Episode 29: Momen jalan-jalan

469 65 8
                                    

Sekarang liburan musim panas. Sekolah-sekolah di jepang sudah meliburkan semua siswanya. Selama musim panas, sekolah akan libur. Siswa boleh belajar mandiri di rumah.

Aku merenung. Aku baru menyadari kalau ternyata liburan di jepang lebih lama daripada Indonesia. Seperti yang kita tahu, liburan sekolah di Indonesia tidak sampai satu bulan lebih, kan? Kalau ditotal dengan semester 2, berarti kita hanya libur selama 2 Bulan. Sekitar itu.

Di jepang ada empat musim. Musim dingin, musim semi, musim panas dan musim gugur. Jadi, setiap musim pasti mengalami pergantian selama tiga bulan. Kesimpulannya, para siswa jepang ternyata mengalami selisih waktu 1 bulan liburan dibandingkan dengan liburan sekolah di negara Indonesia.

Nah, pertanyaannya adalah... Mengapa setelah tiga tahun aku sekolah di Jepang, aku malah baru memikirkannya?

Aku menghela napas. Ya... setidaknya, aku mengalami liburan sekolah lebih lama daripada siswa Indonesia. Kan, aku memiliki notabene sebagai murid Smp terbaik di jepang. Bahkan tahun ini, kelas kami akan mengikuti liburan di sebuah pulau Tropis.

Jajaran rak kayu menyapu pandangan mataku. Kutatap setiap inci buku-buku di rak itu. Ada buku novel, buku komik, buku antologi cerpen, buku dongeng, buku antologi puisi dan masih ada banyak lagi. Namun pandanganku terpusat pada sebuah buku. Buku ensiklopedia yang terbalut akan komik-komiknya.

Buku ini adalah buku masa kecilku. Ini adalah buku komik, namun di dalamnya terdapat banyak sekali ilmu pengetahuan. Buku 'Why' namanya. Ah... Aku kira tidak akan menemukan buku itu disini.

Aku mulai membaca satu halaman buku ini. Buku ini sungguh mengingatkanku tentang masa kecil saja. Aku kemudian terhanyut dalam ribuan kata dan gambar di buku itu. Mungkin bagi kalian yang menyukai komik/manga boleh mencoba untuk membaca buku ini, sih.

Satu tepukan di bahu mengejutkanku. Seseorang dengan surai jingga menatapku tajam. Manik matanya menyiratkan sebuah pertanyaan yang serius. Ada apa ini? Apa dia akan... memarahiku?

Dialah Asano Gakushuu. Seseorang yang mau menjadi temanku ketika aku menginjakkan kaki di Smp Kunugigaoka. Seorang teman yang berhasil mendapatkan peringkat kesatu paralel yang bahkan mencapai tingkat internasional. Dia juga merupakan ketua osis di Smp Kunugigaoka.

"Kamu belajar disini?" tanya Shuu sambil tersenyum. Di mata orang lain, mungkin itu adalah senyuman yang biasa tapi di mataku, senyumannya terbilang cukup menakutkan.

"A-ah, iya..." Aku menjawab dengan terbata-bata. Namun kemudian aku bertanya kepadanya, "kalau kamu sedang apa disini?"

"Aku sedang mencari buku Matematika, Ipa dan Ips untuk belajar di rumah. Semester ini, aku kalah dalam pertaruhan dengan kelas E. Tapi di semester depan, aku pasti... Aku pasti akan mengalahkan kalian semua!" jawabnya mantap.

Oh... tentu saja itu jawabannya. Aku pun tersenyum lebar kepada Shuu. "Sebelum kau mengalahkan kelas kami, kau harus mengalahkanku terlebih dahulu. Karena kau tahu, kalau aku juga salah seorang yang mengalahkan kalian dalam pertaruhan itu. Iya, kan?"

"Tentu. Setelah mengalahkan Akabane, akan kukalahkan dirimu hingga ke akarnya!" Kemudian kami tertawa bersama layaknya dua orang teman yang mengadakan reuni.

Shuu bertanya kepadaku, "Apa waktumu senggang?" Tawaku berhenti mendengar pertanyaan itu namun aku langsung menetralisir keadaan. "Aku tidak ada kegiatan pagi ini, tapi kalau siangnya aku ingin belajar? Kenapa memangnya?"

Shuu melanjutkan perkataannya, "Aku ingin jalan-jalan. Mau temani aku untuk mencari angin tidak?" Oh, baiklah. Aku ingin ikut dengannya karena gabut.

Shuu nampak tersenyum senang. Mungkin lega karena aku menerima ajakannya. Aku ikut melukiskan senyumku padanya.

