Sabtu Pagi.
*** 10.17 ***
Jisoo berjalan malas sepanjang koridor menuju ruang dokter gigi. Saat masuk ruang dokter gigi, di lihatnya Irene, rekan piketnya, sedang merapikan meja.
"Pagi, Irene" sapa Jisoo sambil berjalan ke pintu ruangannya, ia merogoh saku mencari kunci pintu.
"Dokter" panggil Irene, membuat Jisoo menoleh padanya dengan wajah seolah bertanya 'apa?'.
Irene menjawab dengan kepala menunjuk ke arah sofa yang letaknya berlawanan dengan pintu ruangan Jisoo, otomatis Jisoo memutar kepalanya untuk melihat arah tunjuk Irene.
Jisoo menaikan sebelah alisnya tanda bingung saat melihat Jennie yang tertidur dalam posisi duduk di sofa tersebut, Jisoo kembali menatap Irene seolah meminta penjelasan.
Irene membawa beberapa dokumen sambil berjalan ke arah Jisoo.
"Dia nunggu kamu dari pagi, dok" bisik Irene, Jisoo kembali menoleh pada Jennie.
"Sebaiknya kamu bawa dia ke ruang jaga dokter, kasian kalau tidur dalam posisi begitu" tambah Irene dengan wajah sedihnya.
"Biarin aja" datar Jisoo yang masih kesal pada Jennie soal kejadian Lim, ia membuka kunci pintu ruangannya.
"Yaudah terserah, biar orang lain nanti yang mindahin dia" ucap Irene menyindir Jisoo kemudian pergi keluar ruangan, Jisoo hanya terdiam sambil masuk ruangannya, ia mencoba tidak peduli.
Namun sial, dari ruangan kacanya, terlihat jelas Jennie yang tidur. Mau tak mau matanya terus menagkap sosok Jennie, membuatnya semakin tak bisa untuk tidak peduli.
Dengan malas Jisoo menghampiri Jennie dan mulai merendahkan dirinya, ia melingkarkan kedua tangan Jennie untuk memeluk lehernya.
Dengan tangan kiri memeluk punggung Jennie dan tangan kanan di lipatan lutut Jennie, Jisoo mulai mengangkat Jennie menuju ruang dokter jaga.
Jisoo agak kesulitan saat membuka pintu ruang dokter jaga, namun akhirnya berhasil memebaringkan Jennie di kasur.
Saat akan kembali berdiri, Jisoo merasakan keanehan. Tangan Jennie melingkar di lehernya menahannya, ia tak bisa bangkit, dengan posisi wajah berhadapan langsung dengan wajah Jennie.
"Aku senang, karena semarah apapun, kamu masih peduli sama aku" ucap Jennie tiba-tiba dengan mata yang masih terpejam membuat mata Jisoo melebar tidak percaya, Jennie tidak tidur.
"Jangan marah lagi" mohon Jennie, kini dengan membuka kedua matanya.
"Beneran, aku nyesel banget karena pergi sama Lim tanpa sepengetahuan kamu, aku minta maaf" tambah Jennie menatap dalam mata Jisoo.
Jisoo mengalihkan pandangannya, membuat Jennie mendesah kecewa.
"Aku janji enggak bakal ngulangin lagi, jadi jangan diemin aku lagi ya?? Hmm?" Mohon Jennie dengan semakin menarik leher Jisoo hingga wajah mereka sangat dekat.
Jisoo merasakan pegal pada tubuhnya yang makin membungkuk.
"Aku enggak bakal lepasin kamu sampe kamu maafin aku" ancam Jennie membuat Jisoo makin kualahan, ditambah kini ia bisa merasakan nafas Jennie, jantungnya berdegup kencang.
"Iya, iya, aku maafin kamu" ucap Jisoo sambil menolehkan wajahnya agar tidak berhadapan langsung dengan wajah Jennie, Jennie menajamkan tatapannya.
"Berjanjilah enggak akan ngediemin aku lagi" pinta Jennie sambil menikmati wajah Jisoo dari dekat, Jisoo mendesah.
"Iya aku Janji" ucap Jisoo terpaksa mengikuti keinginan Jennie agar Jennie melepaskannya.
"Janji apa?" Tanya Jennie tidak puas, Jisoo memutar kedua bola matanya.

ESTÁS LEYENDO
♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •
FanfictionJisoo adalah seorang Dokter Gigi dan Jennie adalah seorang Editor di kantor majalah Korea mereka adalah dua orang yang bahagia dengan kehidupannya masing-masing ternyata memiliki takdir yang tak terduga. Bagaimana cara takdir merubah kehidupan merek...