13. Alec Muda

2.7K 283 28
                                    

Alec semakin tumbuh dewasa, dia sekarang sudah mengenyam bangku perkuliahan. Dengan modal prestasi yang kebetulan saja dia punya, dengan mudah dia diterima di sebuah universitas bergengsi di luar negeri. Sayang ketika pertengahan kuliah magisternya. Alec resmi menjadi yatim piatu. Robin tewas setelah terlibat dalam kecelakaan pesawat pribadi ketika sedang melintasi sebuah pegunungan dengan cuaca yang kurang bersahabat. Alec sebatang kara, tapi tawaran Oma dan Opanya agar Alec tinggal bersama mereka saja kembali ditolak mentah-mentah.

Bukan Alec kalau dia tidak keras kepala, semua paham dan semua akhirnya maklum. Dengan terpaksa Alec pulang ke tanah air dan melanjutkan kuliahnya di Indonesia. Bisa saja Alec terus berkuliah di sana, tapi bagaimana dengan peninggalan ayahnya. Tidak seperti perusahaan milik Aline ibunya, yang kini dikelola oleh pamannya. Yang berada di Indonesia akan Alec pasrahkan kepada siapa. Alec memang punya seorang om, tapi Roland itu tidak terlalu pintar memimpin sebuah perusahaan. Apalagi sebuah perusahaan besar dengan beberapa anak perusahaan seperti milik Robin.

Alec mengajukan diri sebagai CEO di usia yang terbilang muda. Dengan kredibilitasnya dengan mudah semua dewan menyetujui Alec menjadi pimpinan ketika digelar RUPS. Dengan sengaja pula Alec mengusulkan agar Roland, omnya menjadi presiden komisaris. Roland memang agak bodoh, tapi dia pekerja keras juga jujur. Kepada siapa lagi Alec mempercayakan jabatan penting seperti itu kalau bukan kepada siluman labi-labi seperti omnya. Ujian dan kerumitan hidup Alec seakan sudah lengkap.

"Manhattan," kata Alec kepada sang bartender.

"Yes, Sir," jawab sang bartender mengangguk.

Dan di sinilah dia, siapa high society di kota ini  yang tidak mengenal seorang Alec Andreas. Putra tunggal almarhum Robin Andreas. Satu-satunya pria bertampang campuran juga tampan. Dengan modal penampilan fisik di atas rata-rata, kendaraan yang memukau mata, sangat mudah bagi Alec mendapatkan seorang wanita. Entah untuk menemaninya minum, ataupun pergi ke apartemen atau get a room di sebuah hotel untuk sekedar one night stand.

Bila dengan modal yang tersebut di atas belum mampu menaklukkan wanita, bisikkan saja kalimat sakti. Bahwa Alec adalah CEO dari Welvarend Corp, siapa yang akan menolak. Para wanita itu tidak semuanya pintar, kebanyakan mereka hanya tahu beberapa jabatan penting di sebuah perusahaan saja. Ketika bicara dengan wanita awam, bahwa dia mempunyai saham mayoritas, ataupun dia adalah stakeholder dari sebuah perusahaan, mereka akan lebih mudah mencerna kalau seorang pria adalah seorang manager di bagian tertentu. Dan lagi kebanyakan wanita tergila dengan kisah halusinasi ala cinderella story. Kisah satu malam dengan CEO pasti akan laris manis.

"Bisa belikan aku minuman?" tanya seorang wanita yang memakai sebuah dress mini berwarna hitam.

"Silahkan," jawab Alec. Dia memang tidak mengenal dia, tapi menolak seorang wanita bisa menghancurkan harga diri mereka. Hanya segelas coctail atau satu shot minuman saja, uang Alec masih ada banyak.

"Sendirian?" tanya wanita itu sembari menerima segelas margarita.

"Seperti yang kamu lihat," jawab Alec yang masih menikmati minumnya.

"Are you open?" goda wanita itu sambil melirik sensual.

"Ya, open," jawab Alec yang melirik sesekali kepada wanita itu, cantik.

"How open?" goda wanita itu lagi.

"As open as you want," jawab Alec dengan maskulin.

"Clara," kata wanita itu memperkenalkan diri.

"Alec," balas Alec singkat.

Alec meletakkan gelasnya, sepertinya malam ini akan berakhir seperti biasanya. Hiburan ini ternyata demikian menyenangkan, sedikit bisa menghilangkan rasa rindu kepada Jully atau anak itu. Sudah berapa belas tahun yang lalu, anak itu pasti sudah besar. Anak gadis berusia belasan tahun, Alec terkadang dicekap mimpi dengan anak gadis dengan wajah yang masih memburam kabur. Seandainya pertengkaran itu tidak terjadi dan Jully tidak pergi. Mereka sekarang pasti menjadi keluarga yang bahagia, membesarkan putrinya bersama. Tidak seperti sekarang ini, Alec demikian kesepian. Yang benar peduli dengannya hanyalah budhe Sum.

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now