Episode 6: Momen Karma bagian 2

844 107 2
                                    

Aku bosan. Hari ini aku hanya terus melihat Koro sensei yang terus menerus memukul dinding dengan lemah. Pasti dia sedang kesal karena tadi sudah diolok-olok oleh Akabane.

Tentakelnya kelihatan sangat lembut jadi ia tak bisa merusak tembok.

Kelemahan Pak Koro#4 (pukulannya lambat)

"Ah... Cukup sudah. Nyut-nyutan nya berisik! Ini kan lagi tes!" Teriak Okano geram.

"Ba-bapak minta maaf!" Sahut Pak Koro.

"Hei Karma, apa kau baik-baik saja? Kau membuat monster itu marah, loh..." Tanya Terasaka.

" Rasakan sendiri akibatnya loh..." Sambung Yoshida.

" Mending mendekam di rumah saja, kan?" Tanya Muramatsu pada Akabane.

"Ya wajar saja marah karena hampir terbunuh, Terasaka. Tidak seperti orang yang gagal dan malah mengacau." Sahut Akabane dengan santai nan menyindir.

"Aku tidak mengacau, sialan! Kamu ngajak berantem!?" Seru Terasaka.

Ck, entahlah. Mereka sungguh berisik. Sial banget nasibku duduk di belakang. Mana sebelah nya Akabane lagi.

Tak lama kemudian, mereka disuruh diam oleh Koro sensei.

"Maaf deh, Pak Koro. Aku sudah selesai." Ujar Akabane yang kemudian mengeluarkan sebuah es krim yang ternyata milik Pak Koro.

Seluruh murid kelas E bersweatdrop ria bersamaan dan tanpa rasa bersalah nya, Akabane bilang kalau dia menemukan es krim itu di ruang guru. Kata pak Koro, ia bahkan susah payah untuk membawa es krim itu agar kelihatan utuh dan dengan wajah tanpa dosa, Akabane malah mulai menjilati es krim nya.

Pak Koro merasa kesal dengan perlakuan Akabane padanya, tapi nyatanya ia sudah sepakat dengan pemerintah untuk tidak melukai para murid. Akhirnya ia hanya ingin mendekati Akabane untuk mengambil es krim yang tersisa.

Tapi tak disangka sangka, ternyata Akabane sudah menaruh peluru BB anti pak guru di lantai sehingga kaki ah tidak, tentakel Pak Koro hancur. Setelah tentakel itu hancur, Akabane malah menembak-nembaki Pak Koro.

"Ah, terjebak lagi. Aku akan menggunakan trik yang sama lagi. Aku tak peduli meski akan mengganggu pelajaran. Kalau tidak suka, bunuh aku atau murid yang lainnya." Remeh Akabane.

Aish... Dasar licik. Pak Koro tentu saja tidak akan melakukan hal itu.

"Dan kalau sampai itu terjadi..." Akabane menaruh es krim di pakaian Koro sensei. "Tak akan ada yang menganggap anda sebagai guru lagi. Ini lembar jawaban ku. Mungkin jawabannya betul semua. Sampai jumpa pak, Ayo kita bermain lagi nanti." Ujar Akabane sambil meninggalkan kelas.

Aku hanya menatap cengo aksinya. Berani sekali sih, dia. Aku salut sama kepercayaan diri nya.

Oke, aku sudah selesai mengerjakan. Saatnya mengumpulkan lembar jawaban.

"Pak, aku sudah selesai. Apa aku boleh pulang?" Tanyaku yang kemudian dibalas oleh anggukan Pak Koro. Aku tersenyum dan kemudian berbisik kepada Koro sensei, " Sensei... Aku tau cara mengalahkan Akabane dengan mudah. Ikuti dulu alurnya kemudian kalahkan dia." Setelah mengatakan itu, aku pun segera meninggalkan ruang kelas.

'Gara gara Akabane, aku harus membeli es krim lagi. Dia pintar dan tangguh tapi seperti yang dia katakan, Aku tidak akan lagi dianggap guru kalau aku melukai para murid. Baiklah, aku akan mencoba saran (name).' batin Pak Koro.

Keesokan harinya, aku terkejut saat melihat ada sotong mati dan kemudian dipajang di depan kelas. Pemandangan yang mengerikan. Dan ini semua ulah Akabane!? Aku nggak habis pikir, sih...

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now