—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—••—

Aku dan Shuu pergi ke sebuah taman wisata. Dreamland, nama taman itu. Hamparan tamannya begitu luas. Rumpun-rumpun bunga ada dimana-mana. Awan-awan putih terlihat amat indah ketika menghiasi langit-langit angkasa.

Aku melihat berbagai wahana di sini. Ada kora-kora, komedi putar, roller coaster, bianglala, dan maasih banyak lagi. Wah, sejujurnya aku belum pernah pergi ke tempat seperti ini.

Shuu menarik tanganku dan berkata, "mungkin kau akan menyukai wahana ini."

Komedi putar? Mengapa kau mengajakku ke komedi putar? Aku menghela napas. Baiklah, tak apa. Walau aku tak terlalu menyukainya karena terlalu feminim, tapi aku takkan mau mengecewakan Shuu.

Akhirnya, aku pun menaiki komedi putar itu. Aku menaiki kuda poni berambut merah muda dengan tubuh yang berwarna kuning. Entahlah. Tapi aku merasa familiar dengan warna kuda ini.

Setelah menaiki komedi putar, Shuu kembali menarik tanganku. Ia mengajakku ke salah satu toko pasar di taman itu. Tempat untuk menembak. Siapapun yang berhasil menjatuhkan enam buah kaleng dengan tiga peluru, maka ia akan mendapatkan hadiah utama.

Shuu mengeluarkan uang untuk membeli peluru mainan. Ia mencoba menjatuhkan keenam kaleng itu. Aku melihat hadiah utama itu. Sebuah boneka beruang merah muda yang besar. Eh, untuk apa Shuu mencoba untuk mendapatkan boneka itu? Memangnya dia punya adik perempuan?

Shuu mendengus kesal. Ia gagal untuk menjatuhkan semuanya. Sedari tadi, ia hanya berhasil menjatuhkan tiga kaleng saja.

Aku menghela napas. Sepertinya aku harus turun tangan. Aku mengambil alih pistol berlaras panjang yang tadi dipegang oleh Shuu. Kutatap pistol itu. Hm... Pistol ini seperti asli.

Aku mengalihkan pandanganku kearah kaleng-kaleng itu. Ck, atas nama Shuu, aku akan membalaskan kekalahan Shuu kepada kalian semua. Awas saja kalian.

Aku menodongkan pistolku. Arah yang menjadi targetku bukanlah keenam kaleng-kaleng itu. Yang kutargetkan adalah sebuah nampan yang menyangga keenam kaleng. Kalau aku berhasil menggeser nampan itu, keenam kaleng itu akan goyah. Kalau kutembakkan secara berulang-ulang dengan tepat, peluang yang kudapat agar kaleng itu terjatuh akan lebih meningkat.

Baiklah, kumohon kenalah!

Aku menarik pelatuk pistol itu. Pelurunya berhasil mengenai nampan yang menyangga keenam kaleng. Aku langsung menembakkan kembali nampan itu tanpa ada jeda waktu sehingga nampan itu yang tadinya goyah tak ada lagi waktu untuk menyeimbangkan dirinya.

Tembakanku yang ketiga berhasil membuat nampan tergeser jauh. Kaleng-kaleng itu sudah sedari tadi terjatuh pada tembakan kedua. Sudah kubilang juga apa tadi?

Aku berhasil meraih hadiah utama itu. Kuserahkan boneka itu kepada Shuu. Shuu menolak pemberianku. Ia bilang, kalau sebenarnya boneka itu ingin ia dapatkan untukku. Ya ampun, Shuu... Aku tidak membutuhkan boneka. Yang kubutuhkan adalah buku yang bermanfaat agar aku bisa lulus dengan nilai yang bisa membanggakan negeriku sendiri.

Tapi... sudahlah. Aku akan menyimpan hadiah ini untuk kenang-kenangan ketika berada di negeri ini. Kenangan tiga tahun selama aku membelai ilmu karena lomba waktu itu. Aku memeluk boneka beruang yang terbilang cukup besar. Boneka ini... sangat lembut dan hangat. Shuu hanya tersenyum dengan senyuman yang tak dapat kumengerti.

Aku tersenyum kearahnya, "Kamu... mau temani aku untuk menaiki roller coaster, tidak?

1028 kata

Maaf banget ya guys, baru bisa upload
Soalnya aku baru saja melaksanakan PAS.
Harusnya kemarin aku up. Tapi karena kemarin sedang hujan petir, jadi belum sempat menyelesaikan part ini. Semoga kalian maklum.

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now