2. Virgin No More

32.7K 1.3K 93
                                    

Jully segera berlalu tanpa memperdulikan teriakan Lana yang mengajaknya segera pulang. Dia tidak boleh tahu kalau Alec mengajaknya bertemu hari ini. Lana sudah pasti akan membuat kekacauan dan Jully sama sekali tidak mempercayainya, Lana adalah anak gadis yang termasuk ke dalam spesies ember mana bocor pula. Kelas sudah sepi dan Jully perlahan menuruni tangga, jantung ini seakan melompat keluar begitu Jully melihat Alec sudah menunggunya dengan senyum khasnya yang menggoda. 

"Hai," sapa Alec singkat saja. 

"Hai," jawab Jully sembari menyelipkan rambut ke belakang telinga, astaga Jully sangat grogi. 

"Aku Alec, maaf aku udah ganggu kamu selama ini," kata Alec sambil mengulurkan tangannya. 

"Aku ... Jully, kau pasti udah tau," balas Jully yang semakin salah tingkah. 

"Jadi gimana?" tanya Alec tanpa basa-basi. 

"Apanya yang gimana?" tanya Jully menatap Alec dengan polos. 

Alec tertawa, apakah gadis Indonesia selalu bertingkah polos seperti Jully. Alec memang lahir di Indonesia, tetapi masa kecilnya dia habiskan dengan berpindah ke beberapa tempat, di antaranya Amsterdam juga Utrecht. Ibu Alec yang bernama asli Aline van de Graaf adalah warga Belanda yang kecantol dengan pengusaha Indonesia yang bernama Robin Andreas. Mereka menikah hingga lahirlah putra yang mereka beri nama Alec Andreas. 

"Aku ... mau kamu jadi pacarku, mau terima?" tanya Alec sembari menyerahkan sebatang cokelat lagi juga sekuntum bunga, Alec benar-benar bibit playboy

Jully tersenyum semakin salah tingkah, degub yang berada di dadanya semakin bertalu kencang. Dengan perlahan Jully memberanikan diri menghampiri dan mengambil cokelat itu dari tangan yang sejak tadi sudah terulur. Jully semakin tersipu begitu memandang bocah lelaki yang begitu dekat, secara fisik Alec memang tampan. 

"Hanya cokelat? Bunganya?" tanya Alec menggoda. 

"Makasih," kata Jully yang mengambil bunga dari tangan Alec. 

"Hanya cokelat dan bunga?" tanya Alec dengan senyum penuh teka-teki. 

"Trus apa lagi?" tanya Jully bingung. 

"Kamu terima aku? Atau hanya terima cokelat dan bunga saja?" tanya Alec mempertanyakan lagi jawaban Jully. 

"Aku ... terima kamu," jawab Jully dengan menunduk malu. 

Senyum Alec segera melebar dan wajahnya berbinar. Alec bahagia sekali, bagaimana tidak, gadis yang paling cantik di angkatannya sekarang sudah menjadi miliknya. 

***

Hingga beberapa hari Jully berhasil menyembunyikan hubungannya dengan Alec, hingga suatu hari Lana dengan sukses memergoki mereka berdua sedang bertemu di sela jam istirahat. Tentu saja gadis dengan bando Mickey Mouse itu murka, dengan sewot Lana melirik kesal kepada Jully, tapi tetap meminta contekan PR. Bukannya apa-apa, Lana ini kan spesies ember bocor, terbayang kalau dia tahu dan mulutnya akan berkoar seperti toa. Semua akan tahu dan Jully yang manis ini tidak akan sanggup. 

"Rese," kata Lana penuh dendam. 

"Apaan sih? Rese gimana coba?" tanya Jully pura-pura cuek. 

"Gitu jadian gak cerita!" sembur Lana kesal sekali. 

"Cuma jadian apa yang perlu diceritain coba?" tanya Jully dengan santai. 

"Takut aku minta traktiran gitu?" tanya Lana yang semakin sewot. 

"Gak sih, traktiran paling aku beliin cilok sepuluh ribu udah seneng ye kan?" tanya Jully yang menggoda Lana. 

Lana melengos dan cemberut, dia segera berpamitan mau pulang duluan saja. Hari ini Lana sedang tidak ingin bermain ataupun kelayapan, papanya akan pulang setelah setahun di kirim ke Afghanistan. Sambil berjalan pulang Lana merutuk dan mengomel, sehingga tanpa sadar ketika ada yang bertanya Lana juga menjawab. Berita Alec jadian dengan Jully menjadi tersebar dengan cepat. Lana memang TOP banget mulutnya. 

