Episode 24: Momen UAS

499 64 3
                                    

Siapa nih yang sekarang lagi menjalani UAS? Yang nulis aja juga bingung kenapa bisa kebetulan banget...

UAS akan segera tiba. Seperti yang kalian tahu, di SMP Kunugigaoka, nilai adalah segalanya. Masa depan yang suram menanti orang-orang gagal yang tak punya prestasi. Semua orang bilang begitu. Namun disamping itu semua, kami sekelas sedang belajar dengan Pak Koro.

"Pak Koro, apa bapak bertujuan untuk membuat kami masuk ke 50 besar lagi?" tanya Nagisa.

"Tidak. Saat itu bapak terlalu fokus pada nilai akumulatif. Bapak berpikir, lebih baik kalian fokus ke mata pelajaran kesukaan kalian. Jadi kali ini, bapak punya tujuan sempurna untuk kelas pembunuhan ini. Oh ya, tenang saja. Tujuan ini juga cocok untuk Terasaka kok." Terasaka dibuat geram karenanya.

"Baiklah. Seperti yang dikatakan oleh Shiro. Jika bapak kehilangan tentakel, maka kecepatan bapak akan melambat. Kehilangan satu saja juga akan berdampak besar. Perhatikanlah. Sekarang bayanganku jadi tidak merata. Jadi ada yang berbentuk anak kecil."

Lucu sih... Tapi kok bisa gitu?

"Kalau aku kehilangan tentakel satu lagi, bayangan anak-anaknya menjadi banyak dan ada bayangan orang tua yang bersedih memikirkan nasib mereka. Kalau dikurangi lagi, bayangan ayah akan pergi dan ibunya akan membanting tulang untuk merawat anak-anaknya." Kok, rasanya jadi plot twist gini!?

"Tidak... Bapak bercanda. Tiap tentakel yang menghilang, akan mengurangi kecepatan bapak hingga 10% . Jadi bapak membuat keputusan, barang siapa yang mendapatkan nilai tertinggi di setiap mapel, akan mendapatkan kesempatan untuk menghancurkan satu tentakel bapak. Ini adalah UAS untuk kalian, para pembunuh. Akankah ini akan mempermudah kalian dalam mendapatkan 10 miliar Yen? Itu semua tergantung dari usaha belajar kalian," umum Pak Koro.

Aku menyeringai. Guru kami yang satu ini, memang selalu bisa untuk memotivasi kami agar semangat untuk belajar.

-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-

"Akan kujatuhkan kelas E apapun caranya, kalian mengira aku akan berpikiran seperti itu?" tanya Pak kepala sekolah.

"Tidak, tapi si keras kepala itu ngotot ingin memastikannya," sahut Bu Bitch tertawa kecil.

"Soal itu tak perlu dikhawatirkan. Sekolah ini mengunjung kebebasan para murid. Yang menentukan nilai bukanlah sekolah, tapi diri mereka sendiri. Aku... takkan melakukan apapun," kekeh Pak kepala sekolah.

Hahahaha, benarkah?

Bu Bitch dan Pak Karasuma tak percaya akan hal itu. Tapi mereka tetap diam saja daripada membuat masalah dengan kepala sekolah yang terkenal ini.

-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-••-

"Satu tentakel untuk semua mapel ya?" gumam Nagisa.

"Ya. Kali ini, ayo kita semangat!" seru Okuda.

"Oh, sepertinya kau semangat sekali, Okuda," sindir Karma.

"Ya, karena mapel IPA adalah mata pelajaran favoritku. Mungkin aku bisa berguna untuk teman-teman," tukas Okuda.

"Di kelas kita banyak yang unggul di beberapa mata pelajaran. Mendapat nilai tertinggi untuk setiap mapel bukanlah mimpi lagi!" Kayano menjadi semangat.

Drrrtttt.... Drrrtttt...

Nada dering telepon milik Sugino terdengar. Oh, ternyata dari Shindo.

"Halo, ada apa? Sudah lama tidak mendengarmu."  Sugino memulai pembicaraan di telepon terlebih dahulu.

"Yo. Aku sudah janji kan, kalau aku akan balas budi saat SMA nanti. Aku takut kau tidak lulus nanti." Astaga, masih sempat-sempatnya Shindo mengejek kami semua.

PEMBUNUH MERAH PUTIH// Assassination classroom season 1 x ReaderWhere stories live. Discover now