Episode 20: Momen Membolos

521 69 6
                                    

"Jangan lengah. Prediksi gerakan targetmu. Jika kalian memperhatikan targetmu, maka kalian bisa mencegahnya kabur." tegas Pak Karasuma pada kami semua yang sedang latihan bertarung menggunakan pisau.

Kami sekelas sedang berlatih bertarung menggunakan pisau. Sudah 4 bulan kami berlatih. Ada banyak sekali anak-anak dengan kemampuan yang sudah meningkat.

Isogai dan Maehara. Mereka memiliki reflek yang bagus dan saat mereka bekerja sama, Pak Karasuma nyaris saja tersayat. Lalu Karma. Kukira ia adalah murid yang pemalas, namun ternyata bersemayam niat usil di matanya.

Dari perempuan, ada aku yang untunglah, kecepatan dan reflekku sudah mulai meningkat. Bahkan aku berhasil mempelajari gerakan-gerakan baru dari seni bela diri yang lain seperti Taekwondo, silat dan Muay Thai. Kemudian ada Okano yang punya kemampuan dasar senam dan memiliki gerakan tak terduga. Lalu ada Kataoka yang sangat cekatan dan memiliki fisik layaknya laki-laki.

Kami semua sangat hebat di dalam penyerangan. Kalau kami semua bekerja sama, mungkin kami akan menjadi penjahat buronan.

Wah, bahaya nih, kalau keterusan...

Meski tak ada murid yang kemampuannya lebih mencolok dari kami, tapi kalau secara keseluruhan, kemampuan kami sekelas sudah terasah.

Deg!

Tiba-tiba tubuhku merinding. Aura apa ini? Aura u... ular piton!?

Buk!

Nagisa yang mencoba menyerang Pak Karasuma berhasil menyentuh tanah dengan gaya yang tak ada elitnya. Pak Karasuma meminta maaf kepada Nagisa karena telah menyikunya sangat keras. Untung saja, Nagisa tak apa-apa. Aku kemudian menghela napas lega.

Namun tiba-tiba, aku teringat kembali dengan aura menakutkan itu. Jangan-jangan, aura mengerikan itu berasal dari tubuh Nagisa? Apa mungkin Pak Karasuma juga merasakan aura tersebut sehingga ia reflek menyerang ke arah Nagisa?

Sangat sulit untuk mengenai Pak Karasuma. Menyerang celahnya saja bagaikan mencari jarum di tumpukan jerami. Sangat sulit!

"Pak Karasuma, mau tidak minum teh bersamaku, nanti?" ajak Kurahashi antusias.

"Maaf. Tapi aku ada urusan yang penting." Bahkan tak ada celah untuk kehidupan pribadinya. Ia seperti menutup diri dan menjaga jarak dengan kami.

"Dia memang sayang kepada kita. Namun, apa itu karena misi?" gumam Kurahashi. Aku ikut berpikir. Benar juga. Aku tidak pernah memikirkannya sejauh itu.

Sebuah jitakan kecil di kepala menyadarkanku. Akabane, mengapa kau selalu menggangguku ketika aku sedang berpikir?

Kemudian, ia menarik tanganku untuk segera pergi dari tempat latihan itu. Eh, ada apa sih, memangnya?

"Karma, ada apa?" tanyaku datar.

"Aku merasakan firasat buruk kalau kita tetap berada di sana. Jadi, ayo pergi dari tempat itu!" sahut Karma tegas.

Hah? Loh? Eh, bentar?

"MAKSUDMU, KITA BOLOS DARI PELAJARAN GITU!?" tanyaku kesal sambil memelototi Karma. Kulihat, Karma hanya cengengesan dan memasang wajah tanpa dosa.

Karma terus saja menarikku dan membawaku keluar dari area sekolah. Lah? eh?

 Lah? eh?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now