Minggu.
*** 09.32 ***
"Iya sabar, Ini aja baru sampe di rumah sakit" keluh Jisoo saat mengangkat telpon sambil menutup pintu mobilnya.
"Bagus, jadi aku bisa segera mendengar suara Mama" jawab gadis di sebrang telpon dengan riang.
"Kalau kamu pengen cepat kenapa enggak nelpon Kakak kamu aja, kenapa kamu malah nelpon aku, Yeri!?" Gerutu Jisoo mengiringi langkahnya masuk lift, ia menekan lantai kamar Mama berada.
"Kak Jen lagi ketemu sama Ayah Kak Ji, jadi dia nyuruh aku nelpon kamu karena katanya hari ini kamu mau mengunjungi Mama, apa kamu mau aku bilangin sama Kak Jen kalau kamu enggak mau di telpon sama aku, hmm?" Tanya Yeri tanpa jeda, Jisoo menggaruk lehernya yang tidak gatal.
"Ah, bukan kaya gitu" gumam Jisoo terdengar jelas di telinga Yeri, ia tersenyum licik saat berfikir untuk memanfaatkan ketakutan Jisoo.
"Apa perlu juga aku bilangin soal janji kamu yang mau langsung ngabarin aku kalau Mama udah sadar, tapi enggak kamu lakuin, kak?" Lanjut Yeri membuat Jisoo menelan ludahnya dengan sulit, ia sedang di ancam oleh mahasiswi semester 3.
"Ah Yeri, itu kemarin aku cuma lupa.." gugup Jisoo membuat Yeri menahan senyumnya karena berhasil mengintimidasi kakak iparnya.
"Apa Kamu bohong ya, waktu kamu bilang senang di telpon sama aku?" Tambah Yeri membuat Jisoo mengusap kasar wajahnya, ia berjalan keluar lift.
"Astagaa, iya, yaudah, kamu menang" lemas Jisoo, setelah sering kalah dari Jennie, kini ia juga kalah dengan adiknya.
"Cepetan kak, aku udah kangen banget sama Mama, aku mau dengar suaranya berulang-ulang" balas Yeri di telpon dengan antusias.
Jisoo terdiam karena sudah berdiri di depan pintu kamar, ia menarik napas dalam untuk menguatkan dirinya, jantungnya berdebar sangat kencang.
Perlahan Jisoo membuka pintu kamar, Jisoo mendekati ranjang pasien sambil mengedarkan pandangannya, sepi. Jennie dan Papa tidak terlihat, mungkin benar mereka sedang menemui Ayah.
"Kak, gimana?" Tanya Yeri di telpon, Jisoo menelan ludahnya saat melihat mata Mama yang terpejam.
"Kayanya Mama belum bangun" balas Jisoo namun tidak terdengar balasan di sebrang telpon.
"Ngapain kamu disini?" Sebuah suara serak mengagetkan Jisoo, sepasang mata yang tadi terpejam, kini sudah terbuka.
•
•
"Aku senang karena keadaan Mama udah membaik" riang Jennie yang berjalan di samping Papa, Papa mengangguk pelan.
"Dokter Hyunbin bilang kalau kondisinya terus seperti ini sebentar lagi Mama boleh pulang" balas Papa dengan mata berbinarnya.
"Benar, semua berkat Jisoo dan Ayahnya" ucap Jennie dengan tersenyum simpul saat membayangkan wajah kekasihnya.
"Mungkin mulai sekarang, Papa harus berlaku baik sama Jisoo" ucap Papa pelan, Jennie menatap Papa dari samping kemudian tersenyum.
"Tinggal sedikit lagi" batin Jennie senang.
"Dokter!! Pasien 302!!" Teriak seorang perawat mengagetkan mereka, terlihat lampu tanda emergency pada meja jaga perawat berkedip.
Jennie dan Papa saling berpandangan, nomor kamar itu terdengar familiar. Kedua mata mereka melebar saat menyadari itu kamar Mama.
Dengan panik, mereka ikut berlari bersama perawat dan dokter, sambil berdoa bahwa itu bukan kamar Mama.
~BRAAKK!!~

YOU ARE READING
♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •
FanfictionJisoo adalah seorang Dokter Gigi dan Jennie adalah seorang Editor di kantor majalah Korea mereka adalah dua orang yang bahagia dengan kehidupannya masing-masing ternyata memiliki takdir yang tak terduga. Bagaimana cara takdir merubah kehidupan merek...