Episode 25: Momen UAS bagian 2

493 64 1
                                    

Suhu udara disini amatlah sejuk dikarenakan AC yang dipasang disini. Di perpustakaan yang tenang ini, kami mulai membaca buku pelajaran. Mulai dari Bahasa Inggris, IPA bahkan matematika.

"Oh ya, teman-teman. Karena nilai bahasa jepangku agak rendah, aku ingin mencari buku materi bahasa Jepang dulu." Teman-teman mengizinkanku untuk mencari buku materi tentang bahasa Jepang.

Aku menghela napas ketika melihat buku bahasa Jepang yang terpaut tinggi diatasku. Bukan berarti aku anak yang pendek eh, maksudku... Bukan berarti aku anak yang kurang tinggi, maka buku materi pelajaran bahasa Jepang diletakkan diatas rak yang paling tinggi.

Aku mendengus kesal. Bagaimana cara supaya aku bisa mengambilnya?

Buku yang ingin kuambil, lebih dulu diambil orang lain. Ia mengejekku pendek. CK, kesal sekali rasanya.

"Wahahahaha, dasar pendek. Makanya banyak olahraga biar tinggi tuh keatas bukan kesamping," ejek orang itu. Maksud kau, mendaki gunung, melewati hutan dan menyebrangi sungai bukan olahraga? Hei, kau kira seberapa rajinnya kau dalam berolahraga?

"Serah." Aku menjawab orang itu dengan malas.

"Oh, kalau tidak salah, kau itu anak kelas E ya?" Aku hanya menatap datar orang itu. Pasti ia ingin mengejekku. "Hahahaha, kasihan. Kalian para anak sampah harus belajar lebih giat agar bisa lulus." Tuhkan benar kataku. Orang-orang di sekolah ini memang giat sekali mengejek dan mencemooh kelas E. Kutandai wajahmu.

"Akan kutandai wajahmu. Lihat saja. Aku akan mengalahkanmu di setiap peringkat paralel!" tantangku mantap.

"Heh, memangnya kau bisa?"

"Kalau kau tahu murid yang bernama Yamadachi (Name), maka hal itu tidak akan mustahil bagiku." Aku menyeringai lebar.

"Kalau tidak salah, dia adalah orang yang mendapat peringkat lima paralel di kelas 1. Kemudian di kelas 2, ia mendapat peringkat ke 7 paralel sampai sekarang. Eh, jangan bilang..." Sepertinya pria yang satu ini baru menyadarinya.

"Ya, aku adalah orang dengan peringkat 7 paralel itu." Aku mengucapkan kata-kata itu dengan penuh penekanan dan karena merasa malu, pria pun segera pergi meninggalkanku. Dasar pria yang sombong.

Eh sebentar. Sepertinya aku melupakan sesuatu. Ehm, astaga! Buku materi bahasa Jepang! CK, sepertinya aku harus ke perpustakaan kota untuk mencari buku itu sepulang dari sekolah. Sungguh mengesalkan.

"Baiklah, aku akan terima tantangan dari kalian."

"Akan kuberikan perintah yang paling buruk kepada kalian."

Aku mendengar sedikit keributan di bangku meja perpustakaan yang dipesan oleh kelas E. Aku pun segera berjalan mendekat.

"Oi, ada keributan apa ini?" Melihat kehadiranku, si lima jawara yang tak lain merupakan si pembuat onar, mereka langsung terbelalak dibuatku.

"Te... Ternyata rumor itu benar. Siapa sangka si bocil dari luar negeri malah dimasukkan ke kelas E?" ujar Koyama.

"Siapa yang kau panggil Bocil, hah?" tanyaku dengan wajah yang dibuat menyeramkan dan mungkin mampu membuat semua orang bergidik ngeri. Karena mereka takut akan dipermalukan lagi oleh kelas E, si lima jawara pun langsung bergegas pergi dari hadapan kami.

Semua dari kami pun menghela napas lega. Siapa sangka, hanya belajar disini kami semua juga mendapatkan masalah.

"Nagisa, apa yang terjadi disaat aku sedang mencari buku?" tanyaku dengan nada yang datar.

"Oh, hanya sebuah keributan kecil saja. Kami membuat kesepakatan. Kelas mana yang mendapatkan jumlah peringkat satu dari setiap mapel, maka kelas itu bebas memberikan satu perintah kepada pihak yang kalah," jelas Nagisa.

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang