Episode 36: Momen Pistol

363 56 1
                                    

"Ah, Gastro... Sepertinya giliranmu untuk menghajar mereka sudah tiba ya?" celetuk Takaoka. Oh ternyata Gastro adalah nama pembunuh fanatik pistol itu.

"Ck. Merepotkan sekali. Kenapa aku harus menghentikan bocah-bocah ini?" Gastro mengendikkan bahunya.

"Sudahlah, cepat bergegas! Kalau tidak, akan kupastikan reputasimu sebagai pembunuh bayaran akan buruk," ancam Takaoka.

Gastro berdecak kesal. "Kalau begitu setidaknya aku bawa gadis ini bersamaku. Dia bisa jadi sandera yang bagus, kan?"

Takaoka awalnya geram tapi kemudian ia menyetujuinya. Lagian ia tak memiliki dendam padaku. Ikatanku pun kemudian dilepaskan oleh Gastro, digantikan dengan ikatan baru di tangan agar aku bisa ikut berjalan. Aku dengan wajah yang datar terus saja pasrah berjalan mengikuti arahan dari Gastro.

"Pekerjaan ini tidak enak di lidah. Harusnya ini misi untuk membunuh makhluk super itu, tapi kok aku malah harus meladeni bocah-bocah?" Ia kemudian melepaskan ikatan tanganku menggunakan pistol miliknya.

"Astaga, niatnya bagus mau nolong orang, tapi kusarankan jangan memakai pistol bekas air liurmu, dong!" gerutuku kesal.

"Sudahlah cepat temui Smog. Minta penawar virus miliknya! Lagian rasa yang paling enak adalah pistolku." Dia lagi-lagi mengemut-emut pistolnya. Euww... Jorok.

Aku kemudian bertanya kembali padanya, "kenapa kau mau repot-repot membantuku?"

Orang itu menimpali dengan senyum. Eh, dengan senyum? Please... Gastro benar-benar tersenyum. Aku bertanya-tanya, apa iya benar-benar ingin membunuh kami?" Membalaskan dendam bos bukanlah kontrak kami. Sebelum menggunakan virus itu, kami sudah berdiskusi. Bos kami hanya memberi waktu satu jam. Kami pikir bisa bernegosiasi dengannya tanpa virus mematikan itu. Itu sudah cukup untuk membuat kalian merasa terancam, kan?"

"Loh, kalau begitu kalian berarti sudah berkhianat? Kalian pembunuh bayaran kan, bagaimana bayaran yang akan kalian terima jika kalian menentang bos kalian?" tanyaku sekali lagi.

"Kamu ini bodoh, ya? Jika kamu berpikir kalau pembunuh hanya mengejar harta, itu salah besar. Tentu saja kami akan berusaha sebaik mungkin untuk klien kami. Tapi bos tak berniat untuk memberikan obat penawarnya dari awal. Apa kami akan menjadi pembunuh massal murid-murid SMP atau malah reputasi profesional kami akan menghilang karenanya? Tentu saja kami memilih tidak akan membunuh massal murid SMP supaya reputasi kami tidak memburuk," jelasnya.

"Oh begitu, baiklah aku mengerti." Aku bergumam kecil.

Gastro menepuk pundakku. "Sana. Bergegaslah. Selagi kau meminta penawarnya, aku akan meladeni bocah-bocah itu. "

Sebelum aku pergi, aku menatap dingin orang itu. "Awas saja kalau kau mencelakai mereka semua. Oh ya, aku punya satu saran terakhir. Jangan pernah meremehkan anak-anak SMP itu. Mereka bisa menjadi sangat berbahaya." Dan kemudian aku segera bergegas berlari, hendak meminta penawar virus itu ke Smog.

Gastro terus memperhatikan punggungku yang semakin lama semakin jauh. Ia pun kemudian bergumam pelan, "Nak Arunika. Jadilah orang hebat yang pantas diincar nyawanya."

Aku samar-samar mendengar perkataan itu dan tersenyum.

