Episode 37: Momen XX

355 51 0
                                    

Dor!

Tadi Hayami hendak menembak senjata yang dipegang oleh Gastro, tapi malah meleset. Penjahat tersebut kemudian menyalakan lampu besar di belakangnya. Sontak, ruangan yang tadinya gelap gulita menjadi amat terang. Ah, ruangan ini menjadi sangat menyilaukan.

"Tak kusangka ini akan menjadi pekerjaan yang lezat!" Kemudian Gastro tertawa senang. Setidaknya ia mendapatkan mangsa yang tepat.

Bersamaan dengan menyalanya lampu besar di belakang panggung yang bersinar amat menyilaukan, mereka semua tetap bersembunyi di belakang kursi panggung.

"Aku sedang bersemangat kali ini. Apalagi pistolku juga sangat lezat!" girangnya yang kemudian menembak posisi Hayami tadi. Degup jantung Hayami kini semakin cepat. Hampir saja, dia terkena tembakan itu.

Sebelum menjadi pembunuh, Gastro adalah seorang militer. Ia tak pernah melupakan posisi musuh yang menembak. Dari pengalaman yang ia dapat, Gastro menemukan cara yang tepat untuk mengetahui lokasi musuh yaitu mengetahui bagaimana kondisi senjata yang musuh itu gunakan.

"Nah, seharusnya masih ada satu pistol curian lagi." Gastro kembali mengemut pistolnya.

Pak Koro tiba-tiba berseru, memerintahkan Hayami untuk tidak menembak. Ia juga memberitahu kalau Pak Koro akan mengambil intruksi untuk bisa mengalahkan pembunuh bayaran yang fanatik dengan pistol ini.

Gastro menoleh, mencari dimana letak Pak Koro. Tak disangka-sangka, Pak Koro berada di kursi paling depan. Gastro kemudian menembak bola itu dengan geram namun tak terjadi apa-apa. Lagian, senjata nuklir saja tak mampu untuk menggoresnya apalagi kalau cuma dilukai dengan pistol.

"Kimura, larilah lima baris ke kiri! Terasaka dan Yoshida, larilah tiga baris ke dua sisi! Buatlah titik buta. Kayano, lari dua baris maju. Karma, Fuwa, larilah delapan baris ke kanan. Isogai larilah lima baris ke kanan!" titah Pak Koro.

Gastro menyadari kalau Pak Koro mencoba membuatnya bingung dengan lokasi para murid yang bergerak acak. Tapi dia bisa tahu lokasi anak-anak dari namanya. Ia menodongkan pistolnya ke salah satu lokasi.

Pak Koro langsung berteriak, "Murid nomor dua belas, lari ke kananmu dan buat persiapan! Bangku nomor empat dan enam, rekamlah target diantara kursi-kursi itu! Sampaikan keadaan panggung ke Chiba melalui Ritsu! Kuncir kuda larilah maju ke kiri! Pecinta motor, lari dua baris ke depan juga! Murid yang baru-baru ini tahu kafe maid atas rekomendasi dari Takebayashi dan takut nagih, buatlah suara keributan untuk memberi celah!"

Terasaka langsung mematuhi perintah Pak Koro sambil emosi. "Berisik! Kenapa bisa tahu, sialan!?"

Genggam tangan Gastro pada pistolnya agak lemas tapi dia langsung mengeratkan genggamannya. Kalau begini, ia jadi tak bisa mengetahui lokasi pasti para murid penembak itu.

"Nah, Chiba, sekarang adalah saat yang tepat untuk menembak. Setelah intruksi bapak, tembaklah sesuai tempomu. Hayami, nanti kamu tolong bantu Chiba untuk menyesuaikan kondisinya. Tujuanmu adalah menghentikan pergerakan musuh. Tapi sebelum itu, bapak punya saran untuk kalian yang tak jujur dengan perasaan kalian.

Setelah tembakan kalian meleset pada bapak, kalian berdua jadi meragukan kemampuan kalian. Kalian yang tak pernah mengeluh atau malah membuat alasan, serta pernah dipercayakan oleh teman kalian, pasti kalian pernah merasakan tekanan kepercayaan itu. Tak ada seorang pun yang menyadari kesulitan yang kalian alami.

Tapi itu tak apa. Kalian tak harus menanggung semua itu sendirian. Jika tembakan kalian meleset, kita bisa tukar senjata dengan yang lain lalu mengubah rencananya. Mereka yang ada disini juga pernah mengalami latihan dan kegagalan. Disisi kalian, ada teman yang punya pengalaman serupa. Jadi, tenanglah saat menarik pelatuk." Pak Koro berusaha menyemangati Chiba dan Hayami.

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now