85. Some love bites

20.3K 981 113
                                    

Ayang sekarang sudah berada di dalam genggaman, apalagi yang kurang. Waktu itu dengan sedikit tipu-tipu muslihat akhirnya dia kembali jatuh ke perangkap seperti belasan tahun yang lalu. Kalau dulu masih gerusa-gerusu saja tapi sekarang dia sudah agak pinter sedikit, sepertinya sih semuanya sama-sama senang. Waktu itu saja pagi-pagi Jully mesam-mesem.

Anaknya yang tidak pernah berhenti mengunyah itu memesan untuk dibawakan kue, jadi sebagai bapak yang baik dan benar ini dia mampir ke sebuah dessert bar. Pokoknya buat anak itu apa sih yang tidak, segala sesuatu selama mampu pasti akan dia berikan. Apalagi yang manis dan menggemaskan seperti Aleccia itu, astaga anak itu menggemaskan sekali, padahal dulu pas bikin itu masih bego. Mungkin kalau sudah lihai begini, nanti kalau jadi anak bakalan lebih nganu. Ah jadi tidak sabar menunggu sesi berikutnya. Tuman.

"Lec," panggil sebuah suara yang terdengar manis, kenapa sepertinya kenal.

Alec memutar tubuhnya, tidak jauh dari tempatnya berdiri tampak seorang wanita yang berpenampilan feminim dan manis. Bibirnya segera terbuka sedikit, mau bicara apa tapi sepertinya tertahan di tenggorokan. Dunia ini kenapa jadi sempit sekali, mau pergi ke pojokan manapun sepertinya dia bertemu dengan mantan.

"Hai," balasnya dengan sopan, mantan saja kok.

"Ngapain?" tanya wanita itu seperti pertanyaan bodoh, sudah jelas berada di toko kue, masa Alex mau beli cat tembok.

"Beli kue buat anakku," jawab Alec yang akhirnya mengaku.

Tentu saja kening wanita itu segera mengernyit heran,anak? Ayolah belum ada kabar sama sekali kalau pria ini menikah lalu mempunyai anak. Apakah anak itu muncul karena tidak sengaja? Bisa jadi. Tapi seumpama itu terjadi sedikit aneh, perasaan ketika putus itu baru beberapa waktu yang lalu, 2 tahun mungkin.

Kalau itu adalah anaknya, bisa saja paling besar dia itu berusia 1 tahun lebih sedikit, ya masak bayi mau diberi kue seperti ini. Itu mau memberikan anaknya apa emaknya. Tapi mau bertanya sepertinya kurang sopan, wanita itu hanya mendekat saja dan bertanya kabar.

"Aku baik sih, gak bisa kelihatan apa kalau aku ini tambah ganteng?" tanya Alec dengan kesombongan yang seperti biasanya, benar-benar tidak bisa dikurang-kurangi.

"Aku percaya, untung aja mudah move on." Wanita itu tergelak lalu dia memesan kopi.

"Move on? Sepertinya aku patah hati. Baguslah kalau move on." Tanpa sadar Alec kembali berbicara layaknya dia masih belum beranak.

"Kamu itu bagaimana sih? Katanya punya anak tapi kenapa kalau ngomong tetap saja seperti kadal, playboy, bad Boy," ucap wanita itu menyebutkan hampir semuanya.

"Playboy, bad boy, berlebihan itu, eh sudah tinggalkan saja, kopi kamu biar aku bayar sekalian," kata Alec begitu wanita itu mengeluarkan kartunya.

"Oh terima kasih, sampaikan salamku kepada istrimu kalau gitu." Wanita itu tersenyum senang dengan kopi di tangan.

"Istri yang mana? Aku ini masih usaha, makanya ini beli kue buat nyogok." Alec dengan setengah jujurnya berkata. Dibilang istri tapi tidak pernah dinafkahi, dibilang bukan kok ya belum dicerai.

"Iya kan kamu bilang sudah punya anak, harusnya sudah ada istri dong?" tanya wanita itu sepertinya bingung.

"Oh itu," gumam Alec yang juga jadi bingung.

Pria itu lalu menunjuk ke arah kursi dan memesan kopi juga, tidak apalah sesekali ngobrol-ngobrol dengan mantan,toh sudah menjadi mantan dan mereka tidak mempunyai perasaan apalagi. Wanita itu sudah jelas-jelas bilang kalau sudah move on. Harusnya ini memang tidak akan menjadi masalah.

Alec lalu bercerita, dia itu dulu pernah kecelakaan karena terlalu rajin dan ini sekarang sedang dalam proses usaha lagi. Anaknya suka sekali dengan kue, kalau emaknya sih apa saja mau. Sebentar lagi dia akan menikah, jadi dia rencananya itu mau tobat dan kembali ke jalan yang benar. Apalagi anaknya itu kan cewek, kalau kena karma bapaknya nanti bagaimana.

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now