80. Berusaha, Sepenuh Nafas.

19.6K 1K 113
                                    

"Aleccia bisa nyetir?" tanya Alec.

Aleccia yang sedang memegang jus berdecih menghina bapaknya segera, "Daddy, kita bertemu pertama kali itu Aleccia sudah bawa mobil. Kenapa masih bertanya bisa menyetir apa tidak?" tanyanya.

"Baiklah," gumamnya baru tersadar, mereka bertemu pertama kali ketika anak gadisnya jongkok dengan mengenaskan di belakang mobil convertible milik Lana.

"Aleccia is a good driver Daddy, don't worry," balasnya.

"Daddy cuma gak mau mati sia-sia Nak. Ingat bentar lagi daddy mau kawin, eh nikah." Alec melempar kunci dan anaknya segera semringah.

"Aleccia lancar menyetir di highway," ucap gadis itu sombong.

"Siapa yang ajari?" tanya Alec yang mengucap banyak doa ketika duduk di kursi penumpang.

"Uncle Finn, dia ajari Aleccia. Kalau weekend selalu jalan-jalan sama uncle," balasnya riang menyodorkan cup jus kepada bapaknya. "Titip Daddy, jangan diminum," perannya.

Sudah dititipi masih juga dibilang jangan diminum padahal di dekatnya ada cup holder, tapi sepertinya Aleccia lebih suka membuat repot bapaknya. Tidak bisa dipercaya, baru kemarin rasanya bertemu dengan putrinya ini tapi dia sekarang duduk di sebelahnya, di belakang kemudi meski jok itu digeser hingga maju.

"Mr. Passenger kita mau kemana?" tanyanya riang.

"Bisa baca peta? Kita ke situ," kata Alec menunjuk ke sebuah titik.

"Yes Sir," balasnya dan hati Alec teduh seketika. Begini rasanya ketika bapak dan anak bersama.

Duduk dia memegang cup berisi jus, di sebelahnya ada anak gadis yang menyetir dengan lincah. Lupa bertanya apakah dia punya driver license yang bisa dipakai lintas negara. Karena dia ini status masih WNA meski merupakan darah dagingnya. Benar-benar situasi yang mengenaskan.

"Nice car Daddy," katanya dengan sigap memutar setir.

"Kamu suka?" tanya Alec yang melihat betapa antusias anaknya.

"Yep, may I have one?" tanyanya penuh harap, nyetir sampai meleng.

"Sure, kalau mau ambil saja yang ini. Daddy masih punya yang lain," kata Alec yang tidak bisa menolak anaknya.

"Aaaaah I want the new one Daddy," kata Aleccia kecewa, masa diberi bekas.

"Oh," gumam Alec, bilang kek mau baru. Digemplang emaknya tidak ya.

Aleccia melirik sejenak, ada atmosfer yang berbeda. "Tapi, tapi kalau Daddy tidak ada uang, sokeeeey kalau tidak dulu. I'm fine with the second hand," ucapnya.

"Hah gimana?" tanya Alec, anaknya bicara apa.

"Daddy enggak ada duid, kan? Itu mahal Aleccia tahu, don't worry Daddy. I understand," ucap Aleccia.

Alec melirik dendam, enak saja tidak punya duid. Memang bapaknya ini terlihat begitu kere?

***

Alec dengan bangga menggandeng anaknya turun, ada sesuatu yang perlu ditunjukkan. Mereka berhenti di sebuah daerah yang tidak terlalu ramai tapi juga tidak sepi amat. Ada taman kecil yang berada di dekat sana, banyak penjual makanan baik street food maupun depot kecil. Anaknya yang suka jajan ini pasti akan senang sekali.

"Bagaimana?" tanya Alec ketika berdiri di depan pagar.

"Apa?" tanya Aleccia, cup jus sudah kembali ke tangannya.

"Rumah," jawab Alec.

"Rumah?" Aleccia melirik bapaknya bingung.

"For you, and mama." Alec dengan bangga berkacak pinggang.

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now