully sekarang mama masih sibuk bermain congklak, bukannya mempersiapkan kelahiran anaknya. Baik Jully dan Alec sama-sama bocah yang belum dewasa. Mereka dipaksa matang sebelum waktunya karena ulah sendiri, tapi nyatanya mereka belum sanggup. Drama rumah tangga keluarga remaja terjadi demikian mudahnya.

"Kamu yakin Nak?" tanya mama memastikan lagi keinginan putrinya.

Jully mengangguk, keputusannya sudah bulat. Dia mau pergi ke tempat kakaknya saja di Melbourne, sekalian melahirkan di sana. Jully mau minggat yang jauh sekalian, dia sudah tidak ingin bertemu dengan Alec lagi. Sejak pertengkaran demi pertengkaran terjadi Jully membenci Alec. Jully ingin memulai hidup yang baru di sana, menata kembali yang sudah porak-poranda.

"Alec tau?" tanya mama.

"Apa perlunya Alec tau Mama? Jully benci dengan Alec. Dia gak suka Jully berasa di sekeliling dia, katanya ganggu aja. Jully benci sama Alec Mama," jawab Jully menyuarakan kekesalan.

"Lah ini gimana? Ya gak boleh gitu, sama suami kok benci-bencian segala." Mama bertanya keheranan.

"Jully gak mau lihat Alec lagi, Jully mau ke tempat kak Finn aja." Jully kembali merengek.

"Trus kalo anaknya lahir? Dah gede nanya bapaknya, gimana?" tanya mama menanyakan kemungkinan yang terjadi.

"Nanti kak Finn aku suruh jadi daddy-nya," jawab Jully enteng.

"Lah ya gak bisa toh Nak, wong gak ikutan bikin kok disuruh jadi bapaknya. Finn kan kakak kamu, mana ada mommy daddy adek kakak macam itu?" tanya mama gemas.

"Jully mau pisah aja sama Alec Mama, Alec udah jahat sama Jully," kata Jully yang merengut kembali memeluk boneka sapinya.

"Pisah?" tanya mama dengan mengernyitkan kening.

Mama menghela napas panjang, putrinya baru beberapa bulan saja menikah, umurnya juga baru belasan tahun. Dan dia sekarang sudah menginginkan perpisahan, mama sama sekali tidak terbayang putrinya sudah menjadi janda beranak satu di usia sebelia ini. Tapi memang situasinya seperti ini. Mama juga tahu, putra tunggal pak Robin itu adalah anak yang dilimpahi kekayaan juga kasih sayang. Dia tumbuh menjadi anak laki-laki yang sedikit manja dan harus mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Jully mau cerai saja sama Alec mama," kata Jully perlahan.

"Iya Nak iya, nanti biar mama yang urus ya," kata mama sambil memeluk putrinya.

***

Tidak membuang waktu, mama segera menyiapkan paspor juga keperluan Jully yang lain. Mereka terbang ke Aussie seketika. Jully dengan watak kakunya bersikeras tinggal bersama dengan Finn di apartemennya. Mama jelas tidak rela, Finn masih sekolah dan waktunya lebih banyak dihabiskan di luar, bagaimana mungkin Finn bisa mengurus adiknya meski Finn menyatakan tidak keberatan. Karena bagaimana pun dia sangat menyayangi adiknya.

Finn demikian geram, dia menyambut adiknya yang datang dengan perut membuncit dan berurai air mata. Makhluk kecil bernama Alec Andreas itu memang kurang ajar. Bagaimana bisa setelah menghamili adiknya sekarang dia mengasarinya. Adik kecil yang paling Finn sayangi, sekarang menangis dan menginginkan bersama dirinya saja. Bagaimana bisa menolak, Finn juga menantikan kelahiran keponakan cantiknya itu.

"Jully tinggal sama aunt Lyssa saja ya?" bujuk aunt Lyssa kepada Jully kecil.

"Jully mau tinggal sama kak Finn aunty," jawab Jully bersikeras.

"Kamu akan sering sendirian di sini sayang, Finn masih sekolah dan perutmu semakin membesar." Uncle Clark juga berusaha membujuk.

