46. Hukuman Manis.

17.2K 991 43
                                    

Sara berdehem bagaikan habis menelan biji kedondong, berulang kali melirik dan batuk-batuk dengan sengaja. Bagaimana tidak, biasanya Jully ke klinik hanya memakai sebuah city car merahnya tapi sekarang naik kelas dengan mengendarai sports car dua pintu warna hitam. Meskipun Jully sewot Sara tidak perduli, yang penting selametan harus turun segera. Jadi orang sebaiknya jangan pelit nanti kuburan sempit.

"Kamu keselek tokek? Aku ambilin cunam buat ekstraksi," tanya Jully mengambil benda logam panjang.

"Enak aja," balas Sara tidak rela.

"Aku telpon dokter THT, eh sapa namanya tu?" tanya Jully mengambil smartphone.

"Aku gak keselek tokek, tapi keselek kadal. Apalagi liat ada mobil baru," jawab Sara.

Jully segera memasang tampang sewot, kalau tidak terpaksa dia juga tidak akan mau. Membawa mobil Alec itu resikonya tinggi, belum lagi dia jadi sok kegantengan karena merasa dibutuhkan. Memang Jully merasa terbantu juga mendapat pinjaman, tapi senyum mesum juga flirting-nya sepagian membuat tekanan bola matanya semakin menjadi. Alec masih seperti itu, setiap hari menggoda dan mencari perhatian. Dasar playboy kadal.

"Pagi ribut, kebanyakan sarapan?" tanya Miko yang baru sampai.

"Mungkin mereka berdua sarapan kroto," sahut Ardi yang sedang melakukan absensi.

"Eh, mobil sapa tuh? Item kinclong." Miko menyindir.

"Dokter umum gajinya gede ya, bisa beli mobil begitu. Tau gitu gak usah susah payah ambil spesialis." Ardi ikut menyindir.

"Eh pak mantan, bisa pait ya? Itu mulut apa obat?" tanya Sara melirik Jully.

"Apaan sih? Bukan punyaku, itu pinjem punya bapak Aleccia." Jully segera menyesap kopi.

"Pantes kayak pernah liat," gumam Miko.

"Kan emang udah pernah kesini bolak-balik gimana sih?" gerutu Jully.

"Udah tukeran mobil, abis ini tukeran hati. Dahlah kita tunggu undangan trus kondangan." Sara kembali menyindir.

"Sara, masih pagi udah ngerumpi." Jully mengeluh memijit kepala.

"Abis ini pasti ada yang sebar undangan, tunangan apa kawinan." Miko menyenggol Jully ikut menyindir.

"Ngaco," jawab Jully semakin sewot.

"Emang Jully mau hubungan digantung doang kayak pakaian? Kering gak buluk iya." Sara bertanya.

"Itu tuh, cukup aku saja yang pernah digantungin." Ardi tertawa masih terus ikut menyindir.

Jully segera berlalu meninggalkan gerombolan tukang gibah itu, ya Tuhan ini bahkan masih pagi dan semuanya sudah bersemangat memojokkan dirinya. Kopinya ini bahkan tidak bisa menenangkan urat syarafnya, menjengkelkan. Di rumah ada Alec yang selalu menguras hati sedangkan di klinik trio itu tidak pernah berhenti menggodanya dan mengatainya. Andai mereka tahu apa yang Jully rasakan, Alec demikian tampan dan menggoda, tapi terperosok dengannya sekali lagi tentu bukan pilihan.

"Jully, traktirannya kita tunggu," kata Miko yang ternyata masih mengikuti mereka.

"Pinjem Mikoooo, tau sendiri kan dokter umum sekaya apa bisa beli mobil seperti itu?" tanya Jully kesal.

"Galaknya muncul, laki kamu kerjaan apa sih? Kok kayaknya meski keliatan biasa tapi kaya bener," tanya Miko.

"Gak tau, gak mo tau," jawab Jully judes.

"Udahlah jangan gelud, Jully bantuin inventaris ini ajalah. Kan praktek setengah jam lagi." Sara menyodorkan kertas.

"Beres, daripada gibah pusing aku, Miko sono gih buruan tolongin emak-emak lahiran. Ngapain nimbrung sama cewek, aku pakein rok mau?" usir Jully yang mana Miko menjawabnya dengan sebuah jari tengah terangkat.

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now