50. Semakin Kesini, Semakin Kesana

2.2K 304 44
                                    

Butik wanita dewasa ini memang sudah lama sekali buka, entah berapa tahun. Yang pasti sejak Jully kembali ke Indonesia Lana sudah memilikinya. Tapi main kemari sepertinya masih bisa dihitung dengan jari, ya karena pasti tidak berfaedah, akhirnya cuma gibah tidak jelas dan pulang membawa beberapa stel pakaian. Jully tidak gemar berbelanja. Dan lagi siapa yang tidak tahu, Lana kalau bicara seperti apa, bukannya hilang penat malah makin pusing. 

Tapi karena sudah saking buntunya sedangkan dia tidak punya teman ngobrol, Jully menyeret kakinya memaksakan diri menemui sahabatnya di tempat kerja. Bagaimana lagi, di klinik Sara sedang sibuk, lalu dua pria si dokter kandungan juga dokter anak itu bukannya membantu malah semakin membuatnya stress dengan olokannya. Jully terdampar di sini, bengong seperti ayam kena penyakit. 

"Kesini, gak bawa makanan malah pindah bengong," sindir Lana yang sedang memakaikan sebuah manekin pakaian koleksi terbaru. 

"Gak inget," jawab Jully dengan mata memandang deretan tas. 

"Tumben maen kemari?" tanya Lana heran. 

"Gak ada temen, di rumah gak enak." Jully memandang kosong ke depan. 

Jawaban yang aneh, Jully itu tidak seperti dirinya yang selalu harus keluar atau kalau tidak dia bisa gatal. Temannya ini tidak banyak tingkah, mau di rumah satu minggu juga dia bisa diam saja tidak memprotes, asal diberi makan. Lana menoleh ke arah temannya yang lagi-lagi melamun. Jangan-jangan temannya ini sedang sakit, iya sakit jiwa. 

"Jul, kamu sakit?" tanya Lana perhatian. 

"Gak," jawabnya malas. 

"Trus kenapaaa?!" tanya Lana. 

"Aku, sebel," gumamnya. 

"Ya tapi sebel kenapaaaa? Aku sumpel meteran mau?" tanya Lana kesal. 

"Gak tau Na, pokoknya sebel," jawabnya. 

"PMS?" Lana mendekat. 

"Gak," jawabnya. 

"Kesambet?" Lana mengorek detil. 

"Jahat ah ngatain kesambet," gumamnya. 

"Ngomong kali Juul, aku liatnya ikutan stresss. Hamil lagi?" tanya Lana. 

"Ngawurrrr ... !!" sembur Jully. 

"Terus apaaaaan Panjuuul ... ?" tak pelak Lana rasanya ingin mengamuk. 

Jully merebahkan diri di sofa panjang di tengah butik, pikiran ini berat membebani. Ada Alec di rumah yang mana semakin menginvasi, menghindarinya dengan cara apa karena mereka tinggal serumah. Kalau tidak karena Aleccia sudah pasti dia tidak ingin terjebak lagi dengan orang itu. Pria yang belasan tahun lalu mengatakan dan berharap Jully pergi saja. 

Ucapan kekanakan itu membekas di hati hingga kini, meski sudah mencoba memaafkan tapi kenyatannya diingatan kalimat tersebut masih jelas. Dan sekarang Alec ingin kembali, kehidupannya nanti akan seperti apa. Jully tahu pasti, dia itu gemar bermain wanita. Lana menceritakan banyak hal bagaimana Alec mengejar si A, B, C, D sampai seterusnya. Dan ketika sudah sampai Z Alec menciptakan alfabet sendiri dan melanjutkan petualangannya. 

"Lana, peluk aku dong," pinta Jully. 

"Kamu, dari tadi bengong kek kucing keracunan, trus ngoceh panjang pendek, cuma minta peluk doang??" tanya Lana kesal. 

"Lanaaaa," panggil Jully memelas. 

"Aelahhhhh,"

***

Lunglai Jully memasuki rumah, sudah cukup seksi terapi curhat dengan teman tersayang dan sekarang saatnya kembali ke rumah di mana surga dan neraka rasanya bercampur jadi satu. Di depan sunyi, anaknya yang terbiasa duduk di halaman bersama bapaknya menunggu tukang cilok ini seperti raib. Mereka ada di mana, tidak ada pesan pamitan mereka mau keluar, pasti mereka di di rumah. 

Mommy, Please Say Yes !Donde viven las historias. Descúbrelo ahora