"Pergilah bersama mereka Jully, nanti kakak akan sering ke sana." Akhirnya Finn ikut juga membujuk demi keselamatan adiknya yang sudah hamil besar.

Jully lama kelamaan berfikir juga, yang dikatakan oleh semuanya memang benar. Finn sudah pergi ke sekolah di pagi hari dan baru pulang menjelang petang. Sedangkan di sini Jully belum mengenal siapapun. Dengan berat hati Jully mengemasi kopernya lagi dan ikut dengan aunty Lyssa dan uncle Clark. Dan berpesan kepada Finn agar merahasiakan keberadaannya bila Alec mencarinya. Jully sudah demikian membenci Alec.

"Aku janji Jully," bisik Finn sebelum Jully pergi.

***

Di sekolah Lana mulai bersikap menyebalkan, setiap Alec lewat Lana selalu mencibir dengan judes. Apalagi ketika Alec bersama dengan siswi cantik, mata Lana langsung menyambar seperti silet. Memang tidak sekali dua kali Alec menggandeng teman sekolahnya. Dasar memang Alec itu playboy cap kadal, dia memang kurang ajar. Kali ini pun demikian, setelah Alec membantu memasangkan sabuk putih kepada salah seorang gadis ketika berlatih taekwondo, Lana kembali mencibir menusuk hati.

"Tampang kamu ngeselin," kata Alec setiap bertemu dengan Lana.

"Nah kamu gak tau diri, asik aja kesana kemari kayak musang ngejar anak ayam. Gemes deh pengen aku piting," balas Lana dengan sadis.

"Bukan urusan kamu," jawab Alec tidak kalah sengak.

"Akan jadi urusanku sejak sekarang, demi keponakan cantikku dong," jawab Lana sambil berkacak pinggang ala bos preman.

"Ponakan cantik?" tanya Alec keheranan.

"Iya ponakan cantik, kayaknya kamu gak bakal punya kesempatan buat lihat dia deh. Dia mo dibawa emaknya minggat yang jauh, ke Aussie. Dia dah ogah liat tampang kamu," kata Lana yang tidak sengaja embernya kumat.

"Jully? Ke Aussie?" tanya Alec terkejut.

"Oh, punya kuping ternyata, awas kau kalo kegatelan ngejar cewek mulu. Aku awasin, kalo kelakuan tetep gatel aku sunatin kau." Lana berkata dengan kesal.

Alec terdiam, keponakan cantik. Berarti anaknya adalah perempuan. Dari mana dia tahu kalau bayinya perempuan, bukannya bayinya belum lahir. Alec dengan langkah gemetar berlalu dari hadapan Lana, kepalanya tidak berhenti berfikir. Jully minggat ke Aussie, pantas saja dia tidak bisa ditemukan di sudut manapun di rumahnya. Mama dan papa tidak mengatakan apapun juga, mereka cuma bilang Jully sudah tidak ingin menemuinya lagi.

Alec mengacak rambutnya dan terduduk di lantai bersandar pada loker. Jully benar-benar pergi sementara Alec masih belum sempat berucap maaf atas semuanya. Dirinya tidak bermaksud bicara sekasar itu, rasanya benar-benar menyesal. Sejak Jully pergi memang tidak pernah menjawab telpon juga chatnya. Alec memandangi layar smartphone di tangannya, ada fotonya bersamanya ketika dia sedang tertidur lelap. Jully yang cantik juga imut, dengan perut membesar berisi buah cinta mahakarya anak SMP.

Alec menjawab sekilas saja sapaan para gadis yang lewat di depannya, para gadis itu, tidak semua Alec benar menginginkan mereka. Alec menggandeng mereka hanya iseng belaka. Alec lebih sayang dengan Jully dan bayi itu, meski terkadang Alec juga kesal ketika Jully rewel. Dan harus akui, perkataannya yang waktu itu memang kasar, dirinya ingin meminta maaf. Tapi bagaimana caranya. Dia segera berdiri setelah terdiam beberapa saat dan dengan cepat berlari ke parkiran di mana mobilnya berada.

Alec harus menyusul Jully ke Aussie, atau dia akan terlambat sekali lagi.

***

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now