Dua hari kemudian, Minggu.
*** 12.49 ***
Entah sudah berapa lama, gadis itu duduk bersimpuh dengan tangan menyatu dan mata terpejam, ia memanjatkan banyak doa.
"Tuhan, jaga dia" mohonnya sedih, tangannya bergerak mengelus sebuah nisan yang terlihat masih baru.
"Aku kangen" lanjutnya dengan suara bergetar, air mata yang sedari tadi di tahannya satu persatu mulai menetes dan berakhir dengan isakan tangis.
Di tengah heningnya pemakaman, suara tangisnya terdengar pilu. Selesai menangis ia menaruh sebuah bunga.
"Aku janji akan sering kesini, agar kau tak kesepian" ucap gadis itu sambil mencondongkan tubuhnya untuk mencium foto yang terpajang di nisan.
"Aku mencintaimu" lirihnya menatap sedih ke arah foto kemudian menguatkan dirinya untuk berdiri.
Ia pun berjalan meninggalkan makam, sesekali ia masih menoleh ke arah nisan dengan senyum sedihnya.
•
•
"Kak Jennie?" kaget seorang gadis muda saat membuka pintu untuk tamu yang ternyata di kenalnya.
"Hai Yeri" jawab Jennie singkat kemudian masuk kerumah.
"Ada apa kesini?" Tanya Yeri berjalan di belakang kakak nya.
"Aku cuma mampir sebentar" ucap Jennie menuju dapur.
"Dari makam Mama?" Tanya Yeri, Jennie mengangguk sambil membuka kulkas.
"Papa mana?" Tanya Jennie mengambil botol air dingin.
"Papa di toko, apa kamu bakal langsung balik ke Seoul, Kak?" Tanya Yeri yang dibalas anggukan Jennie, ia tak bisa menjawab karena sedang meneguk rakus sebotol air dingin.
"Kalau gitu tunggu sebentar" tahan Yeri yang langsung berlari ke arah kamar Papa Mama, ia kembali dengan membawa sebuah tas karton.
"Ini pesanan Mama" ucap Yeri menyodorkan tas tersebut, Jennie memandang bingung ke arah tas itu.
"Buat Kakak ipar" lanjut Yeri kini membuat tatapan Jennie beralih padanya, mata mereka pun bertemu.
•
•
"Kamu udah datang" sapa seorang suster saat Jennie membuka pintu, Jennie tersenyum.
"Maaf membuat kamu menunggu lama" ucap Jennie sambil berjalan menuju ranjang pasien, ia menaruh tas dan jaketnya di sebuah kursi.
"Enggak, aku juga baru datang" jawab suster itu ramah sambil menyerahkan sebuah baskom berisi handuk dan air hangat pada Jennie.
"Gimana kondisinya?" Tanya Jennie membawa baskom itu meja dekat ranjang.
"Tadi dokter bilang kondisinya mulai stabil, mungkin sebentar lagi dia akan sadar" balas suster merapikan tensimeternya dan mulai menyiapkan sebuah suntikan dari kotak peralatannya.
"Syukurlah" ucap Jennie sambil menggulung lengan bajunya, ia meremas handuk dan mulai mengelap wajah pasien.
"Dia beruntung banget, punya pacar yang baik seperti kamu" ucap suster menyuntikan obat pada lengan pasien.
"Enggak, justru aku yang beruntung" jawab Jennie dengan senyum sedihnya, sekarang ia mulai mengelap tubuh pasien.
"Gimanapun dia tetap beruntung. tanpa darah kamu, mungkin dia tidak bisa bertahan" balas suster itu sambil menyiapkan beberapa perban dan di taruh di dekat Jennie.
YOU ARE READING
♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •
FanfictionJisoo adalah seorang Dokter Gigi dan Jennie adalah seorang Editor di kantor majalah Korea mereka adalah dua orang yang bahagia dengan kehidupannya masing-masing ternyata memiliki takdir yang tak terduga. Bagaimana cara takdir merubah kehidupan merek...
![♡ ConnecteD ♡ • [ JENSOO ] •](https://img.wattpad.com/cover/316906520-64-k264388.jpg)