15. Bagaimana.

2.8K 324 81
                                    

Aleccia merenung, sudah belasan tahun berlalu tapi secuil tentang daddy sama sekali tidak dia dapatkan. Perasaan ini udah dia pendam begitu lama, rindu kepada seseorang yang belum pernah dia temui itu rasanya seperti ini. Aleccia bahkan tidak bisa mengingat apapun tentang daddy. Atau mungkin memang dia belum pernah bertemu dengan daddy. Aleccia sudah lama ingin bertemu, tapi bagaimana caranya. Mommy juga uncle Finn tidak bisa dirayu. Lalu Aleccia harus bagaimana.

Aleccia kembali memeluk boneka sapi, yang bisa dia lakukan hanya diam, karena sekuat apapun Aleccia mencoba semuanya hanya mengunci mulutnya dengan rapat. Aleccia merasa memang dia sepertinya sengaja dijauhkan. Entah kenapa, Aleccia benar-benar tidak tahu apa-apa. Cuma terkadang rasanya seakan menghimpit dada dan menyedihkan. Suatu kali Aleccia mencoba bertanya kepada Oma, ternyata semua sama saja.

Lyssa mengamati tingkah anak asuhnya, memang belakangan ini Aleccia lebih pendiam. Tahun berganti dan dia juga tetap seperti itu, Lyssa terkadang bertanya tapi Aleccia hanya menjawab dengan senyum. Sepertinya dia mulai membalas semua orang. Lyssa sebenarnya ingin memberitahu semuanya, menatap putri asuhnya seperti itu dia tidak tega. Tapi apa haknya, kalau ibu kandungnya saja menginginkan putrinya jauh dari ayahnya.

"Apa yang harus aku lakukan?" bisik Lyssa dalam hati.

Tentu ini bukan salah Aleccia, tapi anak itu yang paling berat menanggung semuanya. Dia diperlakukan dengan sangat tidak adil atas dosa yang dilakukan oleh orang tuanya. Seandainya Jully dan Alec sudah tidak menginginkan hidup bersama, tidak ada yang melarang. Tapi seharusnya mereka mulai bersikap dewasa, ada anak yang harus diperhatikan. Bukannya masing-masing hanya memikirkan diri sendiri.

"Aleccia, boleh mama masuk sayang?" tanya Lyssa kepada anak asuhnya yang sedang berlindung dalam selimut hangat dengan boneka sapi dalam pelukan.

"Ya Mama," jawab Aleccia,

"Cuaca cerah, kenapa malah mengurung diri sayang?" tanya Lyssa penuh perhatian.

"Aleccia sedang malas Mama," jawab Aleccia yang memeluk boneka sapi lebih erat.

"Mama ada rencana, gimana kalo kita shopping, nonton, beli lamington atau vegemite?" tawar Lyssa berusaha merayu.

"Lain kali saja Mama," tolak Aleccia halus.

Lyssa mengerti, hati Aleccia sedang gundah. Lyssa bisa paham, tapi dia tidak bisa berbuat banyak. Bukan karena dia tidak ingin kehilangan Aleccia, dia begitu menyayangi gadis kecil ini. Bagi Lyssa kebahagiaan Aleccia tentu nomor satu. Lyssa dengan suka rela akan melepas apabila Aleccia ingin tinggal bersama orang tuanya. Menatap anak asuhnya muram setiap hari membuat lyssa semakin bersedih. Perlahan Lyssa merebahkan diri di samping Aleccia, memelukmya dengan hangat.

"Mama, may I ask some questions?" tanya Aleccia kepada Lyssa.

"Sure," jawab Lyssa sembari membelai rambut cokelat milik Aleccia, rambut yang sama seperti yang dimiliki oleh Alec. Lyssa masih mengingat wajah belia bocah itu di pernikahan mereka.

"Kenapa opa oma gak tinggal di sini?" tanya Aleccia penasaran.

"Oma dan opa itu anggota badan legislatif di Indonesia, pekerjaannya di sana sayang," jelas Lyssa dengan lemah lembut.

"Trus kenapa uncle Finn dan mommy di sini?" tanya Aleccia masih penasaran.

"Uncle dan mama kan sekolah di sini, Aleccia," jawab Lyssa.

"Uncle dan mommy di sini? Sejak kecil?" tanya Aleccia agak terkejut.

"Ya tidak Aleccia, Finn sekolah di sini mulai JHS." Lyssa dengan sabar menjelaskan.

"Kalo Mommy? Kayak uncle juga? Sejak awal JHS?" tanya Aleccia kembali mengorek.

"Mama kamu pindah ke sini waktu hamil kamu. Melahirkan di sini trus lanjut sekolah sampe sekarang," jawab Lyssa masuk dalam perangkap Aleccia.

Mommy, Please Say Yes !Donde viven las historias. Descúbrelo ahora