Episode 23: Momen Visi bagian 3

462 65 2
                                    

"Jadi begitu. Rencanamu adalah menjatuhkan bapak dan kemudian bapak diserang yang lainnya, ya? Tetapi, bagaimana cara agar kamu bisa menjatuhkanku? Walau dengan pistol itu pun, kamu tetap tidak akan bisa memaksaku untuk bergerak," ujar Pak Koro memastikan.

'Pistol itu bukanlah sebuah pistol. Itu adalah komunikator untuk memberi sinyal kepada kami. Saat semua murid berada di dalam kolam, tarik pelatuknya untuk memberi sinyal.'

"Persiapkan dirimu, gurita! Aku selalu membencimu. Aku benar-benar ingin kamu mati," desis Terasaka.

"Baiklah, kita akan membicarakan ini setelah rencana pembunuhan ini selesai," celetuk Pak Koro.

Terasaka menarik pelatuknya dan sedetik kemudian, bangunan yang membendung kolam itu langsung saja roboh. Kami terbawa air. Aliran air menarik paksa kami supaya kami jatuh menuju ke ujung kolam yang curam.

Astaga, padahal aku tidak bisa berenang. Ribuan bulir air masuk ke dalam mata mulut, hidung dan telingaku. Aku berusaha mendorong kakiku agar aku tidak terus-menerus terbawa oleh arus. Tapi lama kelamaan aku kalah. Badanku kemudian melemas dan aku tenggelam ke dalam air.

Sebelum pandanganku memburam aku membisikkan namanya. "Ka-karma..."

"(Name)!" Sebuah tarikan membawaku keatas. Tentakel Pak Koro. Aku sungguh bersyukur, aku masih sadarkan diri.

Kemudian aku terbatuk-batuk. Air keluar dari mulut dan hidungku.

"Kau tidak apa-apa, (name)?" tanya Isogai mendekatiku.

Ada bebatuan curam di ujung aliran ini. Kalau seorang siswa jatuh, siswa itu bisa mati. Aku berharap tak ada yang terluka karena kejadian ini.

Suara yang tercipta karena bendungan air yang roboh mengejutkan Karma yang berada jauh dari kolam. Karma segera berlari menuju ke kolam namun kolam itu kosong. Tak ada satupun siswa maupun air di kolam itu.

"Aku... tidak melakukan apa-apa. Kesepakatan kami berbeda. Aku hanya diberitahu kalau Itona akan menjatuhkannya kedalam air," sesal Terasaka gemetaran.

Dengan tatapan yang menyeramkan, Karma menyahuti, "jadi begitu... Ini bukan rencana buatanmu. Kau sudah dijebak dan diperalat, ya?"

Terasaka berseru keras, "Biar kuperjelas! Ini bukanlah salahku! Merekalah yang salah karena sudah membuat rencana itu dan merekalah yang salah karena membuat semua murid terbawa arus!"

Ini sudah keterlaluan. Karma memberi sebuah bogeman mentah ke wajah Terasaka.

"Bukan mereka yang terseret arus tapi kamu. Kalau ada waktu untuk menyalahkan orang lain, lebih baik kau pikirkan apa yang ingin kau lakukan dengan kepalamu sendiri. Kalau dia terluka, aku tidak akan memaafkanmu!" Kemudian Karma berlari meninggalkan Terasaka yang terduduk sembari menyesali semua perbuatannya.

-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-

Kembali ke keadaan kami. Pak Koro berhasil ditarik ke air oleh Itona ketika ia hendak menyelamatkan beberapa siswa terakhir.

"Lama tak berjumpa. Air yang diserap oleh tentakelmu bukanlah air biasa. Ada campuran zat yang melemahkan tentakelmu. Berkat bantuan Terasaka, semua rencana ini berjalan mulus. Itona..." Oh, jadi begitu. Maka tak heran, mengapa tentakel Pak Koro berubah menjadi merah dan agak membengkak.

Jadi... Terasaka sudah diperalat oleh mereka?

"Nah, kak. Mari kita buktikan siapa yang lebih kuat!" Itona mulai menyerang Pak Koro. Kulihat dia berubah menjadi lebih cepat dari yang terakhir kulihat.

"(Name)! Kau baik-baik saja?" seru Karma. Aku hanya mengangguk.

Apakah dengan semua itu, Pak Koro masih bisa menang?

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now