Episode 40: Momen Pantai

498 55 1
                                    

Sugaya berseru senang, "Ber... hasil! Dia mengalahkan bosnya!" Sedetik kemudian kami semua juga ikut bersorak gembira, "Hore!"

Aku kemudian menghela napas lega sembari menatap langit malam yang biru dengan tenang. Huft... Ini hari yang panjang...

Karma di sebelahku menjentik dahiku kencang. Sakit woi... Lantas dia menggerakkan kepalan tangannya di pipiku. Hei, memangnya kau sedang membuat sambal terasi di pipiku?

"Kau tahu, kau dan Nagisa sangat membuatku cemas." Namun aku hanya terkekeh kecil mendengar celetukkannnya.

Aku dan Karma berjalan mendekati. "Nagisa. Kamu hebat," puji Karma. Disusul dengan Isogai yang bertanya keselamatan Nagisa dan Pak Koro yang ikut memuji Nagisa.

"Aku baik-baik saja. Tadi aku hanya terkena tendangan di perut. Sisanya aku baik-baik saja." sahut Nagisa.

Plak!

Aku menampar, menarik kemudian meremas-remas pipi Nagisa dengan gemas. "Kau tahu. Aku benar-benar tidak percaya kalau kau akan berhasil."

Nagisa kemudian melepaskan tanganku dari pipi tembamnya. "(Name) kenapa pipiku kamu mainkan seenaknya saja?"

Aku terkekeh geli. "Satu, aku menamparmu karena kau tidak berhasil menghentikan Karma menjahili orang lain. Dua, aku menarik-narik pipimu karena kau telah membuatku cemas. Terakhir, karena kamu lucu jadinya aku gemas!" Oh, seketika muka Nagisa memerah. Ih... Kamu kenapa? Kok nunduk gitu, sih?

Nagisa kemudian menyanggah perkataanku, "Loh? Justru yang lebih bikin cemas tuh kamu tahu..."

Karma kembali memainkan kepalan tangannya di pipiku. "Iya dan kali ini aku setuju sama Nagisa."

"Loh? Aku bahkan tidak terluka sama sekali," aku merentangkan tubuhku.

Pak Karasuma menyuruh siswa-siswanya bersiap karena sebentar lagi helikopter milik militer.

"Bocah, kalian pikir kami akan membiarkan kalian pulang dengan selamat?" Sebuah ucapan yang bagus untuk menyambut kepulangan kami, Gastro...

Sontak, mereka semua mengambil sikap kuda-kuda. Pak Karasuma berkata, "Kami sudah mengalahkan penyewa kalian. Kalian tak punya alasan untuk bertarung lagi. Tubuhku juga sudah pulih sepenuhnya dan murid-muridku juga cukup kuat. Bagaimana kalau kita akhiri semua ini dengan damai?"

"Ah, boleh..."

"Dasar tidak tahu diun- eh boleh?" ucapannya Yoshida jadi terpotong karena bingung. Loh loh? Anda kecewa karena yang keluar dari mulut pembunuh itu di luar nalar?

"Membalaskan dendam bos tidak termasuk ke dalam kontrak kami." Gastro mengendikkan bahunya. Oke, aku semakin benci dengan kebiasaannya mengemut pistolnya.

Aku memberikan bakteri makanan yang kukembangkan pada anak itu. Kami telah memasukkan bakteri ini pada makanan atau minuman orang-orang yang terinfeksi, efek samping dari virus itu masih akan bertahan selama tiga jam tapi setelah itu akan menghilang dan mereka semua akan sembuh dan bahkan lebih segar dari biasanya. Yang bos minta adalah yang ini. Jika kalian memakai yang ini, kalian akan benar-benar dalam masalah besar. " jelas Smog membandingkan penawar virus miliknya dan yang Takaoka minta.

Grip ikut menjelaskan, "Sebelum menggunakan virus itu, kami sudah berdiskusi. Bos kami hanya memberi waktu satu jam. Kami pikir bisa bernegosiasi dengannya tanpa virus mematikan itu."

"Itu sudah cukup untuk membuat kalian merasa terancam, kan?" tukas Smog.

"Loh, kalau begitu kalian membangkang? Kalian pembunuh bayaran kan, apa kalian yakin untuk melakukan itu setelah mendapatkan bayaran?" tanya Okano bingung.

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now