—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—

Pak Karasuma yang masih dibopong Isogai berucap, "Bisakah kita membicarakan itu nanti? Kita sekarang sudah selangkah lebih dekat dengan tujuan kita. Ritsu!"

"Baik. Mulai dari sini adalah lantai VIP. Bukan hanya staf hotel yang menjaga tempat ini, tapi para tamu juga menyewa para penjaga ini. "

Pak Koro meminta Terasaka untuk menggunakan senjata listrik yang dibawa oleh Terasaka. Apa Pak Koro ini cenayang? Bagaimana Pak Koro tahu apa yang dibawa olehnya? Terasaka menyuruh Kimura untuk menjadi pengalih perhatian dan membawa. Kimura menggerutu karena tak tahu ia harus melakukan apa. Dengan otaknya yang licik, Karma membisikkan sesuatu ke Kimura.

Kimura pun mendekat ke para penjaga, mencoba mematuhi ide yang diberika oleh Karma. Ia berkata, "Eh... Apa orang-orang disini tidak ada yang punya otak? Orang-orang disini isi otaknya cuma otot doang! Jangan berpura-pura jadi manusia, dasar babi!"

Tentu saja setelah diejek puas oleh Kimura, mereka semua langsung emosi dan mengejar Kimura. Tanpa sadar, para penjaga itu terkena jebakan. Yoshida dan Terasaka langsung menyerbu dan kemudian menyerang mereka dengan senjata listrik tersebut. Alhasil para penjaga itu pingsan.

Terasaka mengecek saku dada milik para penjaga atas perintah Pak Koro. Ia menemukan dua pistol M60 asli lalu memberikan dua pistol itu kepada Hayami dan Chiba. Hayami dan Chiba menerima kedua pistol itu, tapi mereka masih saja kurang percaya diri. Ini semua karena kegagalan mereka saat pembunuhan Pak Koro beberapa jam yang lalu.

"Akan tetapi, Pak Koro melarang kalian dengan tegas untuk membunuh. Jika kalian yang menggunakannya, pasti ada banyak cara untuk menggunakan senjata itu tanpa membunuh. Kalau begitu, ayo kita pergi! Dilihat dari keadaan hotel ini, tak ada lagi tanda-tanda musuh yang memiliki jumlah yang besar. Pembunuh bayaran mungkin tersisa satu atau dua orang," tegas Pak Koro.

Terasaka mengacungkan kepalan tangannya semangat, "Ya. Mari kita kalahkan mereka semua!"

Ritsu menjelaskan, "Teman-teman, mulai dari sini kita harus menggunakan tangga darurat VIP untuk naik ke lantai selanjutnya dan untuk mengakses itu, kita harus melewati ruang konser di lantai 8."

Mereka dengan gesit memasuki ruang konser itu dan bersembunyi di balik bangku-bangku konser. Mereka terus berjaga, mengawasi, berhitung waktu. Entah siapa yang akan mereka hadapi kali ini.

Gastro sudah memasuki ruangan konser itu. Ia menghitung jumlah orang disana. Ah, ada 15 orang yang akan menghadapinya dan kebanyakan dari mereka adalah remaja.

Dor!

Ia menembak atap konser itu, menyebabkan suara keras yang memekik. "Asal kalian tahu ya, aula ini sepenuhnya adalah ruangan kedap udara. Akan kubunuh kalian semua sebelum ada yang menyelamatkan kalian. Kalian belum siap untuk membunuh orang, kan? Menyerah sajalah dan temui bos—" ucapannya terpotong kala ada yang berusaha menembak pistol kesayangan yang ia pegang.

Dor!

Tadi Hayami hendak menembak senjata yang dipegang oleh Gastro, tapi malah meleset. Penjahat tersebut kemudian menyalakan lampu besar di belakangnya. Sontak, ruangan yang tadinya gelap gulita menjadi amat terang. Ah, ruangan ini menjadi sangat menyilaukan.

"Tak kusangka ini akan menjadi pekerjaan yang lezat!"

936 kata
Hehe, dikit ya?
Aku tahu:)
Besok aku ngebut ya guys;D

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now