Seorang kakak kelas yang berperawakan tinggi dan berwajah bersih sempat menyapa Jully ketika Jully hampir sampai di gerbang sekolah. Jully sangat mengenalnya, dia kak Morgan, ketua OSIS yang baik hati. Tidak banyak yang tahu, Morgan menyukai Jully sejak lama. Dasar memang Jully itu terkadang tidak peka, perhatian Morgan jadi menguap begitu saja. Morgan mengajak Jully mampir ke kedai Jus dan mengajak ngobrol sebentar. 

"Iya Kak, baru beberapa hari sih. Maunya diem-diem tapi Lana ember," kata Jully akhirnya mengakui. 

"Semoga langgeng ya, kalo perlu apa-apa cari saja aku kayak biasa. Jangan mentang-mentang udah punya pacar trus aku dilupain," kata Morgan dengan perhatian. 

"Siap kak!" jawab Jully sambil menirukan posisi hormat. 

Morgan hanya tertawa, Jully ini polos sekali. Cinta memang begini, melihat orang yang disayangi bahagia saja hati ikut bahagia. Morgan sejenak berfikir, berapa banyak siswa yang hatinya patah seperti dirinya, ketika mendengar kabar Jully sudah menjadi pacar Alec. 

***

Sejak beberapa minggu jadian Alec jadi sering main ke rumah Jully, suasana rumah Jully selalu tenang. Mama dan papa Jully adalah anggota badan legislatif, mereka seringkali bepergian keluar kota meninggalkan putrinya hanya dalam pengawasan asisten rumah tangga juga sopirnya. Yang seperti ini memang lazim terjadi, sementara keluarganya berkecukupan tapi anak-anaknya selalu kurang perhatian dan kesepian. 

Jully memang punya seorang kakak, tapi Finn, kakak Jully itu sedang berada di Melbourne menyelesaikan SHS-nya. Finn jarang sekali pulang, dia hanya pulang ketika libur musim panas atau pun ketika ada libur agak panjang lainnya, Jully seperti anak tunggal saja di rumah tanpa ada kakaknya. Sejak lulus SD memang Finn sudah berada di sana, tinggal dengan Uncle dan Aunty yang kebetulan jadi warga negara Australia. 

Sore itu Alec kembali mengunjungi Jully seperti biasa, tapi agenda tidak jalan-jalan ke mall ataupun nonton. Entah ada angin apa sejak bertemu mereka sudah saling menempel saja. Lantai dua begitu sepi, seluruh ART juga sopir memang berada di paviliun di belakang rumah. Dua bocah yang sebelumnya sudah menempel jadi semakin nempel. Dan entah karena setan yang bernama siapa, ketika Jully mengambil smartphone yang berada di kamarnya, Alec mengikutinya. 

"Lec?" tanya Jully kaget. 

"Ya," jawab Alec singkat saja. 

Jully tidak sepenuhnya paham apa yang terjadi, hatinya berdebar sedangkan tubuhnya terasa menghangat. Jully yang manusia normal hanya merasa nyaman ketika Alec menyentuhnya. Baru kali ini Jully merasakan hangat bibir anak lelaki. Bulu kuduknya meremang tapi dia menikmatinya. Jully bahkan tidak menolak ketika anak itu mulai memasukinya. Jully memang terkejut dan mencakari punggung Alec, semua terjadi begitu cepat. 

Alec merebahkan diri terlentang di atas ranjang ketika semuanya sudah usai. Napasnya masih memburu tapi dia puas. Entah kenapa Jully hari ini tampak begitu cantik dan dia dengan mudahnya tergoda. Alec menggeliat, punggungnya terasa perih. Alec tadi sempat tahu kalau Jully kesakitan, entahlah Alec juga tidak paham. 

"Lec, ngelakuin begini bisa hamil ga?" tanya Jully dengan polos. 

"Aku ... gak tau," jawab Alec dengan polos juga. 

"Kalo aku hamil gimana?" tanya Jully agak berfikir. 

"Yaaaa gimana ya ... tapi kan belum tentu juga hamil Jully," sanggah Alec yang juga tidak paham. 

"Ya kan aku takut Lec," sambung Jully. 

"Mending cepet pake pakean kamu, nanti ketahuan sama pembantu kamu," kata Alec yang meraih celananya. 

Jully memakai lagi bajunya sambil sesekali melirik ke arah Alec yang juga masih sibuk berpakaian, tampan.

Dan yang baru saja dilakukan itu tadi ... ah sudahlah. Dia tidak tahu bahwa ini adalah awal mula.

***

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now