29. Meraki

23.4K 1.3K 52
                                    

Aleccia berang, berulangkali meruncingkan bibir dan tidak mau diajak bicara. Dia tidak habis pikir, kenapa bapaknya mau saja melayani anak julid seperti judith. Sama sekali tidak rela apalagi mengetahui pemimpin geng rakyat jelita itu terang-terangan meminta daddy menjadi pacarnya. Di sekolah ada banyak cowok ganteng, tapi dia malah memilih orang yang sudah terlalu matang, menjengkelkan.

Memang daddy tadi menolak dengan halus, dengan mengatakan bahwa jarak usia mereka terlalu jauh dan itu tidak akan mungkin terjadi. Hubungan itu nanti akan menjadi tidak normal dan semua orang akan mempertanyakan, bisa saja akhirnya daddy dicap sebagai pedofil. Setelah merayu sekian lama untungnya Judith sepertinya mempunyai telinga, dia bisa menerima apa yang dikatakan oleh daddy. Tapi kekesalah Aleccia tidak bisa sirna begitu saja.

"Daddy cuma kasian aja, sepertinya temen kamu itu kurang kasih sayang." Aleccia berusaha menjelaskan.

"Tapi bukan berarti, Aleccia harus share Daddy," kata Aleccia masih marah.

"Gak ada yang share daddy sayang, ini tetap daddy Aleccia." Aleccia berusaha meredam kemarahan anaknya.

"I hate her Daddy, gak boleh ada yang rebut Daddy pokoknya." Aleccia melampiaskan kemarahannya.

Alec mengerti kemarahan itu, putrinya masih posesif terhadap dirinya. Tidak ada yang perlu disalahkan, Aleccia baru bertemu dengannya dalam waktu yang masih sebentar, dia ingin memilikinya sepenuhnya tanpa harus berbagi dengan orang lain. Memang teman Aleccia tadi keterlaluan, tapi semua tidak akan selesai bila hanya marah. Alec harus berpikir panjang, menyelesaikan semua tanpa ada keributan dan pihak tersakiti. Tapi sepertinya Aleccia tidak bisa menerima.

"Gak ada yang bisa pisahkan kamu sama daddy lagi sayang, gak ada yang bisa rebut daddy dari kamu. Aleccia dengar ini? Daddy janji." Alec menjanjikan sesuatu yang sudah menjadi hak putrinya.

"Makasih Daddy, I love you Daddy." Aleccia menunduk terpekur.

"Kita sampe kapan di sini? Ayo daddy antar masuk. Lalu daddy pulang istirahat." Alec berkata sambil membukakan pintu mobil untuk anaknya.

"Don't go, stay here with me Daddy." Aleccia meminta.

"Mama ada tamu sayang, kita gak bisa ganggu mama kamu terus." Alec berkata seolah memang ada batasan yang jelas di antara keduanya.

"I don't care!" seru Aleccia marah.

"Baiklah sayang, ingat yang Daddy bilang. Jangan marah, Aleccia hanya akan menyakiti diri sendiri juga orang lain." Alec memperingatkan putrinya.

"Sorry Daddy," gumam Aleccia.

"Gak apa-apa, daddy maafkan. Ayo kita masuk, daddy bawakan tasnya." Alec berkata dengan sabar.

Situasi sepertinya menjadi sangat canggung, sedang ada tamu pria di ruang tamu. Sedangkan Alec harus mengikuti permintaan putrinya atau dia akan mengambek semalaman. Sebenarnya dia juga tidak mau, tapi kalau Aleccia menginginkannya seperti ini bagaimana dia akan menolak. Untuk putrinya Alec bersedia menukar apa saja, semampunya.

"Hai, Jully, dr. Ardi." Alec menyapa.

Hanya anggukan kecil dari Jully dan senyum dari Ardi yang Alec dapatkan. Sekarang situasi terasa lebih dari canggung, atmosfer yang terasa sedikit berbeda. Dua orang itu sedang membicarakan sesuatu yang serius, entah apa Alec tidak ingin mengganggu. Memang dia mencintai Jully, tapi wanita itu memutuskan untuk hidup dengan siapa adalah keputusannya sendiri. Hubungan mereka sudah rumit.

"Lanjutkan saja, aku gak akan ganggu kalian."

***

Jully lebih banyak diam dan melihat ke arah lain sementara Ardi menatapnya dengan lekat, ini bukan pertama kalinya orang ini meminta kejelasan hubungan mereka. Berulangkali pria itu meminta juga bertanya, dia ingin segera meresmikan hubungannya dengan Jully, membesarkan Aleccia bersama, mungkin nanti memberinya beberapa adik. Harusnya itu adalah rencana yang sempurna. Tapi Jully selalu mengulur waktu, dan tidak hanya dengannya, beberapa pria yang sempat dekat dengan Jully juga mengatakan hal yang sama.

Mommy, Please Say Yes !Where stories live. Discover now